Anda di halaman 1dari 7

Indonesian A: Language and Literature

Course Section: Part 3 Literature Texts and Contexts

Topic: Sastra dan Kuliner

Title: Hidupku Berubah!

Text Type: Blog

Learning Outcomes:

Consider the changing historical, cultural and social context in which particular texts
are written and received.
Demonstrate how the formal elements of the text, genre and structure cannot only be
seen to influence meaning but can also be influenced by context.
Understand the attitudes and values expressed by literary texts and their impact on
readers.
Word Count:

Rationale 251

Text 993

Pages 7

1
Rationale
Written Task ini berasal dari Part 3 Literature Texts and Contexts. Karya sastra
yang akan digunakan sebagai sumber utama adalah cerita pendek Madre yang ditulis oleh
Dewi Lestari dari buku kumpulan cerpen yang berjudul Madre. Written Task ini akan berupa
sebuah blog yang ditulis oleh Tansen setelah berhasil membangkitkan kembali toko roti
Tansen de Bakker. Written Task ini akan berjudul Hidupku Berubah! Blog dipilih sebagai
tipe teks karena Tansen memang merupakan seorang penulis blog. Selain itu, blog juga
dipilih karena blog mampu mengekspresikan banyak hal dengan bebas.

Tujuan dari blog ini adalah untuk menceritakan pengalaman Tansen dalam
menghidupkan kembali toko rotinya dan menceritakan akan kehidupannya yang berubah.
Tujuan tambahan dari blog ini juga untuk mempromosikan toko rotinya, Tansen de Bakker.
Target pembaca yang pasti dari blog ini adalah masyarakat Indonesia. Namun, tidak ada
target pembaca yang spesifik dari blog ini selain pembaca setia yang memang sering
mengunjungi blog milik Tansen. Karena tipe teks ini adalah blog yang tidak resmi,
penggunaan bahasanya akan bersifat informal dan disesuaikan dengan diksi Tansen yang
ditemukan di dalam cerpen. Suasana dalam blog ini akan bersifat santai tanpa adanya rasa
tegang.

Berbagai majas akan digunakan dalam blog ini. Majas hiperbola, koreksio dan simile
digunakan untuk menekankan makna dari suatu frase. Majas hipokorisme digunakan untuk
menunjukkan kedekatan hubungan Tansen dan Mei. Majas ironi digunakan untuk
menambahkan rasa humor untuk menciptakan suasana santai. Majas retorik digunakan untuk
mengajak pembaca ikut berpikir dalam berbagai hal yang cukup penting. Majas personifikasi
digunakan untuk menambahkan kesan baru yang tidak bosan kepada pembaca.

2
Freelance Blog Tansen Wuisan

Penulis Tansen Wuisan


Hidupku Berubah!

BERLANGGANAN
Sudah lumayan lama saya tidak aktif di blog ini. Saya merasa
hidup saya berubah. Saya merasa sudah seperti mukjizat saja Ketik email kamu di sini:
saya bisa meluangkan waktu untuk aktif. Saya tambah sibuk
karena Madre yang beberapa waktu lalu pernah saya ceritain.
Adonan biang hasil perkawinan air, tepung, dan sejenis fungi
yang bernama Saccharomyses exiguus dengan Lactobacillus, itulah
sosok Madre sesungguhnya. Madre sudah menjadi ibu dari
semua roti yang pernah dibuat di Tan de Bakker sejak 1943, ARSIP BLOG
dan juga roti-roti yang sekarang dibuat di Tansen de Bakker. 1997
Dibuat oleh nenek saya setelah melewati jutaan eksperimen Mei (1)
dari kulit buah sampai tapai. Madre 2 tahun lebih tua dari Tan Hidupku Berubah!
de Bakker. Ya, pada tahun 1941 sebelum sebelum Tan de
Bakker sendiri didirikan, sebelum ibu kandung saya sendiri Juni (4)
lahir, lahirlah Madre. Mei (5)
April (4)
Kelihatannya aneh ya, adonan
biang bisa bertahan 50 tahun Februari (3)
lebih. Mungkin karena ketika Januari (5)
tidak digunakan, Madre
ditaruh di dalam stoples dan 1996
disimpan dalam kulkas agar 1995
mikroorganisme atau funginya
dorman, tidak aktif karena
suhu yang sangat dingin.
Seperti wine saja, semakin
lama disimpan, cita rasanya semakin meningkat. Saya juga
pernah mencoba sup dengan kaldu biang berumur 10 tahun
ala Pak Hadi, dan rasaya menakjubkan sekali. Tapi, Madre juga
tidak kalah menakjubkan.

Sejarah Madre begitu dalam dan tidak kalah dari sejarah dunia
ini. Begitu pula dengan sejarah pembuatnya, kakek dan nenek
saya yang menantang arus, melewati berbagai masalah ras dan
menikah demi cinta mereka. Kata orang-orang, dulu sangat
tidak lazim untuk seorang wanita asli India menikah dengan

3
pria keturunan Cina. Jangankan di hadapan masyarakat, di
hadapan keluarga saja sudah dianggap kurang pantas. Tapi,
kalau kakek dan nenek saya takut dengan masalah sepele
seperti itu, Madre tak akan pernah lahir. Itu juga yang
membuat saya memberi apresiasi besar terhadap Madre, selain
karena Madre telah menghidupi keluarga Tan de Bakker. Nilai
Madre sudah saya sadari sangatlah berharga, melebihi uang
sebesar 100 juta sekali pun atau harta karun lainnya. Apakah
ada sesuatu yang nilainya melebihi Madre?

Di Bali, saya koki yang sangat handal, masakan terbaiknya mi


instan dan nasi goreng yang tidak sukses. Herannya, sekarang
saya sudah cukup ahli dalam membuat roti. Diajari oleh Pak
Hadi, karyawan kakek saya. Menguleni dengan telaten,
membanting adonan, tes tembus cahaya, lalu
memanggangnya. Pengalaman pertama saya membuat roti
langsung menggunakan Madre yang bersejarah ini. Hasilnya,
belum saya cicipi, sudah ditukar duluan oleh Meilan
Tanuwidjaja dengan selembar lima puluh ribuan. Madre
memang mengagumkan. Ketika Mei memakannya, kenangan
Mei saat memakan roti di San Fransisco teringat kembali.
Begitu pula dengan saya yang pernah memakan roti
menggunakan Madre buatan Pak Hadi. Jadi ingat dulu sering
sekali memakan roti hangat Mang Husen ketika masih kecil.

Kata Pak Hadi, Ndak ada hal yang kebetulan, saya memang
telah dipilih Madre. Pertama kali mencoba dengan Madre,
sudah ada hasilnya berupa roti yang wangi dan enak, meski
tidak saya cicip. Padahal, para karyawan saja butuh puluhan
percobaan sebelum berhasil. Bu Sum mencoba 7 kali, Bu
Dedeh 5 kali, dan Bu Cory sampai 10 kali. Saya makin percaya
jalan hidup saya ini tidak salah. Madre memang unik dan
sepertinya bisa memilih majikannya yang memiliki hubungan
langsung dengannya. Madre juga sudah seperti manusia, harus
dikasih makan tepung dan air agar fungi di dalamnya tetap
mendapat nutrisi untuk hidup.

Tantangan pertama, belajar membuat roti, sudah saya lewati.


Selanjutnya adalah menghidupkan kembali Tan de Bakker.
Pelanggan pertama kami adalah Mei yang sudah melahap roti
pertama saya. Mei ternyata memiliki hubungan erat dengan
adonan biang milik yeyenya pada masa kecilnya, makanya dia
antusias sekali ketika membaca postingan blogku sebelumnya.
Batch pertama Mei ini lumayan banyak, ada roti kibbled, rye,
focaccia, ciabatta, baguette dan ribuan roti lainnya. Hasilnya waktu

4
itu, roti-roti dihias di dalam keranjang berpita dan diberikan
kepada Nona Mei dari Bung Tansen, begitulah Pak Hadi
menyebut Mei dan saya. Tanpa saya sangka, Mei
menggunakan hiasan itu untuk membuat brosur promosi
kebangkitan Tan de Bakker.
Roti selanjutnya yang saya
buat adalah bolu pisang
yang entah kenapa sering
dikenal dengan sebutan
banana bread, menggunakan
resep asli dari Jamaika.
Peran saya dalam membuat
roti ini hanyalah
memberikan Pak Hadi
gunting untuk memotong
pita merah. Hanya begitu saja dan saya sudah dianggap
berhasil membuat banana bread terenak yang pernah dimakan
oleh pemilik toko roti Bogor Bakery yang sekarang berganti
nama menjadi Fairy Bread, putri dari David Tanuwidjaja yang
cerewetnya minta ampun (begitulah kata Bu Sum), yaitu
Mei. Lucunya, atau malunya, Mei sadar banana bread itu buatan
artisan kelas atas, Pak Hadi, bukan buatan saya.

Insiden banana bread hanya berlangsung sebentar di pikiran


saya, karena saya takut akan satu hal. Apa para manula ini, Pak
Hadi, Pak Joko, Bu Cory,Bu Sum dan Bu Dedeh yang
berumur 70-80 tahunan, apa mereka masih kuat menjadi
artisan? Hanya dalam sekejap mereka bisa jatuh sakit,
meninggalkan rasa bersalah dan penyesalan seumur hidup
dalam diri saya. Kekhawatiran itu membuat saya ingin
bertemu dengan Mei di coffee shop hotel segera setelah saya
kewalahan mengurus dan menyelesaikan PO dari Mei.
Hasilnya memicu rapat kami bertiga, saya, Mei dan Pak Hadi
di sebuah restoran Perancis di sebuah mall di wilayah Jakarta
Selatan. Akhirnya, lahirlah Tansen de Bakker, toko roti
Tansen, yang bekerja sama dengan Fairy Bread, karena
kekurangan SDM.

Perjalanan saya dari Bali ke Jakarta karena alasan yang awalnya


tidak jelas, menerima warisan kakek yang bahkan tidak saya
kenal, telah berakhir, bukan, telah memulai sebuah perjalanan
yang benar-benar baru dalam hidup saya. Siapa sangka saya
akan meneruskan usaha roti dengan Madre dan tidak lagi
menjadi freelance.

5
Madre, adonan biang generasi kakek saya yang sangat
berharga, wajib dijaga dan dilestarikan. Tapi, saya tidak mau
kalah. Saya sedang berusaha membuat sebuah adonan biang
baru seperti Madre. Kalau Madre berarti Ibu dalam Bahasa
Spanyol, maka adonan ini saya beri nama Padre, yang berarti
Ayah dalam Bahasa Spanyol. Padre berbahan nanas yang
diberikan oleh Mei. Saya harap Padre tidak akan kalah dari
Madre. Saya minta doa dan restu semuanya agar usaha Tansen
de Bakker dan juga Padre ini bisa sukses.

Jangan lupa datang ke Tansen de Bakker ya. Bila ingin tahu


lebih lengkap mengenai rotinya, kunjungi websitenya di sini.

DITULIS OLEH TANSEN WUISAN Tidak Ada Komentar

123

6
Daftar Pustaka

Anonymous. (2013, April 6) [Foto Roti dalam Keranjang] Diakses pada 28 Januari 2016,
dari http://galeryfotogratis.blogspot.co.id/2013/04/foto-roti-dalam-keranjang.html
Lestari, D. (2013, Februari). Kumpulan Cerita Madre (Ed. 6, hal. 1-72). Yogyakarta: Penerbit
Bentang.
Sellya, N. (2014, September 29) [Adonan Biang] Diakses pada 28 Januari 2016, dari
http://dapurtehnit.blogspot.co.id/2014/09/cara-membuat-biang-roti.html

Anda mungkin juga menyukai