Acara Vi Hidrologi
Acara Vi Hidrologi
INFILTRASI
I. TUJUAN
II.1 Alat :
1. Infiltrometer Digital
2. Alat tulis
3. Botol Kosong
4. Spidol OHP
II.2 Bahan:
1. Air
2. Peta (Peta geologi, Peta RBI)
3. Plastik transparansi
Infiltrasi adalah masuknya air dari permuakaan ke dalam tanah. Apabila tanah
yang kering terkena hujan,kandungan lengas tanah di permukaan
meningkatmencapai kapasitas lapangan. Kemudian air tanah akan bergerak ke
lapisan yang paling dalam. Air juga bergerak ke semua arah. Di atas kapasitas
lapangan perkolasi bergerak lambat melailui pori-pori berukuran 10-50 m dan
pengatusa terjadi dengan cepat melaui pori-pori berukuran >50 m
(Sutanto,2005).
Secaraumuminfiltrasidanperkolasidisamakandenganrembesan(permeabilitas,
seepage).Perkolasidaninfiltrasidibedakanpadakedalamannyasaja.Infiltrasimerupak
an gerakan
airmelaluipermukaantanahmenujukedalamtanah.Besarnyainfiltrasitergantungdariti
pe vegetasi dipermukaantanah, faktorlapisanpermukaantanah, suhu,
intensitashujan, karakteritikfisik tanah, dankualitasairnya (Viessman,
1977).Aliraninfiltrasimasukmelewatipermukaantanah,
sehinggasangatdipengaruhikondisipermukaantanah.Tanahsebagai media
aliranmempunyaibeberapaklarifikasiyaitupermeabilitastanah, kelembabantanah,
porositastanah, jenistanahdan lain-lain.
Pengertianlajuinfiltrasidibedakanmenjadiduayaitulajuinfiltrasimaksimumdan
lajuinfiltrasinyata.Lajuinfiltrasimaksimumadalahlajuinfiltrasiyang
mungkinterjadipadalapisantanah.Sedangkanlajuinfiltrasinyataadalahlajuinfiltrasi
yang sesungguhnyaterjadi.Kumulatifinfiltrasiadalahakumulasikedalaman air
yangterinfiltrasiselamaperiodewaktu
yangsamadenganpenjumlahanlajuinfiltrasiseluruhwaktu. (BurhanBarid,
TyasIlhami, Fadli F. 2007).
Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada
suatu periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam
tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi
maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman,
1991).
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton,
2004). Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan
kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka
kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water)
(Jury dan Horton, 2004).
Infiltrasidipengaruhiolehbeberapafactorantaralain :
VI. PEMBAHASAN
Pada titik pertama, yaitu daerah Ngajum (hulu), lokasi penambilan sampel
termasuk satuan bentuk lahan vulkan yang pemanfaatan lahannya adalah sebagai
tegalan dimana pada lokasi tersebut didominasi jenis endapan vulkanik yang
memiliki sifat tidak terkonsolidasi, sehingga pada lokasi pengambilan sampel ini
proses infiltrasi tergolong lebih cepat dibandingkan dari titik titik lainnya. Laju
infiltarsi pada lokasi ini sebesar 48, 646986 inch/ jam. Dibandingakan dengan
lokasi lokasi lainnya laju infiltrasi pada titik ini dipengaruhi pula oleh kondisi
permukaan tanah dengan penggunaan lahan berupa tegalan yang permukaan
tanahnya tidak mengalami pemadatan sehingga laju infiltrasi tergolong cepat.
Laju infiltasi yang tergolong cepat tersebut berpengaruh terhadap proses limpasan
yaitu daya infiltrasi yang besar yang berakibat terjadinya perbedaan antara
intensitas curah dengan daya infiltrasi yang menjadi makin kecil. Akibatnya
limpasan permukaannya makin kecil maka debit puncaknya juga akan lebih kecil,
membuat pengisian kembali air tanahnya cepat.
Pada titik dua ini, laju infiltrasi diwilayah persawahan sebesar
24.80314960629921 inch/jam, sedangkan untuk pemukiman sebesar 47.72727272727273
inch/jam. Perbedaan laju infiltrasi antara 2 lokasi tersebut diakibatkan karena, pada
wilayah persawahan tanah telah mengalami pengolahan lahan yang berbentuk teras
siring, selain itu daerah tersebut juga selalu mendapat pengaliran air. Sedangkan untuk
wilayah pemukiman, proses pengambilan sampel dilakukan pada area dengan dominasi
tanah uruk, sehingga proses infiltrasinya pun besar, karena tanah uruk cenderung
memiliki pori yang besar.
Pada titik ketiga berada pada jalibar hilir. Pengukuran dilakukan di dua titik yaitu
pada lahan tegalan dan perkebunan tebu. Laju infiltrasi pada lahan tegalan sebesar 7
inchi/jam. Sedangkan pada lahan perkebunan tebu sebesar 39,8734177 inchi/jam.
Perbedaan laju infiltrasi pada lahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada lahan
tegalan yang banyak ditumbuhi vegetasi dominan besar, sehingga tanahnya belum
terganggu selain itu tekstur tanah yang liat juga mempengaruhi kecilnya laju infiltrasi
dilhan tegalan ini, karena tanah liat cenderung memiliki pori-pori mikro,sehingga hanya
sebagian kecil air yang dapat terinfiltrasi di lahan ini. Lain halnya dengan lahan
perkebunan tebu, dimana pada lahan ini tanah sudah mendapat pengolahan, sehingga
tekstur tanah menjadi gembur, dan infiltrasipun semakin besar.
Dari hasil pengukuran infiltrometri di lapangan pada daerah lereng gunung kawi
Desa Ngajum digunakan infiltrometer menggunakan pendekatan pengukuran selama 15
menit. Hasil infiltrasi yang dicari adalah berapa inch air yang masuk selama 1 jam. maka
pengukuran dilakukan selama 15 menit menggunakan alat. Bila air dalam alat belum
habis dalam waktu 15 menit, maka penunjuk skala digunakan untuk melihat ketinggian
air saat itu kemudian hasilnya dikalikan dengan 4 (dengan asumsi 15 menit selama 4 kali
untuk 1 jam).
Akan tetapi, tidak selalu pengukuran selama 15 menit menyisakan air. Dalam
beberapa pengukuran air habis sebelum waktu 15 menit. Demikian untuk menyiasati hal
tersebut, teknik perhitungan pun di rubah. Pada infiltrometer, bila air habis semua akan
menunjukan skala inch sebesar 3.5, maka kita mencari pengganti 4 kali 15 menit dalam
rumus dasar. Pertama-tama kita rubah satuan waktunya yang berbentuk jam, menit dan
detik ke bentuk detik. Maka 1 jam menjadi 3600 detik dan 1 menit 60 detik, bagi 3600
detik dengan waktu selama air habis. Kita ambil contoh, butuh waktu 10 menit untuk air
3.5 inch habis. Jadi 3600 dibagi 10 menit yang di konversi ke detik (600). Hasilnya 3600
dibagi 600 sama dengan 6. Nilai 6 ini adalah berapa kali waktu yang diperlukan 10 menit
untuk mencapai 1 jam. Setelah itu nilai air total saat habis (3.5 inch) dikalikan dengan
angka pengganti yang sudah dicari sebelumnya. 3.5 inch dikali 6 sama dengan 21 inch,
jadi selama 1 jam ilnfiltrasi sebanyak 21 inch. Pada intinya kita mencari berapa kali yang
dibutuhkan waktu dalam pengukuran (air habis) untuk menghasilkan waktu 1 jam.
Asumsi ini adalah pengganti 4 kali 15 menit.
VII. KESIMPULAN
Tingkat infiltrasi di suatu wilayah pada praktikum kali ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti tata guna lahan, kondisi vegetasi, jenis vegetasi serta jenis
tanah pada lokasi pengukuran. Kalibiru meliputi wilayah hulu sub sub-DAS,
sungai tengah, dan hilir. Tingkat infiltrasi pada bagian hulu tergolong sangat cepat
sebab jenis tanah pada wilayah hulu termasuk orde andisol dengan kondisi yang
gembur serta tutupan lahan berupa pepohonan besar seperti pohon jati dan sengon
dan tata guna lahan wilayah hulu berupa tegalan. Tingkat infiltrasi bagian tengah
memiliki tingkat infiltrasi sedang dengan kecepatan yang lebih lambat dari bagian
hulu, tingkat infiltrasi demikian disebabkan oleh tata guna lahan yang berupa
pemukiman, tegalan, dan persawahan dengan kondisi vegetasi kerapatan sedang.
Infiltrasi di bagian hilir dengan tata guna lahan berupa kebun tebu memiliki laju
infiltrasi yang cepat sebab kondisi tanah pada penggunaan lahan tersebut sangat
gembur sedangkan tata guna lahan berupa hutan jati memiliki tingkat infiltrasi
yang lebih lambat sebab akar tumbuhan pada tata guna lahan jati merupakan akar
tunjang.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolahan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada.
University Press. Yogyakarta.
Azhary, Ibrahim Qurannysains. 2013.ANALISIS SATUAN MEDAN UNTUK
IDENTIFIKASI KAWASAN PENYEBAB BANJIR DI SUB DAS JATI
KABUPATEN TRENGGALEK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Kodoatie, R.J dan Roestam sjarif, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Andi. Yogyakarta
Maroah, Siti.2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Pada Beberapa
Model Tanaman (Studi Kasus sub DAS Keduang, Wonogiri). Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.