Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung
keluarga berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah pertumbuhan
yang kian pesat di waktu tahun order baru, pada tahun tersebut pemerintahan
presiden soeharto dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam program
keluarga berencana serta mobilitas perekonomian yang baik pula.Memiliki
keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana
(KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar
dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. !eningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia tetapi juga karena metode"metode tertentu mungkin tidak dapat
diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998
)
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana, selain dari membebaskan wanita
dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak
aman serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
perempuan di masyarakat.Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi.
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB
diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan aktor pendukung
lainnya. /ntuk mempunyai sikap yang positi tentang KB diperlukan
pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik,

1
demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani
program KB berkurang ( Natoadmojo 2003 ).
Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, yaitu
metode kontrasepsi sederhana danmodern, tetapi juga oleh ketidaktahuan
mereka tentang persyaratandan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
Banyak sekali yang harus dipertimbangkan untuk dapat memilih alat
kontrasepsi yang aman dan efektif seperti, status kesehatan, efek
samping,konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll.
(Abdul, 2005) Oleh karena itu diperlukan konseling mengenai pelayanan
keluarga berencana dengan menggunakan metodekontrasepsi. Dan kami
selaku kelompok, bermaksudmemperkenalkan salah satu metode kontrasepsi
yaitu metodekontrasepsi modern hormonal dengan kombinasi antara progestin
dan estrogen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut
a. Apa definisi dari KB?
b. Apa tujuan dari program KB?
c. Apa ruang lingkup dari program KB?
d. Siapa saja yang termasuk dalam sasaran KB?
e. Apa saja manfaat program KB?
f. Apa saja metode untuk program KB?
g. Apa itu akseptor program KB?
h. Apa saja jenis kegiatan KB?
i. Apa keterkaitan KB dengan kesehatan?
j. Apa keterkaitan KB dengan pertumbuhan penduduk?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan yang
dapat dibuat adalah sebagai berikut
a. Untuk mengetahui definisi dari KB.
b. Untuk mengetahu tujuan dari program KB.
c. Untuk mengetahui ruang lingkup dari KB.
d. Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari program KB.
e. Untuk mengetahui manfaat dari KB.
f. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam program
KB.
g. Untuk mengetahui akseptor dari program KB.
h. Untuk mengetahui jenis kegiatan dari program KB.

2
i. Untuk mengetahui keterkaitan KB dengan kesehatan
j. Untuk mengetahui keterkaitan KB dengan pertumbuhan penduduk.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

3
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI, 1998).
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur
secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral
Pancasila untuk kesejahteraan keluarga (Ritonga, 2005:87).
Menurut WHO (2004) KB suatu usaha untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan mengatur internal diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan
dan perencanaan keluarga (Affandi, 2006:26).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu 11 saat kehamilan dalam hubungan dengan
umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2009).
KB adalah sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut (Suratun dkk, 2008:19).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana (KB) ialah suatu usaha
yang membantu pasangan suami istri dalam mengatur kehamilan dengan sengaja
tanpa melawan hukum dan moral dan masih dalam taraf hidup sehat tanpa
merugikan pihak manapun.

2.2 Tujuan KB

4
Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia (Prawirahardjo,
2007:902)

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:


1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil


Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas
artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

2.3 Ruang Lingkup KB


Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
f. Konsultasi genetik

2.4 Sasaran KB
a. Sasaran Langsung
Pasangan Usia Subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun. Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.

5
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari
sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).
b. Sasaran Tidak Langsung
1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan
pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004).
3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Prawirohardjo, 2005)

2.5 Manfaat KB
Program Keluarga Brenecana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatana
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pembatasan usia perkawinan,
pengaturan jarak kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin
tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).
Dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sesuai anjuran
pemerintah, akseptor akan mendapatkan 3 (tiga) manfaat utama menurut BKKBN
(2010), baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain;
1. Manfaat untuk ibu
a. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
b. Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
c. Menjaga kesehatan ibu
d. Merencanakan kehamilan terprogram
2. Manfaat untuk anak
a. Mengurangi resiko kematian bayi
b. Meningkatkan kesehatan bayi
c. Mencegah kekurangan gizi pada bayi
d. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

6
e. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative dapat terpenuhi
f. Mendapat kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3. Manfaat untuk keluarga
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Keharmonisan keluarga lebih terjaga

2.6 Metode KB
Metode KB menurut Handayani (2010:57) terbagi menjadi dua yaitu:
1. Metode Alamiah
a) Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi.
Metode kalender ini merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)
yang paling tua. pencetus KBA system kalender adalah dr.Knaus (ahli kebidanan
dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini
berdasarkan pada siklus haid/ menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi, tetapi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA system kalender.
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan
system kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap
kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada setiap wanita tidaklah sama.
Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.
b) Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya
diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal
akan meningkat setelah ovulasi terjadi. Pencatatan suhu basal dilakukan setiap
hari.
Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah
menentukan masa subur, yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat hidup
sampai 4 atau 5 hari. Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi
sampai hari sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh

7
benar-benar naik maka harus dengan thermometer yang sama dan pada tempat
yang sama (dimulut, anus, vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum
melakukan aktivitas, serta melakukan pencatatan.
Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh sedang
mengalami ovulasi (masa subur), sehingga dapat digunakan sebagai penentu
kapan melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.
c) Metode Lendir Cervic

Metode pemantauan lendir serviks adalah metode kontrasepsi untuk


mencegah kehamilan yang mengandalkan pemantauan perubahan pada lendir
leher rahim sepanjang siklus menstruasi. Karena keberadaan dan sifat lendir
serviks bervariasi pada berbagai tahap siklus menstruasi, sebagai tanggapan
terhadap perubahan hormon dan tingkat kesuburan, wanita dapat menentukan
kapan mereka subur dan tidak subur, berdasarkan perubahan pada lendir leher
rahim mereka.

Agar metode ini bekerja secara efektif sebagai kontrasepsi, perempuan


kemudian harus menghindari hubungan seks lewat vagina selama masa subur atau
menggunakan metode kontrasepsi alternatif jika mereka berhubungan seks

d) Metode Sympto Thermal


Metode sim to thermal merupakan keluarga berencana alamiah (KBA)
yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita. Metode sim to
thermal mengkombinasikan metode suhu basal dan makosa serviks. Tetapi ada
teori lain yang mengatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan
yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan lendir serviks dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender. Metode sim to thermal akan lebih akurat
memprediksikan hari aman pada wanita dari pada menggunakan salah satu
metode saja. .
e) Metode Amenore Laktasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya bayi hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. (BKKBN
dan Kemenkes R.I., 2012)

8
f) Metode Coitus Interruptus (Senggama Terputus)
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga
berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi
2. Metode non alamiah non hormonal
a) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).
b) Spermiside
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non
oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma

c) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutupi serviks.
d) Kap Serviks
.e) IUD(Intras Uterin Devices)/ AKDR(Alat kontrasepsi dalam rahim)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(BKKBN,2003)
f) MOW/ Tubektomi
MOW (Medis Operatif Wanita) / MOW atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur
kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur,
dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga
tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wanita tidak akan turun
(BKKBN, 2006).
g) MOP/ Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih
ringan dari pada sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa satu luka

9
di tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong zakar (kantung buah pelir) atau
scrotum. Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa (sel
mani) di pipa-pipa sel mani pria (saluran mani pria). (BKKBN, 2006)

3. Metode non alamiah hormonal


a. Pil
Menurut (Saifudin, 2006) Pil di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi antara hormon
estrogen dan progesteron di mana pil kombinasi ini di bagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
1. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang
mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
2. Bifaasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif
3. Trifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet yang mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7
tablet tanpa hormon aktif
2. Pil progestin / minipil adalah pil yang hanya mengandung progesteron
saja dimana jenis minipil yaitu:
1. Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg levonorgestrel atau 350 mg
noretindron.
2. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel
b. Suntik
Suntik di bagi menjadi 2 (Syaifudin, 2006):
1. Suntikan kombinasi yaitu: 25 mg Depomedroksiprogesterom Asetat dan
5 mg estradiol sipionat yang di berikan injeksi IM, 1 bulan
sekali(cyclofem), dan 50 mg Noretindron dan 5 mg estradiol valerat yang
di beriukan IM 1 bulan sekali.
2. Suntikan progestin di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

10
1. Depomedroksiprogesteronasetat(depoprovera) mengandung 150mg
(DMPA) yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik IM
2. Depon nerotisteron enantat(deponoristerat), yang mengandung 200
mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara suntik IM
c. Implant
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas (Handayani, 2010:116)

2.7 Akseptor Keluarga Berencana


1. Konsep tentang KB Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan
untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara
R.Stright,2004;78).
2. Jenis - Jenis Akseptor KB
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan
berturut turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi
lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007). Universitas Sumatera Utara

11
2.8 Jenis Kegiatan KB

1. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai
dengan budaya yang ada.

2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi non verbal meningkatkan penrimaan KB oleh klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara
yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang
keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara
tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek
sampingnya. Kelangsungan pemakainan juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa
ia dapat berkunjung kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya
ingin tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh pelayanan
3. Jenis Konseling KB
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga
tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang
cara KB, dan konseling tindak lanjut.
a. Konseling Awal
Konseling awal bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai,
didalamnya termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan
kesehatan, prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada

12
kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu
klien untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konseling awal antara lain
menanyakan pada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui
mengenai cara tersebut, menguraikan secara ringkas cara kerja, kelebihan dan
kekurangannya.
b. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai metoda KB memberi kesempatan pada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya, mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia
yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang
cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan
metoda tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan.
c. Konseling Tindak Lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu. Konseling
pada kunjungan ulang lebih bervariasi dari pada konseling awal. Pemberi
pelayanan perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan pada setiap situasi.
Pemberi pelayanan harus dapat membedakan antara masalah yang serius yang
memerlukan rujukan dan masalah ynag ringan yang dapat diatasi di tempat.
4. Langkah Konseling
a. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987)
Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan
bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut
adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
G : Greet
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai
apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien
adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya
penyelesaian masalah tersebut.
H : Help

13
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang
harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah
tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing masing cara
tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga
menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana
pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau
buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
b. Langkah Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien
.Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai
berikut :
SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman
serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya
diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien. Berikan perhatian
kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak
isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan
keinginan klien kita dapat membantunya.
U: Uraikan

14
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain
yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien.Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode
ganda.
TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa
klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan :
Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis
kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/ obat
kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan
bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat
ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi
menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi
pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah.
5. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB
Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci
dalam tahapan sebagai berikut : KIE
Motivasi Bimbingan Rujukan KIP/K Pelayanan Kontrasepsi Tindak
Lanjut ( Pengayoman)

15
Adapun uraian dari masing- masing kegiatan motivasi bimbingan konseling dalam
gerakan KB Nasional adalah :
a. Kegiatan KIE Keluarga Berencana
Sumber informasi pertama tentang jenis alat / metoda kontrasepsi pada umunya
diterima oleh masyarakat dari petugas lapangan KB yaitu PPLKB, PLKB,
PPKBD maupun kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada
masyarakat dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, kegiatan KIE di
Posyandu ataupun dalam kesempatan kesempatan lainnya. Informasi tersebut
dapat diperoleh masyarakat dari dokter atau paramedis yang bertugas di
klinik KByang ada di Puskesmas, Balai Kesehatan, Rumah sakit Bersalin dan
Rumah Sakit Umum. Atau dari media cetak (surat kabar, majalah, poster dsb) dan
media elektronik (radio atau televisi)
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi 3
hal yaitu tentang :
1). Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
2). Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang penting dalam kaitannya
menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi)
3). Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara pemakaian cara kerjanya serta
lama pemakaiannya.
b. Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi merupakan tindak lanjut dari kegiatan KIE juga
merupakan tugas para petugas lapangan KB. Sesudah memberikan KIE keluarga
berencana PLKB diharapkan melanjutkan dengan melakukan penyaringan
terhadap calon peserta KB. Tugas penyaringan ini dilakukan dengan memberikan
bimbingan kontrasepsi yaitu memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi
secara lebih obyektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon
peserta KBtersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
yang dipilihnya. Bila memenuhi syarat , maka calon peserta tersebut kemudian
dirujuk oleh PLKB ke fasilitas pelayanan yang terdekat untuk memperoleh
pelayanan KIP/K. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas yang dilakukan
oleh pembimbing adalah merupakan bagian dari tugas konselor. Artinya baik
mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu dilapangan akan mempermudah proses
konselingnya.
c. Kegiatan Rujukan
Dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu rujukan untuk calon peserta KB dan
rujukan untuk peserta KB.

16
1). Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana
calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal calon peserta
dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseling dan pelayanan
kontrasepsi. Atau rujukan dilakukan oleh klinik ke klinik lain yang lebih memadai
sarananya.
2). Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh petugas
lapangan KB terhadap peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan
untuk mendapatkan perawatan. Atau dapat juga dilakukan oleh suatu klinik yang
karena sasarannya belum memadai , maka peserta KB yang mengalami
komplikasi dirujuk ke klinik lain yang lebih mampu.

d. Kegiatan KIP/K
Setiap pasangan suami istri (klien) yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke
klinik, sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi harus mendapatkan pelayanan
KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam KIP/K
adalah :
1). Menjajaki apa alasan klien memilih alat / metode kontrasepsi tersebut.
2). Menjajaki apakah klien sudah mengetahui / memahami alat / metode kontrasepsi
yang dipilihnya tersebut.
3). Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat / metode kontrasepsi lain.
4). Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi mengenai hal hal diatas.
5). Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya kembali,
kontrasepsi apa yang akan dipakai.
6). Jika diperlukan bantulah klien dalam proses pengambilan keputusan.
7). Berilah klien informasi bahwa apapun pilihannya sebelum diberikan pelayanan
klien akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya sehingga belum tentu alat /
metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut secara medis cocok buat dirinya.
Hasil pembicaraan dengan klien diatas dicatat pada kartu
konseling. Sesudah klien mengambil keputusan tentang alat / metode kontrasepsi
yang akan dipakainya.
e. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka
pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi
jangka panjang Yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai
kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form.
f. Kegiatan Tindak Lanjut ( Pengayoman )

17
Selesai mendapatkan pelayanan kontrasepsi, petugas melakukan pemantauan
kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada petugas lapangan KB.
Hal ini karena pola pendekatan para PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah-
rumah para peserta KB khususnya peserta Kb baru. Oleh karena itu tugas
kunjungan ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau keadaan para
peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami efek samping
ataupun komplikasi.

2.9 Keterkaitan KB dengan Kesehatan


Pada Sektor Kesehatan, program KB menjadi bagian dari upaya prioritas penurunan AKI
bersamaan dengan:
1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal,
2. Peningkatan pelayanan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan,
3. Peningkatan pelayanan pencegahan komplikasi kehamilan/kebidanan;iv) pelayanan
KB berkualitas,
4. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu, responsif gender;
5. Kegiatan manajemen program kesehatan ibu.Program KB di sektor Kesehatan
dilaksanakan melalui sistem pelayanan kesehatankomprehensif yang telah ada, mulai
dari tingkat masyarakat, Puskesmas dan yang sederajatdalam pelayanan kesehatan
dasar sampai dengan Rumah Sakit dalam pelayanan kesehatanrujukan.
Pelayanan KB di tingkat Masyarakat
Pelayanan KB di tingkat masyarakat dilaksanakan melalui Upaya Kesehatan
BersumberdayaMasyarakat (UKBM) melalui jejaring pelayanan dibawah supervisi Puskesmas
seperti Posyandu,Polindes, Poskesdes, Pos KB Desa, Pelaksanaan Program Perencanaan
Persalinan danPencegahan Komplikasi (P4K), kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan
seperti PKK,Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), dll.
Jenis pelayanan KB ditingkat masyarakat mencakup penyuluhan KB, pelayanan
kontrasepsisederhana seperti pil ulang dan kondom oleh kader, pos KB Desa; pil dan suntikan di
Posyadumeja-5, di Polindes, Poskesdes; pada P4K dilakukan penyuluhan KB dan identifikasi
penggunaanKB pasca salin, serta mengupayakan agar masyarakat memilih metode KB jangka
panjang(MKJP).
Tenaga pelayanan KB di tingkat masyarakat terdiri dari Bidan, Perawat, untuk
pelayanankontrasepsi dan KIE medis, dan oleh Kader untuk penyuluhan KB. Monitoring
pelaksanaanprogram KB di tingkat masyarakat dilakukan oleh puskesmas terintegrasi dengan

18
kegiatankesehatan ibu dan anak.Kendala yang dirasakan dalam pelayanan KB di tingkat
masyarakat ini adalah kurangnya tenagaPLKB yang dapat membantu bidan dalam pelaksanaan
penyuluhan tentang pentingnya KB.
Pelayanan KB di Rumah Sakit
Upaya kesehatan dalam mendukung program KB di Rumah Sakit adalah berkaitan
dengan upayauntuk mendukung pelayanan KB paska persalinan dan pasca keguguran.
Pelayanan inimencakup semua jenis alat/obat kontrasepsi baik jangka panjang maupun jangka
pendek,penanganan efek samping, komplikasi, dan penanganan masalah kesehatan
reproduksi.Sasaran pelayanan KB di RS adalah pasangan usia subur, klien yang mengalami
kegagalan dan komplikasi kontrasepsi, klien pasca persalinan dan pasca keguguran, serta
pasangan yang mengalami masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan KB terbagi menjadi tiga
yaitu pelayanan KB lengkap, pelayanan KB sempurna, dan pelayanan KB paripurna. Pelayanan
KB lengkap adalah pelayanan KB yang meliputi pelayananan kontrasepsi kondom, pil KB,
suntik KB, AKDR/IUD, pemasangan atau pencabutan implant, MOP(vasektomi), serta
penanganan efek samping dan komplikasi pada tingkat tertentu. Palayanan KB Sempurna
adalah pelayanan KB yang meliputi pelayanan KB lengkap dengan MOW(tubektomi),
penanganan kegagalan pelayanan rujukan. Pelayanan KB paripuma adalah pelayanan KB yang
meliputi pelayanan kontrasepsi sempuma ditambah penanganan masalah kesehatan reproduksi
dan sebagai pusat rujukan. Pelayanan KB di RS sangat potensial memberikan sumbangan
pencapaian target program KB nasional, dan menurunkan AKI (Kemenkes,2014).
Pelayanan KB di Puskesmas
Pelaksanan pelayanan Keluarga Berencana yang dilakukan di Puskesmas menjadi bagian
dariprogram pelayanan Kesehatan Ibu yang meliputi:
1. Pelayanan pemasangan alat kontrasepsi,
2. Penanganan komplikasi kontrasepsi, dan
3. Konsultasi keluarga berencana dengan pelayananKIE medis KB.
Secara nasional menurut Riset fasilitas kesehatan (Rifaskes) 2011 yang dilakukanBadan Litbang
Kesehatan, 61,3 persen Puskesmas melakukan ketiga pelayanan KB tersebutsecara lengkap,
34,8 persen tidak lengkap, dan 3,9 persen tidak ada informasi.(Kemenkes 2012)Secara rinci,
pelayanan pemasangan alat kontrasepsi dilakukan di 88 persen Puskesmas, yaitupemasangan
pelayanan alat kontrasepsi mantap (IUD, Susuk, Vasektomi). Untuk pelayananpenanganan
komplikasi kontrasepsi dilakukan di 64,5 persen Puskesmas, dan untuk pelayanan konsultasi KB

19
dilakukan di 95,8 persen Puskesmas. Masing-masing kegiatan pelayanan KB di Puskesmas
tersebut bervariasi untuk masing-masing provinsi (Rifaskes, 2011).
2.10 Keterkaitan KB dengan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Lahirnya Undang-Undang No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang menggantikan Undang-Undang
No 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera dapat dijadikan sebagai grand design dalam pengendalian laju
pertumbuhan penduduk. Kehadiran UU ini disesuaikan dengan perubahan sistem
pemerintahan di dalam negeri dari pemerintahan sentralistik ke desentralisasi.
Konsekuensinya, arah pembangunan dapat bereorientasi pada pembangunan
berwawasan kependudukan yang menekankan pada kualitas SDM dalam
pembangunan daerah berbasis kompetensi.
Tujuan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), selain
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, juga menekan laju pertumbuhan
penduduk. Laju pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah yang besar jika
tidak ditangani secara serius, karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa
disertai pertambahan produksi akan menjadi beban yang berat bagi pemerintah
daerah. Selain itu, pemberdayaan keluarga untuk mencapai keluarga sejahtera,
masih perlu ditingkatkan. Pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga
pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui
pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, pemberdayaan keluarga,
peningkatan kesehatan reproduksi remaja, pelayanan keluarga berencana,
penguatan kelembagaan dan jaringan KB, serta administrasi kependudukan.
Kegiatan ini akan didukung dengan penyelenggaraan advokasi, konseling dan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi masyarakat, keluarga pasangan
usia subur (PUS) dan remaja yang membutuhkan (BKKBN, 2015).

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Keluarga berencana (KB) ialah suatu usaha yang membantu pasangan
suami istri dalam mengatur kehamilan dengan sengaja tanpa melawan
hukum dan moral dan masih dalam taraf hidup sehat tanpa merugikan
pihak manapun.
2. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi
(Suratun, 2008).
3. Ruang lingkup KB adalah komunikasi informasi dan edukasi, konseling,
pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra perkawinan dan
konsultasi perkawinan, konsultasi genetik.
4. Sasaran KB terdiri dari sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.
5. Manfaat KB terdiri dari manfaat untuk ibu, manfaat untuk anak, dan
manfaat untuk keluarga.
6. Metode dalam KB ada 2 macam, yaitu dengan metode alamiah dan metode
non alamiah. Metode non alamiah sendiri terdiri dari hormonal dan non
hormonal.
7. Jenis kegiatan dalam KB adalah termasuk ke dalam kegiatan konseling
KB, kegiatan bimbingan, kegiatan rujukan, kegiatan KIP/K, kegiatan
pelayanan kontrasepsi, kegiatan tindak lanjut (pengayoman).

21
8. Keterkaitan KB dengan kesehatan terdiri dari pelayanan KB di tingkat
masyarakat, pelayanan KB di Puskesmas, pelayanan KB di RS.
9. Keterkaitan KB dengan pertumbuhan penduduk tujuan program
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), selain meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan anak, juga menekan laju pertumbuhan penduduk

3.2 Saran
Pemerintah harus lebih menggalakkan program KB dewasa ini, karena dari
masa ke masa pertumbuhan penduduk semakin tak terkendali. Harus ada
penekanan angka pertumbuhan penduduk supaya tidak terjadi ledakan
penduduk di Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai