Anda di halaman 1dari 8

PHOTOSENSITIVITY

Uji Klinis

Fotosensitifitas dapat didefinisikan sebagai perkembangan ruam


atau eksaserbasi dari bekas ruam yang disebabkan oleh sebuah sengatan
matahari yang berlebih dan berdampak pada gejala-gejala seperti gatal
akibat dari parestesia setelah terkena pancaran sinar matahari dan sumber
cahaya buatan. Fotosentifitas secara umum dapat berpengaruh kepada
semua kelompok ras dan ethnis, meskipun belum ada uji prevalensi
secara umum. Erupsi cahaya polymorphous adalah bentuk paling umum
dari fotosensitifitas.Penelitian ini menunjukan bahwa pengujian terhadap
271 orang di Boston telah menghasilkan 10% orang, ditemukan memiliki
pravelasi. Di swedia 21% dari 397 orang, 14% di London dari 182 orang
dan 5% dari 172 orang di Australia.

Adanya spectrum yang luas dari fotosensitifitas pada orang yang


erupsi cahaya polymorphousnya berkembang. Mereka yang memiliki
ambang rendah dapat terlindungi dalam waktu singkat sebelum
mengalami eksposur. Sedangkan orang yang memiliki ambang tinggi
memerlukan waktu yang lebih lama, sebelum reaksi berkembang. Namun
banyak orang kurang menyadari dampak awal dari penyakit ini, sehingga
banyak orang memilih konsultasi dermatologis ketimbang pertolongan
pertama pada penyakit ini. 3 polymorphous pada hal ini ditemukan
berulang-ulang dari tahun ketahun pada sebagian pasien. Jenis lain dari
fototsensitifitas kurang banyak ditemukan , tetapi fotosensitifitas banyak
dikaitkan dengan penyakit-penyaki kronis.

Strategi dan Bukti

Kebanyakan kasus fotosentifitas, setelah terkena matahari langsung


dikarenakan adanya paparan sinar matahari langsung yang berhubungan
dengan beberapa paparan-paparan lain yang menyebabkan ruam pada
kulit. Penyebab ruam yang tampak pada kulit harus selalu diperhatikan.
Gigitan serangga dapat juga berdampak pada kulit, namun sental
punctum dapat dijadikan sebagai bahan kajian pada diagnosa. Tanaman
dapat juga berakibat dermatitis kontak, namun kemunculannya asimetris
dan local. Tabir surya dan alergi udara dapat menjadi penyebab dari
eczema, oleh karena itu harus diperhatikan dalam diagnosa eczema
fotosensitif. Kaitan-kaitan yang jelas mengikuti paparan sinar matahari
atau sumber cahaya dalam ruangan seperi lampu. Pertanyaan pertama
yang akan muncul adalah apakah reaksi dikategorikan sebagai akut
kronis. Reaksi akut biasanya tidak sengaja dan disebabkan oleh beberapa
pencahayan. Setiap episode/kejadian dapat didefinisikan dalam waktu
hitungan jam, hari, satu minggu atau lebih dan dapat dinyatakan juga
pasien tidak memiliki gejala pada setiap episode/kejadian. Gejala
fotosensitifitas kronis dapat dimanifestasikan sebagai reaksi yang
berlangsung pada saat musim panas saja. Hal ini dapat ditemukan pada
pengujian terhadap sepuluh ekor beruang terhadap reaksi yang
berlangsung pada papapran sinar matahari tertentu.
Akute fotosensitifitas

Letusan cahaya polymorphous adalah penyebab paling umum dari


fotosensitifitas akut atau episodik. Lupus erythematosus dan reaksi obat
adalah penyebab yang kurang umum namun penting untuk diperhatikan.
Pembahasan disini difokuskan pada tiga kondisi. Jenis dan karakteristik
fotosensitifitas akut dicatat dalam Tabel 1. Letusan cahaya polymorphous
biasanya dimulai dalam tiga dekade pertama kehidupan dan terjadi lebih
sering pada wanita dibandingkan pada pria. Ruam dapat berkembang
dalam waktu hitungan jam atau satu hari. Apabila paparan berlangsung
lebih dari satu hari atau seminggu, didalam beberapa kasus, beberapa
eksposure dibutuhkan untuk mengeluarkan ruam.

Biasanya ruam akan muncul pada musim semi dan menunjukan


gejala berkurang pada saat menjelang musim panas. Pengecualian terjadi
pada beberapa kasus, dimana episode ini terjadi berulang-ulang
sepanjang tahun dan kasus pada orang yang berlibur di iklim yang cerah
selama musim dingin. Ruam biasanya melibatkan V dari leher dan lengan
atau keduanya. Tangan dan wajah yang terkena sinar matahari di musim
panas dan dingin cenderung terhindar dari kasus ini. Ultraviolet A radiasi
(UVA) adalah penyebab paling umum dari reaksi ini. Meskipun dalam
sebagian kecil kasus reaksi yang disebabkan oleh ul-traviolet B (UVB)
radiasi atau dengan kombinasi dari radiasi UVA dan UVB.

Munculnya letusan bervariasi pada setiap orang, tetapi konsisten


pada pasien tertentu. Eritematosa papula, dengan atau tanpa vesikel
adalah yang paling umum. Lesi sesesorang biasanya terpisahkan dari kulit
normal, tetapi ketika kondisinya parah, lesi dapat bergabung membentuk
plak. Ariants yang menyerupai gigitan serangga, bula, atau eksim
merupakan hal yang jarang terjadi. Pruritus biasanya ditandai, dengan
fitur lain dari letusan cahaya polymorphous yang juga umumnya
konsisten pada pasien tertentu. Termasuk durasi paparan sinar matahari
yang dibutuhkan untuk mengendapkan ruam, interval antara paparan dan
timbulnya ruam, dan distribusi dan durasi ruam.
Sebagian besar kasus letusan cahaya polymorphous dapat
didiagnosis berdasarkan riwayat pasien dan tetapi bintik merah (ruam)
itu juga harus tetap dievaluasi lebih lanjut. Pasien harus disarankan untuk
mengekspos daerah kulit yang terkena sinar matahari, untuk jangka waktu
yang cukup waktu sebelum evaluasi medis yang dimaksudkan untuk
menimbulkan letusan ruam. Jika fitur morfologi ruam bukan papula khas
dan papulovesicles dari bentuk umum letusan cahaya polymorphous
maka hasil biopsi punch mungkin sugestif dari kondisi tersebut meskipun
temuan tersebut tidak dikategorikan sebagai temuan diagnostik. pada
pasien yang memiliki gejala sistemik yang sugestif terhadap penyakit
jaringan ikat, sejarah atipikal, atau ruam dengan fitur morfologi atau
histologis atipikal. Penyelidikan lebih lanjut sangat diperlukan,
khususnya untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lupus
eritematosus.

Pengaturan letusan cahaya polymorphous ditujukan untuk


membuat dasar pencegahan. Sebagian besar dasar pengalaman klinis,
dokter harus menasihati pasien yang memiliki penyakit ringan yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari berkepanjangan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengadopsi program penghindaran sinar matahari
yang terdiri dari tiga komponen: menghindari paparan yang mungkin
memicu letusan, pakaian yang tertutup penuh dan mengenakan topi untuk
melindungi kulit dan menggunakan tabir surya spektrum luas yang
menghalangi baik radiasi UVA dan UV B. Tabir surya yang paling efektif
mengandung avobenzone dan tita-nium dioksida dan memiliki faktor
matahari perlindungan 15 atau lebih tinggi. Tabir surya harus di gunakan
30 menit sebelum pasien berpergian dan daerah kedap air jika ingin
berenang atau olahraga berat yang mungkin menyebabkan keringat.
Langkah-langkah ini harus diperhatikan untuk menghindari pasien dari
iritasi kulit.

Pasien dengan penyakit ini, biasanya dapat diatasi dengan


munggunakan beberapa jenis fototerapi dan menghindari beberapa daerah
yang memiliki pancaran sinar matahari yang tinggi. Sedangkan pada
musim panas dapat menggunakan regimen mingguan yang digunakan 1
jam sebelum kulit terkena sinar matahari. Berdasarkan penelitian selama
4 minggu dengan menggunakan pengobatan prosalen dan radiasi UV A
atau kursus dari narrowband. Serta penelitian observasi dengan
menggunakan UV B 3x seminggu untuk perlindungan lengkap kulit pada
90 pasien. Dilain tempat penelitian dengan menggunakan broad band
UVB fototerapi diberkan dalam regimen dalam waktu 3x eksposur per
minggu selama 5 minggu telah melindungi sekitar 80 pasien. Semua
pengobatan ini dapat menyebabkan ruam atau eritema. Namun tidak
memiliki efek samping utama, sehingga pengobatan ini juga dianggap
sebagai perawatan medis yang juga diperlukan. Selain itu Klorokuin dan
beta karoten telah digunakan untuk profilaksis, tetapi tidak efektif dalam
pengotrolan studi.

Akut letusan cahaya polymorphous yang dipicu oleh paparan sinar


matahari atau dengan fototerapi, dapat merespon dengan cepat terhadap
kortikosteroid. Jika letusan ringan dan menyebabkan kecacatan
terbatas ,maka penerapan persiapan kortikosteroid topikal seperti krim
fluosinonida (0,05 persen) selam dua kali sehari, dapat menghasilkan
resolusi ruam dalam tiga sampai empat hari. meskipun terapi ini
didasarkan pada pengamatan sendiri (belum dilakukan uji klinis) dan
belum diteliti secara resmi. Namun letusan dapat menyebabkan cacat
substansial, dengan memiliki prednison (pada dosis 30 mg sehari selama
lima sampai tujuh hari) yang mungkin efektif untuk digunakan. Dalam
uji coba kecil secara acak, menghasilkan terkontrolnya placebo dengan
memberikan dosis 30mg sehari telah berhasil membersihkan ruam rata-
rata 4.2 hari, tanpa effek samping. Pada kelompok plasebo ruam dapat di
hilang dalam waktu rata-rata 7.8 hari.

Pengembangan atau eksaserbasi ruam, setelah paparan sinar


mahatari merupakan hal yang umum pada pasien yang memiliki sistemik
lupus eritemtosus. Ruam ini biasanya biasanya bersifat kronis dan sering
dikaitkan dengan malar dermantitis dan gejala sistematik seperti arthritis.
Sehingga tidak sulit untuk membedakan dengan reaksi fotosensitivity
akut seperti letusan cahaya polymorphous. Namun pasien dengan sub
akut lupus eritematosus yang merupakan sebuah varian dari lupus
eritematosus yang dapat juga membuat episodik photosensitifitas dan
kondisi ini dapat membuat kita sulit untuk membedakan dengan letusan
cahaya polymorphosus. Kedua kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Letusan cahaya polymorphosus dapat
menghubungkan ruam dengan subakut lupus kulit dan dapat langsung
mengikuti paparan sinar matahari yang umumnya melibatkan VOF pada
permukaan leher dan bagian luar dari lengan bawah ketika pada bagian
muka berkurang.

Beberapa fitur ini dapat membuat dua perbedaaan kondisi. Pada


subakut lupus eritematosus yang berlangusng lebih dari 1 minggu lesi
biasanya annular, membentuk lingkaran ganda atau menyerupai lesi
psoriatik dan gejala-gejala sistematik lainnya seperti athritis yang umum.
Jika diagnosis ini diperiksa maka histologis spesimen dapat memperoleh
punch biopsi dari lesi merupakan langkah awal dan temuan biasanya
diagnostik. Pengujian serologi untuk antinuclear dan danti-RO (SS-A)
antibodi juga telah dibenerkan. Lebih dari 70 persen pasien dengan kulit
subakut lupus eritematosus memiliki antibodi, 10 persen memiliki
kemungkinan tes posistif untuk antibodi nuklir dan kurang dari 0.5 persen
memiliki tes positif untuk anti-RO antibodi. Biasanya tipe fotosensitivity
ini selalu diatasi dengan pengantaran sistematik seperti kortikosteroid
dan pengantaran antimalaria. Yang berarti dapat digunakan untuk
mengatasi lupus eritemtosus, namun tetap memiliki kemungkinan tetap
bertahan. Sebuah program untuk penghindaran sinar matahari seperti itu,
biasanya digunakan untuk pengelolaan polymorphous light eruption dan
juga disarankan.

Bentuk yang paling umum dari obat yang diinduksi fotosensitifitas


dapat dimanifestasikan sebagai sunburn yang berlebihan pada pasien
yang sedang dalam masa pengobatan dan sedang melakukan pengobatan
beberapa waktu yang lalu. Reaksi akan dimulai beberapa jam setelah
terkena pancaran sinar matahari, yang berakhir dari hari keminggu atau
lebih. Dosis ini terkait dan paling umum biasanya digunakan untuk pasien
yang terkena dosis tinggi dari obat dan sinar matahari. Kerentanan juga
disebabkan oleh variasi individu dalam penyerapan obat dan
metabolisme, serta phototype kulit dengan kulit cerah yang amat rentan.

Mekanisme ini melibatkan interaksi langsung antara obat atau


metabolisme dan sinar radiasi UVA terhadap kulit. Permasalahan
utamanya adalah sulitnya mengidentifikasi obat dengan resiko besar
terhadap sensitivitas kulit pada sinar matahari. Penelitian diklinik telah
melakukan percobaan dan pasca pemasaran laporan oleh dokter, telah
menyebabkan banyak kecurigaan terhadap obat Salah satunya
photosensitizers yang telah terdaftar lebih di 200 obat-obatan. Setelah
data dasar diterbitkan dari in vitro dan in vivo, jumlah obat yang telah
ditetapkan sebagai photosensitizing menjadi tampak lebih sedikit.

List obat-obatan yang dapat menyebabkan photosensitivity


1. Fluoroquinolone antibiotitcs
2. Nalidixic acid
3. Doxycycline
4. Demeclocycline
5. Nonsteroidal antiinflammatory agents
6. Tricyclic antiderpressants
7. Amiodarone
8. Thiazide diurectics
9. Quinidine
Fluoroquinolone antibiotitcs, Nonsteroidal antiinflammatory
agents, and Tricyclic antiderpressants termasuk dalam list ini, karena
banyak senyawa didalam obat ini ditemukan dapat menyebabkan
photosensizers dan dapat menentukan frekuensi reaksi. Dari semua jenis
obat diatas Fluoroquinolone antibiotitcs merupakan obat yang paling
besar potensinya untuk menciptakan photosensizers. Namun data yang
diterbitkan kepada publik kurang membahas tentang efek dari
photosensitizing dari berbagai obat dan perantara yang signifikan. Obat
seperti minocycline, tertacycline, dan sulfonamides tidak dinyatakan
sebagai penyebab photosensitizer, tetapi mereka berpotensi rendah
berdsasarkan pertimbangan luas dan beberapa laporan telah jelas
dokumentasi photosensitivity.

Pasien yang menggunakan obat yang dapat menyebabkan


photosensitivity harus selalu meminimalkan eksposur mereka terhadap
sinar matahari dan menggunakan tabir surya broad-spectrum dan pakaian
pelindung. Penggunanan obat harus dilakukan sekali sehari dan haru
dipakai sore atau dimalam hari, contohnya subject normal menerima
dosis malam sebanyak 400mg yang telah diuji selama 16 jam yang
menghasilkan kesimpulan bahwa lomefloxacin fluorokuinolon tidak
berfotosensitif. Dosis ini juga amat disarangkan digunakan pada malam
hari.

Kronik photosensitivitas

Kronik photosensitivitas muncul lebih rendah dibandingkan


dengan akut photosensitivitas. Meskipun demikian prevalensi tidak pasti
dan banyak terdiagnosis karena pasien kurang menyadari bahwa erupsi
kulit yang disebabkan oleh pancaran sinar matahari. Biasanya
kemunculan erupsi kulit terjadi di sepanjang taun, namun terkadang hadir
hanya dalam musim panas. Pancaran sinar matahari dapat memperburuk
erupsi dan menghasilkan sedikit perubahan. Ide utama dalam diagnosa
adalah bahawa ruam hanya terbatas pada bagian kulit yang terkena sinar
matahari dan hanya dapat di deteksi dengan melakukkan pemeriksaan
pada seluruh kulit. Penyebab yang paling sering muncul dan karakteristik
fotosensitifitas kronis adalah tergambar pada tabel dibawah

Type Prevale Affected persons Presentation Management


nce
Sex Age
Chronic Jarang pria >60 thn Eksim pada Menghindari
actini daerah yang matahari,
dermatiti terkena sepanjang desensitisasi
s tahun terutama dengan fototerapi
pada musim panas atau dengan
perantara
imunosupresif
Actinic jarang Pria dan Semua Intens pruritus Menghindari
prurigo wanita umur papula dan nodul, matahari,
yang seringkali dengan desensitisasi
berumur chelitis dan dengan fototerapi
sama jarigan perut
Photoexa jarang wanita Semua Eksim terpapar, Menghindari
cerbated umur daerah yng pernah matahari,
atopic terkena akan desensitisasi
eczema memiliki eksim dengan fototerapi
lentur, mungkin
disertai hay fever
dan asma
Porphyria jarang Didomina Dewas Erosi dan bula Mengukur
cutanea si pria a setelah minor porfirin urin,
tarda trauma terutama bagian vene dan
pada bagian klorokuin
punggung, tangan
dan lengan.
Systemati jarang Didomina dewasa Minor Menghindari
c lupus si wanita fotosensitivitas, sinar matahari,
erythema memiliki gejala kortikosteroid dan
tosus dan sistematim yang obat antimalaria.
deratomy menonjol dan fitur
ositis kulit lainnya.

chronic actinic dermatitis menjangkit terutama pria yang berusia


diatas 60 tahun, namun tidak menutup kemungkinan orang yang lebih
muda dan wanita dapat terjangkit. Pada awalnya pasien menunjukan
gejala dengan pruritus. Biasanya bagian tubuh yang mudah terjangkit
adalah leher, wajah, punggung dan tangan.

Kondisi ini memiliki beberapa peyebab. Kemungkinan yang utama


adalah terjadi nya reaksi fotoalergi akut yang biasanya berkembang dari
spesifik eksin, diakitkan dengan kontak positif dan reaksi foto patch dari
kontak tes yang berakibat alergi. Reaksi yang ditimbulkan oleh
photocontact merupakan reaksi alergi kimia pada kulit yang kemudian
mengekspos kulit terhadap radiasi UVA.
Cara awal untuk menetapkan diagnosa adalah dengan melakukan
pemeriksaan spesimen skin biopsy yang biasanya mengambarkan
dermatitis kronis. Munculnya fotosensitivitas telah pasti disebabkan oleh
phototesting dengan menggunakan sumber radiasi ultraviolet dan radisi
nyata. Evaluasi selalunya mengandalkan konsultasi dengan pusat khusus
dlaam photosensitivity. Pasien harus diuji kontak dan alergi photocontact.
Kontak dermantitis yang ada diundara, dimaksudkan untuk uji klinis
identik terhadap photosensitivity dan harus dikesampingkan.

Pencegahan sinar matahari, penggunan tabir surya dan


corticosteroid topical biasanya memiliki kegunaan yang terbatas. Kontak
dan alergi photokontak, apabila ditemukan indikasi alergi maka pegunaan
hal-hal tersebut harus segera dihidari. Beberapa pengujian membuktikan
desensitisation dengan menggunakan proralen dan UVA terapi untuk
mengatasi alergi ini, telah berhasil untuk mengatasi keadaan ini.

areas of uncertainty

Meratanya penyakit akut dan kronis photosensitivity, apabila di


lihat lebih luas belum menemukan kejelasan dan tingkat kecacatan
fisik dan sosial yang tidak diketahui. Pengaturan bentuk fotosensitifitas
sebagian besar didasarkan oleh anekdot data dan kontrol strategi untuk
pengcegahan dan pengobatan. Tambahan data juga diperlukan untuk
menemukan nilai resiko fotosensitifitas yang lebih akurat sehingga dapat
dibadingkan dengan banyak obat lainnya.

Guidelines

Tidak ada pedoman khusus untuk diagnosis dan pengelolaan


fotosensitivitas.

Recommendation

Pasien pada kasus ini, memiliki riwayat erupsi beberapa waktu


setelah terkena sinar matahari, waktu dari erupsi adalah 3 hari dan
berkembang pada bagian lengan dan dada. Riwayat

Anda mungkin juga menyukai