Anda di halaman 1dari 12

CARSINOMA PROSTAT

CARSINOMA PROSTAT

PENDAHULUAN
Carsinoma prostat paling umum terdiagnosis dan merupakan keganasan saluran kemih kedua
paling sering dijumpai sesudah keganasan kandung kemih pada pria Amerika. Dari semua
keganasan; prevalensi kanker prostat meningkat paling cepat sesuai pertambahan usia.
Biasanya keganasan prostat ditemukan pada usia di atas 50 tahun dan jarang di bawah 50
tahun.
Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang insiden dan mortalitas karena kanker
prostat; tetapi berdasarkan pengamatan para ahli urologi; insiden kanker prostat cenderung
meningkat. Penanganan kanker prostat di Indonesia masih jauh dari memadai bila
dibandingkan negara maju. Penyebab tersebut oleh karena faktor penderita; pengelola; sarana
serta sistem pelayanan. Dan hanya penderita yang didiagnosis dalam stadium dini dan
mendapat penanganan yang adekuat yang punya harapan sembuh. Penderita kanker prostat
lanjut; baik lokal maupun sistemik penanganannya hanya bersifat paliatif.
Angka kejadian kanker prostat secara geografik dan rasial, lebih banyak terjadi pada orang
kulit hitam di alamat Country California dibandingkan pada populasi si Shanghai atau Cina
(Robin). Orang Amerika-Afrika berisiko lebih tinggi untuk mengalami kanker prostat
dibanding orang kulit putib. Selain itu, pria Amerika-Afrika cenderung menunjukkan tahap
penyakit lebih parah daripada orang kulit putih (Morton & Terrell). Masalah yang dihadapi
pada kanker prostat adalah deteksi dini, oleh karena bersifat sub clinical dan kebanyakan
didapatkan setelah pemeriksaan autopsy dari kelenjar prostat atau prostatektomi pada
hiperplasi prostat (Douglas E. Johnson). Banyak peneliti menggunakan pemeriksaan colok
dubur, trans ultrasonografi (TRUS) dan pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen untuk diagnosis
dini kanker prostat. Pemeriksaan ini dirasakan paling baik dan ekonomis.

ANATOMI KELENJAR PROSTAT

Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dibungkus oleh kapsul fibro-
muskuler yang terletak di inferior dari kandung kemih. Berat normalnya: 18-20 gram,
didalamnya terdapat uretra pars posterior yang panjangnya 2,5 cm, ukuran prostat 3,5 cm
pada potongan transversal basis dan 2,5 cm pada potongan vertikal dan antero-posterior.
Jaringan penyangga prostat di bagian depan adalah ligamentum puboprostatikum dan di
sebelah inferior oleh diafragma urogenital. Prostat di bagian belakang ditembus duktus
ejakulotorius yang berjalan oblique sampai menembus veromontanum pada dasar uretra pars
prostatika, tepat diproksimal dari sfinkter uretra eksterna.
Secara makroskopis prostat terdiri dari otot polos dan jaringan ikat, organ ini menghasilkan
sekret yang memberikan bau khas pada semen. Bagian-bagiannya :
- Apex : bagian terbawah dari prostat, terletak kira-kira 12 cm posterior dari tepi bawah
symphisis pubis.
- Basis : bagian prostat yang terletak pada bidang horisontal setinggi pertengahan symphisis
pubis.
- permukaan inferolateral : bagian yang convex yang dipisahkan dari facies superior
diafragma urogenital oleh plexus venosus. permukaan anterior: dipisahkan dari symphisis
oleh jaringan lemak retro pubic legamentum pubo-prostatikum medialis melekat pada
permukaan anterior ini.
- permukaan posterior : datar dan berbentuk segitiga dimana terdapat median groove,
permukaan posterior ini dapat diraba dengan colok dubur.

Lobus prostat
Menurut klasifikasi dari Lowsley, prostat dibagi menjadi 5 lobos, yaitu :
- lobus anterior
- lobus posterior
- lobus medialis
- lobus lateral kanan
- lobus lateral kiri
sedangkan menurut Me Neal, prostat dibagi
- zona perifer
- zona sentral
- zona transisional
- segmen anterior
- zona sfinkter pre prostatik
Secara mikroskopis : prostat terdiri dan 30-50 kelenjar tubulo-alveolur bercabang yang
mengeluarkan sekretnya kedalam uretra pars prostalika pada saat ejakulasi. Prostat dibungkus
kapsul fibro-elastik yang banyak mengandung otot polos, epithel pseudo komplek atau
selapis silindris sampai kuboid rendah, tergantung sekresi kelenjar, lamina basalis tipis,
dibawahnya terdapat jaringan ikat dan otot polos.

Vaskularisasi
Prostat mendapat darah dari : A.pudenda interna, A.vesikalis inferior yang merupakan salah
satu cabang dari A. iliaca intema, masuk kedalam prostat pada perbatasan prostat dan VU,
serta A. Hemorholdalls medius. Darah vena dialirkan kembali melalui plexus venosus
prostaticus yang kemudian diteruskan ke V. iliaca interna.

Lymphe
Aliran lympe dari prostat sebagian besar dialirkan ke Inn. iliaca interna, tetapi sebagian ada
yang masuk ke Inn iliaca externa. Sebagian kecil masuk ke dalam Inn sacralis.

Inervasi
Prostat diinervasi oleh pleksus nervosus prostaticus.

FISIOLOGI KELENJAR PROSTAT


Prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan
mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti, tetapi jelas bahwa pengebirian menyebabkan
kelenjar prostat mengecil. Pada binatang percobaan jika kelenjar hipofise diangkat maka
prostat akan mengecil, atropi ini dapat dicegah dengan pemberian testosteron. Percobaan
selanjutnya menunjukkan bahwa prostat akan membesar setelah pemberian estrogen pada
binatang yang dikebiri. Bagian yang peka terhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan
bagian tepi peka terhadap androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
mengalami hiperplasi karena sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen relatif
bertambah. Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif
bekerja pada ph 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan
bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulase
serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan
berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan cairan prostat keluar bercampur
dengan semen yang lainnya.
Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi memberikan makanan
spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di dalam tubuh wanita, dimana
sekret vagina sangat asam (PH: 3,5-4). Dengan demikian sperma dapat hidup lebih lama dan
dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan melakukan pembuahan.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Etiologi karsinoma prostat belum diketahui secara pasti, tetapi dengan epidemiologi diduga
penyebab terjadinya karsinoma prostat pada seseorang belum sepenuhnya jelas. Beberapa
faktor risiko itu diantaranya :
1. Faktor genetik
Diduga bila pada keluarga misalnya ayah/kakak (first degree relative) dan kakek/paman
(second degree relative) didapat karsinorna prostat maka resiko keganasan prostat tiga kali
(Robin).
Kulit hitam di Amerika Serikat mempunyai mortality rate dua kali dan kulit putih (Douglas E
Johnsons).
Tetapi apakah faktor lingkungan mempengaruhi juga faktor genetik sukar untuk ditentukan.
2. Faktor hormonal
Aksi androgen pada sel epithel prostat, testosteron yang bebas masuk ke dalam sel menjadi
dehidrotestosteron dengan bantuan enzim 5 alpha reduktase. Steroid reseptor kompleks
dengan DNA akan niengakibatkan spesifik m RNA dan sintesa protein yang mempunyai efek
metabolik dan proliferatif (Ronijn)
3. Faktor diet dan lingkungan
Faktor diet yaitu diet yang banyak mengandung lemak binatang dan perbedaan insiden
kanker prostat pada populasi dengan ras dan lingkungan yang berbeda, sebagai contohnya
generasi kedua dan ketiga orang Jepang yang bertempat tinggal di Amerika memiliki insiden
yang sama dengan orang di Amerika Utara, sedangkan insiden kanker prostat di Jepang hanya
10% dari insiden di Amerika.
4. Faktor infeksi
Diduga bakteri dan virus dapat mempengaruhi terjadinya ca prostat, tetapi faktor ini masih
menjadi perdebatan.
Diantara faktor-faktor risiko tersebut, faktor risiko herediter (genetik) dan faktor diet yang
telah terbukti sebagai risiko untuk karsinoma prostat. Bila ada salah satu pria hubungan
keluarga segaris yang menderita karsinoma prostat, maka kemungkinan terkena karsinoma
prostat menjadi 2 kali dan bila ada 2 pria segaris menderita karsinoma prostat maka
kemungkinan terkena karsinoma prostat menjadi 5 sampai 11 kali.
Untuk faktor resiko diet, yaitu banyak mengandung lemak binatang. Pria Jepang jarang
menderita karsinoma prostat, tetapi setelah pindah ke daratan Amerika dan pola konsumsi
dietnya berubah maka insiden karsinoma prostat pada imigran Jepang sama dengan
masyarakat kulit putih Amerika.

GAMBARAN HISTOLOGIS
Keganasan prostat biasanya berupa acinus kelenjar kecil yang mengilfiltrasi dalam bentuk
irreguler dan tak beraturan.karsinoma yang berasal dari kelenjar prostat yang menjadi
hipertropik pada usia dekade kelima sampai tujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah
mulai pada jaringan prostat yang masih muda. Karsinoma prostat paling sering (60-70%)
terjadi pada zona perifer; sedangkan 10-20% berasal zona transisi dan 5-10% ada di zona
central.
Derajat keganasan (histopathologizal grading) didasarkan pada sistim yang dikembangkan
oleh Gleason .Berdasarkan arsitektur dari jaringan Carsinoma Prostat bukan berdasarkan
gambaran sel secara individu. Secara histologik Carsinoma Prostat biasanya menunjukkan 5
pola arsitektur. Skor dari Gleason adalah jumlah pola arsitektur primer dan sekunder yang
dominan. Nilai skor ini berkisar 2 sampai 10 contoh 3+4 = 7 . Scor Gleason berkisar 2-10 ini
berkorelasi kuat dengan angka survavilitas kasar,survavilitas bebas tumor,survavilitas
spisifik-causa dan prediktor terhadap waktu rekurensi setelah prostatektomi radikal

GAMBARAN KLINIK

Penderita kanker prostat gejala bervariasi,tetapi prinsipnya ada :

1. Blader out flow obstruktion(BOO) seperti : frekuensi, hesistensi, pancaran lemah.

2. ekstensi lokal dari tumor.

Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat :

1.Ca prostat yang masih terlokalisr :

1. asimptomatic

2. peningkatan PSA

3. pancaran lemah

4. sensasi sisa urin

5. frekunsi

6. urgensi

2.Ca prostat lokal lanjut

1. Hematuri

2. Disuri

3. Nyeri suprapubik dan perineal

4. Impotence

5. Incontinence

6. gejala gagal ginjal

7. haemospermia.

3.Ca prostat yang sudah metastasis

1. Nyeri tulang atau isialgia

2. paraplegi
3. pembesaran limfonodi

4. anuri

5. letargi (anemia,uremia)

6. berat badan turun dan caceksia

7. perdarahan pada usus dan kulit

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH

BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)

A. DEFINISI

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke
arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar
prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam
literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat
sudah umum dipakai.
B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap
undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya
keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998
etiologi dari BPH adalah:

v Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan


testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.

v Faktor umur / usia lanjut.

v Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan
bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan
ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro
dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus
lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan
menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak
tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista
kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang
uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:

- Kapsul anatomis

- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar
yang terbagi atas 3 kelompok bagian:

o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya

o Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus
zone

o Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis
bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-
laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit
teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada
proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar
menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan
jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan
berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan
ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga
penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-
angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
D. PATOFISIOLOGI

Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini
terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat
membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif
menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan
kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke
dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan
peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor
berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa
kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi
struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi
urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik
dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat
menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis
paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah
dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya
meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan
kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat
kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut
Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus
urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor
akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan
terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan
sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk
tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan
menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas
E. PATHWAY

Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot


destrusorSpasme otot spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot
destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal
meningkatGagal ginjalRetensi urinPort de entre mikroorganismekateterisasiLuka
insisiResiko disfungsi seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko
perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang
informasi ttg penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia periuretralUsia
lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH

F. MANIFESTASI KLINIS

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi
kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak
pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya
pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam
hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar
waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency
(dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali
dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa
sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan
dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi
cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy,


foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal
Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti
difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih
tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada
anterior kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui


perineum.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik dapat
menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd.
Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf.
Sistitis dan Pielonefritis

I. FOKUS PENGKAJIAN

Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi dapat
penulis kelompokkan menjadi:

a) Data subyektif :

o Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.

o Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.

o Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan

o Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

b) Data Obyektif:

o Terdapat luka insisi

o Takikardi

o Gelisah

o Tekanan darah meningkat

o Ekspresi w ajah ketakutan

o Terpasang kateter
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh


4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme melalui
kateterisasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,


perawatannya.
K. RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat
kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil:

a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang

b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi:

c. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang
nyeri.

d. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan
darah dan denyut nadi)

e. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah

f. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)

g. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan
aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat

2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi


sekunder.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin

Kriteria :

Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.

Intervensi :

a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup

c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi,


dispnea)

d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah


menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan

e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post
operasi)

f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika
tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3
minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi,


hilangnya fungsi tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnya

Kriteria hasil :

Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara
optimal.

Intervensi :

a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan


perubahannya

b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat

c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi
dalam fungsi seksual

d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual

e. Beri penjelasan penting tentang:

f. Impoten terjadi pada prosedur radikal

g. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

h. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual


selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre ikroorganisme melalui
kateterisasi

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi

Kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri

c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik

Intervensi:

a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.

b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)

c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage

d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing

e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,


perawatannya

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari

Kriteria :

Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan


perawatan

Intervensi :

a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit, perawat

b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:

o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter

o Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi


Share this:

Twitter

Facebook

Anda mungkin juga menyukai