BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Apendisitis
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor,
atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jam terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
C. Klasifikasi
5. Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa
rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang
diregio iliaka kanan
D. Etiologi
Faktor prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
Apendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal
berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab
obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia
jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi.
6
E. Patofisiologi
perforasi. Untuk membatasi proses radang ini tubuh juga melakukan upaya
pertahanan dengan menutup apendiks vermiformis dengan omentum, usus
halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara
salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks.2 Pada anak-anak dengan
omentum yang lebih pendek, apendiks vermiformis yang lebih panjang,
dan dinding apendiks vermiformis yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh
yang masih kurang, dapat 12 memudahkan terjadinya apendisitis perforasi.
Sedangkan pada orang tua, apendisitis perforasi mudah terjadi karena
adanya gangguan pembuluh darah. Apendiks vermiformis yang pernah
meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut
yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Sehingga suatu
saat, organ ini dapat mengalami peradangan akut lagi dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi akut.
F. Pathway
8
G. Manifestasi
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada
titik McBurney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau
intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat
nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diaretidak tergantung pada
beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tak
yang menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah
ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran
apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh
kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik
anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi
atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila
lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui
bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya
kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda
rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang
abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada
pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi
H. KOMPLIKASI
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%.
Insiden lebih tinggi pada anak-anak dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24
jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 C atau lebih
tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
I. Pemeriksaan Penunjang
11
1. Pemeriksaan laboratorium
reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya
pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12
2. Pemeriksaan urine
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir
3. Pemeriksaan radiologi
4. Pemeriksaan USG
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
5. Abdominal X-Ray
J. Penatalaksanaan
secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru
yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih
oleh para ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya
K. Appendictomy
berikut:
1. Tindakan medis
Dalam 8 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis, sering tidak
terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi yang cermat.
Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun melalui mulut. Bila
narkotik jika memungkinkan, tetapi obat sedatif seperti barbitural atau penenang
tidak karena merupakan kontra indikasi. Pemeriksaan abdomen dan rektum, sel
darah putih dan hitung jenis di ulangi secara periodik. Perlu dilakukan foto
abdomen dan thorak posisi tegak pada semua kasus apendisitis, diagnosa dapat
jadi jelas dari tanda lokalisasi kuadran kanan bawah dalam waktu 24 jam setelah
timbul gejala.
b. Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau toksitas yang
menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat menggangu. Pada penderita
ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika diperlukan. Penderita dibawa kekamar
c. Antibiotik
2. Terapi bedah
lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam
tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih
besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama
4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makan
saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi
pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada
hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan
JURUSAN
KEPERAWATAN
POLTEKKES No dokumen: No Revisi
DEPKES
15
MALANG
29. Setelah fasia dan lemak di jahit, kemudian jahit kulit satu-satu
dengan jahitan premiline 3-0.
30. Membersihkan kulit area operasi dengan kassa basah dan
keringkan,kemudian tutup dengan sufratule,kassa dan di fiksasi
dengan hypafix.
31. Operasi selesai, asisten operator mengambil kasa dalam vagina.
32. Perawat instrument menginventaris alat alat, kemudian
dekontaminasi menggunakan larutan precept 2,5 gram dalam 5
liter air rendam selama 10 menit, kemudian bilas, bersihkan
dan keringkan , kemudian inventaris ulang dan dipacking untuk
disteril.
33. Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan
kembalikan alat-alat yang dipakai pada tempatnya.
34. Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi
35. Cek kembali kelengkapan status pasien, dan sertakan di
brankart sebelum di bawa ke RR
1. Kelengkapan instrument
Evaluasi 2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan
2. Alat steril
A. Set dasar yang disiapkan (basic instrument set)
No Nama Alat Jumlah Gambar
1 Desinfeksi 1
klem (Sponge
holding
forceps)
2 Duk klem 5
(Towel
forceps)
20
3 Pemegang 1
pisau
(Handvat
mes/Knife
handle) no 3
4 Pincet 2
anatomi
5 Pincet 2
chirurrgie
21
6 Arteri klem 2
van pean
lurus
7 Arteri klem 5
van pean
bengkok
(Chrom
klem)
8 Arteri klem 4
van kocher
22
9 Gunting 1
Benang
( Ligature
Scissors )
10 Gunting 1
Metzembum
11 Nald Voerder 1
12 Woundhag 2
gigi 4 tajam
23
13 Langenbeck 2
B. Set khusus
No Nama Alat Jumlah Gambar
1 Crush klem 1
24
2 Klem 1
Babcock