Anda di halaman 1dari 10

Analysis Butiran Sedimen Marin

1.ASAL USUL SEDIMEN

1.1. Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi


fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).
Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk.
Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah
geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini
merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya
struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta
lingkungan pengendapan tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur
sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air
relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang
karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari
batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang
terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau.
Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak
ataupun cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana
pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada
tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963) Jadi, lingkungan
pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi
oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang
dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut.
Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh air,
juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian.
Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti
delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik,
batial, dan abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut, Proses
Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut
berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi
geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.

1.2. Parameter Lingkungan Pengendapan


Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan.

1. Elemen fisik

- Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang diendapkan seperti kerakal
silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan kelembapan.
- Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es; air hujan;
dan hujan salju.

2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang merupakan
bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.

3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk meliputi kedua-
duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil
pencernaan, dan pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan
kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material pengendapan.

1.3. Proses Sedimentasi dan Produknya


Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi
dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur,
dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah
kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang
terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu
pengendapan pada lingkungan.

1.4.Proses Pengendapan Di Air Dan Darat


Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan berakhir di air
hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini
juga termasuk timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat
diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak sempurna.
Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap
karena perpindahan air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai yang deras.
Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga
menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun
dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial.
Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan
dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk
di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena
perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat
berubah. Timbunan kerucut aluvial selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar
[termasuk bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa
adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses pengendapan. Setelah
sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume pengangkatan material sedimennya. Natural
leeves akan terbentuk pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain disetiap
sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial / plain.
Timbunan material di area tersebut juga akan terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang
dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak
material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi
seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan
terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup
lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian
menuju delta dan laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1. Zona pantai
2. Zona dangkalan
3. Zona laut dalam
Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul di garis pantai dan
akan berubah secara tetap. Material ini didominasi oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].

Transportasi
Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan oleh
tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material
hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.
d. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air
sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu
lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material
yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang
lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian
hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini
terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus
dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material
yang diendapkanpun semakin halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau
gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan
yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu
tempat dengan tempat lain akan berbeda.

Pengendapan oleh air laut


Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir,
spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai.
Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material
yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut
material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan
material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut.
Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang.
Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).

Pengendapan oleh angin


Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan
angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga
terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan
oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba,
terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan
juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V
menjadi berbentuk U.
1. Deposisi
Pengendapan Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan terjadi pada waktu
yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran butiran mineral. Dapat juga menghasilkan
endapan kimia pada kondisi yang berbeda.
2. Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
b. Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and circulating water.
c. Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions

1.5.Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi

Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan,
mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan
pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi
yaitu :

1.Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari
setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari daerah
yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi pertumbuhan
sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].

Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada kondisi
fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah pada unit geomorfik
dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika, kimia, dan biologi
yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran partikular. Proses ini akan
mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya,
sehingga pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai akan
mempertimbangkan unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika tertentu [gelombang
dan aktivitas arus], proses kimia [solusi dan presipitasi], dan proses biologi [penggalian, sedimen
ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan pasir pantai yang khas oleh
partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen, dan mineralogi.

Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi, struktural, dan
karakter organisme yang dapat dikenali di lapangan.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan
biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus,
struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan
mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik
organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang
memperlihatkan suatu pengendapan padalingkungan.
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan mengenai
kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut
sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies
pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena
transportasi angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai,
pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain dimana proses
traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari
hubungan fasies dengan urutan yang benar dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu
fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama sama yang
selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur
batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang
mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem
sungai.
Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar benar memperhatikan
keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan
adanya aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena kontak
derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan fasies karena
kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan lingkungannya ataupun
tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan
perubahan dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di
dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan yang nyata atau
mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies
vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan ukuran butir dari dasar
erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan peningkatan energi arus pengendapan.
fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran butir akan semakin halus
dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan energi arus pengendapan

Dasar-dasar Analisis Lingkungan


Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
a. Kriteria fisik
- Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen, antara lain:
bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma
bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter, 1962).
- litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan pengendapan yang sangat
umum. Contohnya, tend batugamping menjadi deposit karena suhu hangat. shelves laut dangkal.
- asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan outcrop atau penentuan
data bagian permukaan, sangat penting untuk membedakan lingkungan
- struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh proses pengendapan,
terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan.
b. Kriteria geokimia
Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi kimia partikel
silisiklastik yang membentuk batuan.
c. Kriteria biologi
Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat berguna.
2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen
a. Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan radioaktivity.
b. Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi density/porosity, ukuran butir,
litologi, dip perlapisan.
3. Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain hubungan kontak utama
(uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip strata, identifikasi unit fasies seismik.

1.6. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan


Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan
limnic
b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands, offshore bar,
tidal flat.
c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

1.7. Fasies Model


Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies dapat
diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan.
Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan
framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari
situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir
hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan,
mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan bentuk lain
ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .
b) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend
permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter
lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam
sebuah proses-respon model.

2.UKURAN BUTIR SEDIMEN

granulometri merupakan suatu ukuran butir sedimen. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap proses-proses eksogenik seperti
pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta proses transportasi dan deposisinya. Hal-hal
tersebut merupakan variabel penting dalam melakukan suatu interpretasi.
Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Proses-proses
eksogenik akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen .bentuk awal yang
kemungkinan runcing-runcing, atau ukuran butirnya masih bear -besar, lama kelamaan kan
seiring waktu akan berubah karena proses eksogenik itu. Sedangkan proses transportasi dan
deposisi memperlihatkan proses bagaimana agen utama seperti air menggerakkan dan
mengendapkan butiran sedimen.

Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, yaitu
variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi pengendapan. Data-data
hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan untuk mengetahui 3 faktor tersebut
secara jelas.

Material-material sedimen yang terdapat di permukaaan bumi memiliki ukuran yang


sangat bervariasi. Udden (1898) membuat skala ukuran butiran sedimen, yang kemudian
skala tersebut dimodifikasi oleh Wenworth pada tahun 1922 dan dikenal dengan skala ukuran
butir Udden-Wenworth (1922). Ukuran butiran sedimen yang ditetapkan adalah mulai dari
<1/256 hingga >256mm dan terbagi menjadi 4 kelompok besar, yaituclay, silt,
sand, dan gravel.
Setelah skala Udden-Wenworth banyak digunakan, kemudian Krumbein (1934)
membuat suatu transformasi logaritmik dari skala tersebut yang kemudian dikenal dengan
skala phi = log d, dengan d adalah ukuran butir dalam mm. Skala phi akan menghasilkan
2

nilai positif dan nilai negatif. Semakin besar ukuran butir dalam mm, maka nilai phi akan
semakin negatif. Sebaliknya, semakin kecil ukuran butir dalam mm, maka nilai phi akan
semakin positif. Krumbein memilih logaritma negatif dari ukuran butir (mm) karena ukuran
pasir dan butiran halus lebih sering dijumpai pada batuan sedimen.
Analisis distribusi ukuran sedimen dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran langsung terhadap material sedimen berukuran gravel, dan pengayakan kering
pada material sedimen berukuran pasir dan lempung. Untuk mendapatkan sampel yang
mampu mewakili semua sampel itu sendiri, maka dilakukan splitting. Metode splittingyang
digunakan dalam praktikum adalah quartering. Quartering dilakukan dengan cara
menuangkan sampel melalui suatu corong di atas karton yang disilangkan saling tegak lurus
sehingga sampel akan terbagi dalam 4 kuadran. Proses ini diulang-ulang hinggai diperoleh
berat sampel yang diinginkan.
Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran
butir, yaitu cara grafis dan cara matematis. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk
mendapatkan beberapa parameter. Parameter nilai pada pengukuran butir sedimen antara lain
ukuran butir rata-rata (mean), keseragaman butir (sorting), skewness, dan kurtosis. Parameter
tersebut dapat ditentukan nilainya berdasarkan perhitungan secara grafis maupun secara
matematis. Perhitungan secara grafis menggunakan persamaan yang berdasarkan nilai phi
pada sumbu horizontal kurva prosentase frekuensi kumulatif. Sedangkan perhitungan
matematis menggunakan rumus umum momen pertama dengan asumsi bahwa kurva
distribusi frekuensinya bersifat normal (Gaussian).

Cara Grafis
Cara grafis dilakukan setelah melakukan pengayakan dan penimbangan terhadap
butiran sedimen. Butiran sedimen yang diayak dan ditimbang berukuran pasir halus hingga
pasir kasar. Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan, data-data tersebut diplot dalam
beberapa grafik dan histogram. Salah satunya adalah kurva frekuensi kumulatif yang
digunakan untuk menentukan nilai phi pada persentil tertentu yang kemudian dimasukkan
dalam rumus moment. Rumus-rumus yang digunakan dalam cara grafis adalah:

Median
Median adalah ukuran butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang berarti
separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus sedangkan separuh lainnya lebih
kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat secara langsung dari kurva komulatif,
yaitu nilai phi pada titik dimana kurva komulatif memotong nilai 50%.

Mode
Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling sering (paling
banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi.
Mean
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Pada umumnya ukuran butir ini dinyatakan dalam
phi ataupun dalam satuan mm.

Sortasi
Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di sekitar mean).
Parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir.

Nilai Standard Deviasi Klasifikasi


< 0,35 Very well sorted
0,35 0,50 Well sorted
0,50 0,71 Moderately well sorted
0,71 1,00 Moderately sorted
1,00 2,00 Poorly sorted
2,00 4,00 Very poorly sorted
> 4,00 Extremely poorly sorted

Skewness (Sk)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif maka
sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari jumlah butir
yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut mempunyai jumlah
butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.

Nilai Skewness Klasifikasi


+1.0 sd +0,3 Very fine skewness
+0,3 sd +0,1 Fine skewness
+0,1 sd -0,1 Near symmetrical
-0,1 sd -0,3 Coarse skewness
-0,3 sd -1,0 Very coarse skewness

Kurtosis
Kurtosis dapat menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap
bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus yang diajukan
oleh Folk (1968)

Nilai Kurtosis Klasifikasi


<0,67 Very platycurtic
0,67 0,90 Platycurtic
0,90 1,11 Mesokurtic
1,11 1,50 Leptokurtic
1,50 3,00 Very leptokurtic
>3,00 Extremely leptokurtic

Cara Matematis
Cara matematis menggunakan perhitungan rumus matematis dan sangat berbeda dengan cara
grafis. Cara ini lebih teliti karena tidak perlu melakukan pembacaan kurva kumulatif yang
kemungkinan besar dapat mengalami kesalahan dalam pembacaannya. Rumus-rumus yang
dipakai dalam perhitungan adalah

Daftar Pustaka
Boggs, Sam.2006. Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4 Edition. New Jersey
th

Pearson Education, Inc


Husein, Salahuddin. 2011. Proses Eksogenik: Erosi dan Sedimentasi. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Staff Asisten Geomorfologi. 2009. Panduan Praktikum Geomorfologi. Yoyakarta: Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Surjono, Sugeng S. . Buku Ajar Sedimentologi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Surjono, Sugeng S., Amijaya, D. Hendra., Winardi, Sarju. 2010 . Analisis Sedimentologi.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Tentang iklan-iklan ini

3.PENGARUH SEDIMEN TERHADAP PARIWISATA

Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Menurut
SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua
tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang
dikunjungi wisatawan.[1].
Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau
berupa objek bangunan seperti museum,benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain.

Suatu tempat/daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus memenuhi hal pokok
berikut.
1. Adanya sesuatu untuk di lihat. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2. Adanya sesuatu untuk di beli. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk
dibeli.
3. Adanya sesuatu untuk dilakukan. Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat
dilakukan di tempat itu.

Umumnya di beberapa daerah atau negara, untuk memasuki suatu Objek Wisata para
wisatawan diwajibkan untuk membayar biaya masuk atau karcis masuk yang merupakan
biaya retribusi untuk pengemabangan dan peningkatan kualitas Objek Wisata tersebut.
Beberapa Objek Wisata ada yang dikelola oleh Pemerintah dan adapula yang dikelola oleh
pihak swasta. Objek Wisata yang dikelola oleh pihak swasta dapat berupa Objek Wisata alami
maupun buatan

Anda mungkin juga menyukai