Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL SURVEI LAPANG SAPI POTONG KECAMATAN TIRIS

I. Gambaran Umum tentang Lokasi Survei


Pelaksanaan survei lapangan ini dilakukan di Kecamatan Tiris,
Probolinggo, Jawa Timur. Survei lapangan di kecamatan ini dilakukan selama
dua hari, yaitu pada Hari Rabu tanggal 11 Januari 2017 dan Hari Kamis
tanggal 12 Januari 2017. Adapun desa tempat dilakukannya survei lapangan
ini, yaitu Desa Tiris, Desa Segaran, Desa Ranu Agung, dan Desa Jangkang.
Kecamatan Tiris terletak di antara kaki Gunung Lamongan dan Gunung
Argapura yang memiliki ketinggian rata-rata 400-500 mdpl, sebagian besar
tanah di Kecamatan Tiris masih ditumbuhi oleh tumbuhan hutan hujan khas
Jawa, serta sebagian daerah berpenghuni tersebar banyak lahan yang
ditumbuhi oleh tanaman sengon, petai serta rumput gajah untuk pakan ternak.
Kecamatan Tiris memiliki potensi pariwisata karena di daerah tersebut
terdapat banyak ranu atau danau vulkanik yang tersebentuk secara alami
pada masa lampau seperti Ranu Segaran di Desa Segaran dan Ranu Agung
di Desa Ranu Agung, Selain itu di Desa Segaran juga terdapat sumber
pemandian air panas yang masih sepi pengunjung. Warga di sekitar desa
tersebut mengharapkan perhatian pemerintah untuk mengembangkan potensi
pariwisata yang ada di daerah tersebut. Banyaknya peternak sapi yang ada di
kecamatan tersebut juga diharapkan dapat menjadi tempat untuk belajar
ataupun pelatihan bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan pada bidang
peternakan seperti mahasiswa yang ingin melakukan praktek kerja lapang
atau para pekerja dari dinas pemerintah.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Tiris bekerja sebagai petani dan
peternak. Hampir di semua rumah penduduk terdapat kandang sapi dan
tempat penyimpanan rumput untuk pakan ternaknya. Selain sapi, di
kecamatan ini juga banyak peternak domba dan kambing. Seluruh sapi yang
ada di Kecamatan Tiris didominasi oleh sapi potong dibandingkan dengan
sapi perah. Berdasarkan hasil survei lapang yang dilakukan selama dua hari
di Kecamatan Tiris, rata-rata warga di kecamatan tersebut memiliki sapi 3-4
ekor di rumahnya. Menurut warga sekitar, khususnya di Desa Tiris memang
lebih banyak yang memiliki sapi potong karena penghasilan dari panen sapi
potong lebih tinggi daripada sapi perah. Selain karena jumlah keuntungan
yang lebih tinggi, alasan penduduk lebih memilih sapi potong adalah
mudahnya perawatan sapi potong daripada sapi perah yang membutuhkan
perawatan khusus serta waktu lebih untuk memerah sapi pada pagi dan sore
hari. Susu yang didapat dari memerah sapi juga memiliki harga yang murah
serta rentan rusak bilamana tidak cepat disetorkan ke KUD di daerah tersebut.
Desa Tiris merupakan salah satu desa yang masih memiliki sejumlah
peternak sapi perah. Para peternak sapi perah yang ada di Desa Tiris merasa
kesulitan ketika harus membawa susu hasil perahnya ke KUD, karena KUD di
daerah tersebut berada di Kecamatan Krucil yang bila ditempuh dari Desa
Tiris memakan waktu hingga 1 jam. KUD Rengganis adalah salah satu nama
kelompok tani yang membina para peternak sapi perah di daerah tersebut.
KUD Rengganis memang berlokasi di Kecamatan Krucil karena Kecamatan
Krucil merupakan salah satu daerah dengan jumlah peternak sapi perah yang
lebih banyak dibandingkan peternak sapi potong. Berdasarkan keterangan
dari warga sekitar, alasan tersebutlah yang membuat para peternak sapi
perah di Kecamatan Tiris beralih menjadi peternak sapi potong.
Sapi yang ada di Kecamatan Tiris, baik sapi potong atau sapi perah
diperoleh peternak dari membeli anakan di pasar hewan. Rata-rata sapi yang
dibeli oleh peternak berumur kurang dari satu tahun, namun juga banyak yang
membeli sapi umur diatas satu tahun. Harga yang diperoleh peternak saat
membeli sapi bervariasi antara Rp 4.000.000 hingga Rp 10.000.000. Selain
membeli anakan sapi, ada juga peternak yang memeroleh sapinya dari hasil
induk ternak sebelumnya dan sistem bagi hasil dengan pemilik sapi. Biasanya
pemilik sapi menitipkan sapi induk kepada peternak untuk dirawat hingga
menghasilkan anakan untuk nantinya diberikan kepada peternak sebagai
bayaran atas jasa selama merawat sapi. Beberapa peternak juga ada yang
memeroleh sapi dari pemberian orang tua dan juga dari rekan sesama petani.
Penduduk di kecamatan ini bangga dengan pekerjaannya sebagai peternak.
Mayoritas peternak sapi di Kecamatan Tiris memberikan pakan ternaknya
dengan rumput. Hal tersebut menjadi salah satu alasan peternak untuk tidak
membeli pakan lain selain rumput dan tanaman-tanaman dari ladang.
Kecamatan Tiris masih banyak dijumpai ladang-ladang yang sengaja
ditumbuhi oleh rumput gajah untuk pakan sapi, baik di Desa Tiris, Desa Ranu
Agung, Desa Ranu Segaran, dan Desa Jangkang. Kebanyakan peternak sapi
di kecamatan ini mengombinasikan antara rumput gajah dengan jagung, petai,
akasia, sengon dan jamu sebagai pakan ternaknya. Ada beberapa peternak
yang mengelola satu lahan untuk budidaya rumput dan sengon untuk
dijadikan pakan sapi.Rata-rata peternak di kecamatan Tiris memberikan
pakan sapi sebanyak tiga kali sehari, tidak sedikit juga peternak yang sampai
memberikan pakan empat kali sehariuntuk penggemukan. Beberapa peternak
sapi yang sedang menggemukkan sapinya bahkan selalu menyediakan pakan
di kandang sapi, sehingga tempat pakan sapi di kandang tidak pernah
kosong.
Pengelolaan dan tata cara beternak di Kecamatan Tiris terbilang masih
sangat tradisional dan sangat menggantungkan pada alam. Selain murah,
pakan yang didapat dari hasil lahan tidak membutuhkan waktu ekstra untuk
mendapatkannya. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa para
peternak di kecamatan tersebut jarang ada yang membeli konsentrat sapi.
Kebanyakn peternak yang memakai konsentrat sapi adalah peternak dengan
pengalamanlebih dari 10 tahun, pemakaian konsentrat juga masih dicampur
dengan formula pakan tradisional seperti mencampur petai maupun singkong
dengan rumput gajah sebagai pakan utamanya. Tidak banyak informasi yang
diketahui oleh para peternak di Kecamatan Tiris, khususnya di Desa Tiris
meskipun desa tersebut merupakan pusat dari Kecamatan Tiris. Beberapa
peternak ada yang mendapatkan informasi tentang pengelolaan sapi dari
petugas ternak ketika melakukan pelayanan seperti pemeriksaan kesehatan
sapi, inseminasi sapi, dan pendataan, namun itu jangkauan informasi tersebut
tidak dapat dibilang luas karena keterbatasan sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil survei dan beberapa keterangan dari warga setempat,
hal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah pusat untuk
mengadakan penyuluhan tentang budidaya ternak dan tani, selain itu ada
yang menyebutkan tentang kurangnya keterbukaan dan respon masyarakat
sekitar tentang perubahan dan informasi yang masuk. Akses masuk wilayah
Tiris juga terbilang sangat jauh dan sulit untuk dijangkau untuk beberapa desa
seperti Desa Jangkang, yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk menuju
ke desa tersebut dengan jalan yang bisa digolongkan sebagai
makadam.Peternak di Kecamatan Tiris banyak yang memiliki ketertarikan
tentang kegiatan sosialisasi budidaya sapi, namun hal itu juga bergantung
kepada respon badan pemerintah atau non-pemerintah tentang bagaimana
realisasi kegiatan tersebut.Para peternak di kecamatan Tiris membutuhkan
informasitentang budidaya ternak di wilayah tersebut. Tidak sedikit pula
peternak yang mengharapkan adanya bantuan berupa bibit sapi dan
konsentrat sapi.
LAPORAN HASIL SURVEI LAPANG SAPI POTONG KECAMATAN PAITON

I. Gambaran Umum tentang Lokasi Survei

Pelaksanaan survei lapangan ini dilakukan di Kecamatan Paiton, Probolinggo,


Jawa Timur. Survei lapangan di kecamatan ini dilakukan selama dua hari, yaitu
pada Hari Jumat tanggal 13 Januari 2017 dan Hari Sabtu tanggal 14 Januari
2017. Adapun desa tempat dilakukannya survei lapangan ini, yaitu Desa Paiton,
Desa Taman,Desa Randutatah, dan Desa Randumerak. Kecamatan Paiton
terletak di sisi timur Kabupaten Probolinggo, berbatasan langsung dengan
Kabupaten Situbondo pada sisi timur dan selat madura pada sisi utara.
Kecamatan Paiton adalah salah satu kecamatan di Probolinggo yang dengan
karakteristik daerah pesisir yang hangat, sebagian desa pada utara kecamatan
ini memiliki sebagian besar penduduk yang memiliki matapencaharian sebagai
nelayan dan pada sisi selatan kawasan ini sebagian penduduknya memiliki
pekerjaan sebagai petani dan peternak. Kawasan paiton adalah salah satu
daerah penghasil tembakau berskala internasional dari Jawa Timur hal itu dapat
dilihat dari adanya gudang besar industri rokok milik Sampoerna, Gudang Garam
dan Djarum. Selain itu, di kawasan Paiton juga terdapat kompleks pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) sebanyak 6 unit di sekitar kawasan pelestarian
mangroove Tampora serta kompleks Candi Jabung dan kompleks petirtaan di
Desa Jabung.

Desa Sumberanyar di Paiton terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) yang


menjadi sumber pendapatan bagi para nelayan akan menjual hasil tangkapan
lautnya, selain itu di desa ini juga tersebar banyak ternak sapi yang banyak
dimiliki oleh warga sekitar karena memang sebagian sumber pendapatan
penduduk Paiton adalah dari hasil beternak sapi potong. Tidak seperti di
Kecamatan Tiris maupun Kecamatan Krucil, di Kecamatan Paiton mayoritas
penduduknya memelihara sapi potong sebagai sumber pendapatannya.
Persebaran peternak sapi di kecamatan ini tidak terpusat seperti di Kecamatan
Tiris namun tersebar di banyak desa di daerah ini. Berdasarkan hasil survei
lapang selama 2 hari, populasi sapi banyak tersebar di Dusun Triwungan, Desa
Taman. Setiap rumah warga yang ada di desa ini hampir semua memiliki ternak
sebanyak dua hingga empat ekor sapi potong. Beberapa desa di kawasan paiton
juga hampir setiap warga memiliki sapi di rumahnya, baik itu milik sendiri
ataupun milik orang lain yang dititipkan kepada peternak. Rata-rata peternak
yang ada di kawasan Paiton mendapatkan ternaknya dari membeli di pasar
hewan, namun tidak jarang pula yang mendapatkan ternaknya dari hasil induk
serta bagi hasil dari pemilik sapi. Kebanyakan peternak di kawasan ini membeli
sapi di pasar hewan dengan perolehan harga berkisar antara Rp 6.000.000
hingga Rp 10.000.000 pada umur kurang dari 1 tahun. Adapun peternak yang
memeroleh sapi anakan dari induk milik sapi yang dititipkan kepada mereka
sebagai ganti jasa perawatan sapi. Seperti yang banyak ditemukan dari hasil
survei lapang, itulah sebabnya banyak peternak di Paiton memiliki sapi betina di
kandangnya. Bagi warga Paiton, memiliki sapi di rumahnya seperti memiliki
tabungan di bank, selain memanfaatkan hasil tani sebagai sumber pendapatan.

Tidak seperti di Kecamatan Tiris yang warganya memiliki lahan untuk


budidaya rumput maupun sengon sebagai pakan ternak sapi, di Paiton banyak
warganya yang masih mencari pakan ternaknya di sekitar lingkungan rumah
mereka. Para peternak hanya mengeluarkan uang untuk biaya bahan bakar
kendaraan untuk mencari rumput gajah di sekitar lingkungannya. Selain
memberikan pakan rumput, dari banyak desa ditemui peternak yang mencampur
rumput gajah dengan jagung kering sebagai campuran pakan ternaknya. Rata-
rata peternak memberikan pakan ternaknya sebanyak 3 hingga 4 kali sehari,
karena mayoritas peternak di daerah tersebut ingin memiliki sapi yang gemuk
serta sehat sehingga saat panen akan memiliki harga yang tinggi. Selain pakan
pokok seperti rumput gajah dan jagung kering, para peternak juga memberikan
seplemen sapi dengan mencampurkan ampas tempe dan kulit kacang kedelai
sebagai air minum untuk ternaknya. Hal tersebut dilakukan oleh para peternak
dalam upaya penggemukan sapi-sapi mereka. Pemberian ampas tempe tidak
semata-mata hanya sekadar kepercayaan para peternak saja, namun itu
merupakan salah satu saran yang diberikan kepada peternak oleh salah satu
petugas peternakan di Kecamatan Paiton. Dari informasi yang diperoleh dari
warga sekitar dan hasil survey, banyak peternak yang tidak menggunakan
konsentrat ternak.

Tidak banyak peternak yang mengetahui informasi tentang konsentrat sapi,


karena sebagian besar warganya masih banyak yang memanfaatkan hasil
lahannya sebagai pakan ternak, selain itu penghasilan warga juga hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Banyak warga yang menyayangkan
tentang keterbatasan informasi tentang konsentrat sapi dan budidaya sapi.
Paiton memiiliki potensi untuk pengembangan budidaya sapi karena keterbukaan
masyarakat paiton untuk menerima informasi dari luar dibandingkan dengan
Kecamatan Tiris.

Masyarakat di Kecamatan Paiton sangat mengharapkan adanya kegiatan


pendampingan dari dinas peternakan untuk membina serta memberikan
sosialisasi tentang pembudidayaan sapi. Hal tersebut dirasakan oleh salah satu
warga di Desa Sumberanyar, Dusun Pesisir yang mengutarakan bahwa
pengelolaan sapi di Paiton masih sangat tradisional sehingga banyak warga
yang menemui kendala saat beternak. Kendala-kendala tersebut seperti
bingungnya masyarakat tentang metode penggemukan sapi, pengelolaan
kandang serta penyakit hewan ternak. Ada beberapa keterangan dari warga
desa paiton bahwa banyak sapi yang sakit di sekitar kelopak mata karena
banyaknya lalat akibat panasnya udara di desa paiton. Sakit yang diderita oleh
sapi berdampak kepada menurunnya harga jual sapi saat masa panen.
Masyarakat di Kecamatan Paiton mengharapkan adanya bantuan dari
pemerintah maupun non-pemerintah untuk mengatasi kendala yang dialami oleh
peternak.

Anda mungkin juga menyukai