Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan
hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan sensori persepsi:
Halusinasi dan merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari
halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak
mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang
bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang
dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSKD ProvinsiSulawesi
Selatan khususnya Ruang Sawit sebagian besar pasien menderita
halusinasi. Oleh karena itu maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas
Kelompok (TAK) klien dengan gangguan sensori persepsi dapat tertolong dalam
hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya namun tentu saja klien yang
mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari
halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain.
B. Metode Therapy Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode
diskusi dan tanya jawab dan melengkapi jadwal harian.Kegiatan TAK
menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki
tujuan khusus yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
Sesi I : Klien mengenal halusinasi
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
1. Tata tertib
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
d. Tidak diperkenannkan makan, ,inum, merokok selama kegiatan TAK
e. Jika inigin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan
g. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai
h. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum
selseai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
2. Program antisipasi
Ada beberapa langkah yang diambil dalam mengantisispasi kemungkinan yang
akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil adalah:
a. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada
saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah
mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan
telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
b. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mematuhi
tata tretib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih
dahulu dan bila tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan
c. Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh
dilakukan.
C. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4) klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
5) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
2. Klien
a. Kriteria klien
1) Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi
sensori; halusinasi.
2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
3) Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
b. Proses seleksi
1) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok.

3. Jenis Permainan
Jenis permainan yang digunakan adalah bola
4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : jumat, 6 Juni 2014
Waktu : Pukul 10.00 WITA s.d selesai
Tempat : Ruang Kenanga RSKD Prov. Sulsel
5. Nama klien dan ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 8 orang, sedangkan sisanya adalah
cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai
cadangan yaitu:
Klien peserta:
a. .
b.
c. .
d. ....
e. ..
f. .
g. .
h. .
Klien peserta TAK cadangan:
a.
b. .................
6. Media dan alat
1. Spidol dan whiteboard / papan tulis.
2. Beberapa contoh obat.
3. Laptop
4. speaker
7. Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang
telah disepakati. Sebagai berikut:
1. Leader : Iskandar Zulkarnaen
2. Co. Leader : Lisnawati marman
3. Fasilitator 1 : jumriati
4. Fasilitator 2 : jusmaini
5. Fasilitator 3 : Irma firdayani
6. Fasilitator 4 : masriani
7. Fasilitator 5 : lindasari
8. Observer : marna kaledupa
8. Uraian Tugas Pelaksana
leader
Tugas:
a. Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d. Memimpin diskusi kelompok.
Co. Leader
Tugas:
a. Membuka acara.
b. Mendampingi Leader.
c. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
e. Menutup acara diskusi.
Fasilitator
Tugas:
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya therapy.
Observer
Tugas:
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.

9. Setting tempat
Keterangan:
: leader

: co leader

: observer

: fasilitator

: klien

: laptop
10. Mekanisme Kegiatan
SESI 1 Mengenal halusinasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan
nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri
papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
4) Lama kegiatan 30 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi yang
membuat terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya,
situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya
ditulis di whiteboard
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari
suara yang biasa didengar

e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika
halusinasi muncul
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Formulir yang dievaluasi
Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Personal/Halusinasi

No Nam Menyeb Menyebutk Menyebut Menyebut


Perasaan
a ut Isi an Waktu Situasi
saat
Klie Halusin terjadi Halusinasi
berhalusina
n asi Halusinasi Muncul
si

Petunjuk:
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda jika klien
mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul
dan menyampaikan kepada perawat.

Sesi II
a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
Salam terapeutik
Klien dan terapis pakai papan nama
b) Orientasi
Leader menanyakan perasaan klien saat ini
Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi
dan perasaan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
b) Menjelaskan aturan main
Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
leader
Lama kegiata 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhi
4) Tahap keja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai
semua pasien mendapat giliran

b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita


c) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul.
d) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: Pergi, pergi
jangan ganggu saya, kamu suara palsu...
e) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi.
f) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan.
g) setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi muncul
Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian klien
6) Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu
cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang
lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
c. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi

Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)


Kemampuan Menghardik Halusinasi

N Nama Klien
Aspek yang dinilai
o

1 Menyebutkan
cara yang selama
ini digunakan
untuk mengatasi
halusinasi
2
Menyebutkan
efektivitas cara
3 yang digunakan
Menyebutkan
cara mengatasi
4 halusinasi dengan
menghardik
Memperagakan
cara menghardik
halusinasi

Petunjuk:
a) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan,
cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara
menghardik halusinasi. Beri tanda jika klien mampu dan berikan tanda Xjika
klien tidak mampu.
2) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori.
Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan klien
mengguanakannnya jika halusinasi muncul.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maramis, W.F, 1990. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga Universitas Press
Stuart G.W, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Stuart G.W, Sundeen S.J, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
Oleh :
JOKO AJI PRANOTO, S.Kep

Pembimbing Klinik : Ns. Jumatinah, S.Kep


Pembimbing Akademik : Ns. Zakiyah, S.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BINAWAN JAKARTA
TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling
bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2001. dalam Keliat, 2004).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan
keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan,dan
menarik (Yalom, 1995. dalam dalam Keliat, 2004). Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika
kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok (Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan
sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan upaya menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan untuk ditujukan pada kelompok
klien dengan masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi,
stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita (Keliat, 2004).
Atas dasar itu, saya melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (halusinasi)
dengan harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat beraktivitas tanpa ada halusinasi
yang mengikutinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat berespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi gambar
c. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik (Stuart dan Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap realita. Klien
tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak dapat membedakan antara
lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon
seseorang terdapat rangsangan yang tidak nyata (Stuart dan Sundeen, 1998).

2. Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik
terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut
ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah
atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan
dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)

3. Tanda dan Gejala


a. Berbicara dan tertawa sendiri
b. Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
c. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Ingin memukul atau melempar barang-barang

4. Tipe Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Suara
tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruh
berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.
b. Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaranyang
mengerikan.
c. Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung, penderita
merasa mengecap sesuatu.

e. Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit terutama
pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
5. Tingkatan Halusinasi
a. Tingkat I
1) Memberi rasa nyaman
2) Tingkat orientasi sedang
3) Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
b. Tingkat II
Menyalahkan
c. Tingkat III
1) Mengontrol tingkat kecemasan berat
2) Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
d. Tingkat IV
1) Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
2) Klien panik

6. Fase-fase Halusinasi
a. Fase 1
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi,
misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang, dll.
Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi
terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa
mengkhayal.

b. Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan. Ia beranggapan
bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
c. Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa
tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang, Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase psychotic.
e. Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-
suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak
mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


1. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan (Kelliat, 2005).

2. Tujuan TAK
Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara
rinci sebagai berikut:
a. Tujuan umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan
cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan
terhadap pandapat maupun perasaan orang lain.
3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak
karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi
kognitif dan afektif.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri
tentang mengenal dirinya di dalam lingkungan nya.
2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti
oleh anggota kelompok lainnya.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat
kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkominikasi yang memungkinkan
peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.

BAB III
ISI

A. Konsep TAK
1. Kriteria anggota kelompok
a. Klien yang mengikuti TAK stimulasi persepsi adalah klien dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik
diri, harga diri rendah.
b. Klien sudah kooperatif
2. Proses seleksi
a. Perawat mengidentifikasi jenis TAK yang akan diberikan yaitu TAK stimulasi persepsi
b. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan klien yaitu klien dengan halusinasi, isolasi sosial,
menarik diri, harga diri rendah.
c. Perawat mengidentifikasi jumlah klien dengan dengan halusinasi, isolasi sosial, menarik diri, harga
diri rendah.
3. Uraian struktur kelompok
a. Tempat Pertemuan : Ruangan Belimbing
m : Senin/24 Desember 2012/Pkl 15.00-15.30 WIB
c. Lama : 20 menit
d. Jumlah Anggota : 5 orang
harapkan : Peserta dapat mengungkapkan pendapat dari gambar yang diperlihatkan
f. Metode : Diskusi dan dinamika kelompok
akan : Gambar, name tag, speaker, handphone.

h. Pengorganisasian :
1) Leader : Joko Aji Pranoto, S.Kep
Tugas:
a) Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)
b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan pendapat dan
memberikan umpan balik
d) Sebagai role model
e) Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik, mengungkapkan
perasaan dan pikiran
f) Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan dalam perasaan dan perilaku
dengan anggota lain
g) Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi
2) Co-Leader : Indah Juwita Sari, S.Kep
Tugas :
a) Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pimpinan
c) Mengingatkan pimpinan bila diskusi menyimpang
d) Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik
3) Fasilitator :
a) Ivke Alen Makasihi, S.Kep
b) Prishila Sulu. P, S.Kep
Tugas :
a) Membantu leader memfasilitasi dan memotivasi anggota untuk berperan aktif
b) Menjadi contoh bagi klien selama proses kegiatan
c) Mengatur musik

4) Observer : Rizky Aulia Rachman, S.Kep


Tugas :
a) Mengobservasi setiap respon klien
b) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
c) Memberikan umpan balik pada kelompok

t : Peserta dan Terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.
Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator
O : Observer P : Peserta
CL : Co-Leader M: Musik

B. Konsep Stimulasi
1. Langkah-langkah kegiatan
a. Tahap Persiapan
a) Terapis memilih klien sesuai dengan indikasi
b) Terapis membuat kontrak dengan klien
c) Terapis mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
d) Peserta dan Terapis memakai name tag
b. Tahap Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
2) Evaluasi/Validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melihat gambar dan memberi pendapat tentang gambar
tersebut.
2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu :
a) Bila ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada fasilitator dan jika dia
meninggalkan lebih dari 3 menit kita kasih hukuman
b) Lama kegiatan 20 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu melihat gambar dan klien memberi
pendapat tentang gambar tersebut.
2) Terapis memutarkan musik ke klien sambil bermain ular-ularan.
3) Saat musik berhenti, maka klien yang tertangkap di suruh untuk memberi pendapat tentang
gambar tersebut yang sebelumnya memberitahu nama lengkap, nama panggilan dan hobi.
4) Setelah itu di minta salah satu klien sesuai keinginan terapis untuk memberikan tanggapan
tentang pendapat yang diberikan oleh klien lain.
5) Begitu seterusnya sampai semua klien mendapat giliran
6) Setiap kali klien selesai memberi pendapat dan tanggapan tentang gambarnya, terapis mengajak
klien lain bertepuk tangan.
7) Terapis menyimpulkan hasil TAK yang sudah berhasil dicapai.

e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan TAK stimulasi sensori.
b) Evaluasi objektif
(1) Terapis menayakan kembali gambar apa dan apa maknanya pada klien
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk memaknai gambar-gambar disekitar rumah sakit dan
mencoba untuk mengartikan gambar tersebut.
3) Kontrak Yang Akan Datang
(1) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang yaitu menonton TV
(2) Menyepakati waktu dan tempat

2. Jalanya strategi pelaksanaan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Assalammualaikum teman-teman.....? Selamat pagi semua...? ada yang kenal sama saya?
baiklah perkenalkan nama saya Joko Aji Pranoto, biasa di panggil Joko. saya sebagai leader/ketua
kelompok disini, disebelah kiri saya adalah co-leader namanya suster Indah, disebelah kanan saya
observer namanya Rizky, dan yang disamping teman-teman sebagai fasilitator yaitu sebelah kiri saya
yaitu Ivke, sebelah kanan saya yaitu Chila.

2) Evaluasi/Validasi
Bagaimana kabarnya hari ini..? Istirahatnya semalam bagaimana enak atau tidak..?
3) Kontrak
Bapak-bapak tujuan kegitan kita kumpul disini yaitu akan melakukan TAK melihat gambar-gambar
yang sudah dipersiapkan oleh kami. Kemudian nanti teman-teman memberi pendapat tentang
gambar tersebut. sampai detik ini ada yang mau ke kamar mandi?
Baiklah teman-teman ya, aturan main kita yaitu barang siapa yang mau meninggalkan tempat
permainan ini misalnya dia mau ke WC atau mau minum, terlebih dahulu dia meminta izin sama
fasilitator yang ada di belakang teman-teman. Jika siapa yang meninggalkan permainan ini lebih dari
3 menit dia kita kasih hukuman menjelaskan gambar terlebih dahulu.
Lama permainan yaitu 20 menit, dan lamanya melihat gambar yaitu 2 menit ya teman-teman, jika
nanti kalau sudah selesai melihat gambar, gambarannya diletakan diatas kursi dan bapak semuanya
berdiri kita bermain ular-ularan dengan fasilitator memutar musik, teman-teman sambil mengelilingi
kedua perawat dan jika pada saat musik berhenti salah satu teman-teman yang terangkul oleh kedua
tangan perawat dia wajib mengambil gambarnya tersebut dan menyebutkan apa gambarnya dan apa
arti dari gambar tersebut
Semua bapak-bapak wajib mengikuti kegiatan sampai selesai ya
Tujuan umum yaitu teman-teman dapat merespon terhadap kegiatan yang saya berikan seperti
menggambar.
Tujuan khususnya bapak-bapak adalah :
1. Bapak-bapak mampu merespon terhadap suara yang di dengar saat kami memutar musik nanti.
2. Teman-teman mampu merespon terhadap gambar yang dilihat.
3. Teman-teman mampu memberikan tanggapan tentang pendapat orang lain.
b. Fase Kerja
Baiklah teman-teman ya, nanti teman-teman melihat gambar sesuai dengan apa yang ada di depan
teman-teman, nanti teman-teman yang tertangkap sebutkan kepada teman-teman bapak gambar
apa? Misalnya gambar orang sedang cuci tangan, apa arti dari gambar tersebut? Misalnya cuci
tangan adalah tindakan untuk menghilangkan kuman
Kami akan membagikan gambar-gambar ini yah, nanti teman-teman lihat gambar apa yang ada
dikertas ini dan fikirkan makna dari gambar tersebut
Terapis melihat respon dari klien dan sambil memberikan semangat saat gambar-gambar itu ada di
depan klien
Baiklah teman-teman yah, sekarang lihat gambar tersebut selama 2 menit, oke.....waktu sedah
selesai untuk melihat gambarnya, harap berdiri semua dan gambarnya diletakan diatas kursi masing-
masing dan kita bermain ular-ularan, (main ular-ularan dengan di iringi musik) yap.....ada yang
tertangkap rupanya. Oke......yang lain duduk. Dan yang tertangkap coba ambil gambarnya dan
artikan gambar apa itu? pinter banget...... Beri tepuk tangan........prok prok prok......
oke teman-teman kita lanjutkan lagi yah sampai selesai permainannya.....
c. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Baiklah teman-teman, bagaimana perasaannya setelah kita melihat gambar dan bermain ular-ularan
sambil menyebutkan arti dari gambar kepada orang lain?
b. Evaluasi Objektif
Baiklah teman-teman ya, saya akan tanya kembali pada teman-teman untuk menyebutkan gambar
yang tadi, ini gambar apa? Apa artinya teman-teman? (Beri pujian jika bapak-bapak bisa menjawab
pertanyaan dari terapis). Tepuk tangan untuk semua teman-teman prok.. prok.. prok..... semuanya
bagus-bagus dan pinter-pinter.... untuk yang lain yang masih ragu-ragu untuk bicara, jangan malu kita
semua adalah teman dan jangan merasa takut dengan kami, yah......
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah teman-teman sekalian, nanti teman-teman lihat gambar-gambar yang ada di sekeliling
teman-teman dan coba artikan apa gambar itu
d. Kontrak yang akan Datang
Baiklah teman-teman, nanti kita bertemu kembali besok untuk menonton TV
teman-teman maunya besok berapa lama kita menontonTV........?
Tempatnya maunya dimana yah yang enak.........?

BAB IV

PENUTUP

A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi, kemampuan yang diharapkan adalah klien dapat merespon terhadap
stimulus pancaindra yang diberikan, klien dapat memberikan pendapat tentang arti dari gambar, klien
dapat memberi tanggapan tentang pendapat yang diberikan oleh orang lain.
Formulir evaluasi sebagai berikut:

Stimulasi persepsi :Melihat Gambar


Kemampuan memberi respon terhadap gambar
1. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
2 Melihat gambar sampai
selesai
3 Menyebutkan dan
mengartikan gambar
4 Memberi tanggapan dari
pendapat orang lain
Jumlah
2. Kemampuan Non Verbal
Nama Klien
NO Aspek yang dinilai

1 Kontak Mata
2 Duduk Tegak
3 Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
a. Tulis nama klien pada format nama
b. Beri tanda ( ) jika klien bisa menggambar dan menyebutkan makna gambarnya dan beri tanda ( - )
bila klien tidak bisa menggambar sama sekali
c. Jumlahkan kemampuan yang dilakukan oleh klien:
1) Setiap kemampuan yang dilakukan memiliki nilai 25%
2) Kemampuan Verbal, disebut mampu jika didapat nilai 75%, disebut belum jika didapat nilai 75%
3) Kemampuan Non verbal, disebut mampu jika didapat nilai 75%, disebut belum mampu jika didapat
nilai 75%.

B. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3 TAK stimulasi persepsi melihat gambar. Klien mengikuti
sampai selesai. Klien mampu melihat gambar dengan seksama, menyebutkan nama gambar, dan
memberikan pendapat tentang arti gambar. Menganjurkan klien untuk memperhatikan gambar di
sekeliling ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Biak. 2012. Proposal terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Halusinasi. Online

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DirjenYanmed

Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC

Putra,Wirahman.2012.http://wirahmanputra.wordpress.com/2011/03/10/proposal-terapi-aktivasi-kelompok-
stimulasi-persepsi-sensori-halusinasi/. Diakses tanggal 23 Desember jam 07.00 WIB.

Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus . 2007. Keperawatan Jiwa . Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai