Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN LIPOSARCOMA

DIRUANG KEMOTERAPI RSUD. ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :
Nama : Siti Khadijah
Nim : 14.IK.414

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARIMULIA


BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : LIPOSARCOMA


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : RUANG KEMOTERAPI
NAMA : SITI KHADIJAH

Banjarmasin, Juni 2017

Menyetujui,

RSUD.H. Moch. Ansari Saleh Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)


STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

...... ......
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : LIPOSARCOMA


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : RUANG KEMOTERAPI
NAMA : SITI KHADIJAH

Banjarmasin, Juni 2016

Menyetujui,

RSUD.H. Moch. Ansari Saleh Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)


STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

...... ......
NIK. NIK.
A. Anatomi Fisiologi dan Definisi
1. Anatomi Fisiologi

Gambar anatomi fisiologi abdomen


Sumber: www.google.com

Gambar abdomen dengan liposarcoma


Sumber : www.google.com
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong
dan meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga
abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya
yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga
sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di
bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari
panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-
tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang
punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum (Pearce, 1999).
Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan
peritoneum baik organ maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang
melapisi rongga abdomen disebut peritoneum parietal dan yang melapisi
semua organ dalam abdomen di sebut peritoneum visceral. (Syaifuddin,
1997).

2. Definisi
Liposarkoma merupakan salah satu tumor ganas jaringan lunak
dan terbanyak ditemukan pada usia dewasa antara dekade 5 dan 7
serta jarang terjadi pada usia anak. Liposarkoma sering terjadi pada
ekstremitas bawah (fosa poplitea dan paha bagian tengah),
retroperitoneal, perirenal, mesenteric region, dan area bahu (Afiati &
Bethy, 2013).
Berdasarkan WHO, secara histopato-logik, liposarkoma dibagi
menjadi empat sub-tipe/varian histologik, yaitu well differentiated
liposarcoma (WDLS), dedifferentiated liposar-coma (DDLS), myxoid
liposarcoma (MLS)/round cell liposarcoma (RLS) dan pleiomorphic lipo-
sarcoma (PLS).1-3 DDLS, RLS dan PLS meru-pakan liposarkoma high
grade malignancy, agresif dan cenderung metastasis. Sedangkan WDLS
dan MLS adalah tumor low grade yang sangat jarang terjadi metastasis.
Sistem grading French Federation Nationale des Centres de Lutte
Contre le Cancer (FNCLCC) berdasarkan skor diferensiasi, mitosis dan
nekrosis. Pada liposarkoma ada tiga skor differensiasi berdasar-kan tipe
histologik yaitu skor 1 (WDLS), skor 2 (MLS) dan skor 3 (DDLS, RLS
dan PLS). Semakin tinggi skor, semakin buruk diferensiasi liposarkoma
serta makin agresif (Ida & Sjahjenny, 2015).
Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung lebih membentuk
tonjolan. Terjadi dari sel sel mesenkim primitif, beberapa diantaranya
membawa vakuola vakuola lipid yang harus ada paling sedikit
beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat timbul dimana saja
pada tubuh diluar jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi di jaringan
jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan penyakit yang sangat
tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma miksoid
cenderung merupakan tumor tumor derajat rendah, yang sering
kambuh, mempunyai perjalanan penyakit yang sulit diobat dan
metastasis lambat. Sebaliknya, liposarkoma sel bulat dan liposarkoma
pleomorfik adalah sarkoma sarkoma derajat tinggi dan agresif (85%
sampai 90% bermetastase) (Robbins, 1999).
Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma
jaringan lunak. Sarkoma jaringan lunak merupakan tumor yang jarang,
yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang diturunkan dari
embrionik mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana mana tetapi
paling sering terjadi pada daerah paha (Gale, 1999).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
liposarcoma adalah tumor ganas jaringan lunak yang sering terjadi pada
ekstremitas bawah (fosa poplitea dan paha bagian tengah),
retroperitoneal, perirenal, mesenteric region, dan area bahu.

B. Etiologi
Menurut Smeltzer, 2001. Penyebab secara umum dari kanker yaitu : virus,
agens fisik, agens kimia, faktor faktor genetik, faktor makanan dan
hormonal.
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk
dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap dapat
menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu
generasi mendatang dari populasi sel tersebut dan ini barang kali
mengarah pada kanker.
2. Agens Fisik
Faktor faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup
pemanjanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan
berlebih terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang yang berkulit
putih atau terang, bermata hijau atau biru dapat meningkatkan resiko
terkena kanker. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi
saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi diberikan
saat mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan elektromagnetik
dari kabel listrik, mikrowave, dan telepon seluler dapat meningkatkan
resiko kanker.
3. Agens Kimia
Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan
lingkungan. Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan
anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan kapus sirih, debu
kayu, senyawaan berilium, dan polivinil klorida.
4. Faktor Genetik dan Keturunan
Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel
kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya
abnormal, dapat terbentuk sel - sel mutan. Pola kromosom yang
abnormal dari kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu
sedikit kromosom, atau translokasi kromosom. Beberapa kanker pada
masa dewasa dan anak anak menunjukkan predisposisi keturunan.
Pada kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat
dan sedarah dan tipe kankernya sama.
5. Faktor Faktor Makanan
Faktor faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari
semua kanker lingkungan. Substansi makanan dapat proakif,
karsinogenik atau ko karsinogenik. Resiko kanker meningkat sejalan
dengan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau
tidak adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan
dengan peningkatan resiko kanker mencakup lemak, alkohol, daging
diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan
masukan diet dengan kalori tinggi.
6. Agens Hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan
dalam keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh
sendiri atau pemberian hormon eksogenus.

C. Patofisiologi
Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali
untuk mengetahui kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya
kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker yang besarnya 10 mU.
Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar
dan menyebar sampai akhirnya penderita meninggal. Perjalanan penyakit
kanker sampai penderita meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau
stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat
diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini
tumor yang lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium
pra klinik itu 2/3 dari lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari
lama hidupnya berada dalam stadium klinik.
2. Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar
atau telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya
dengan pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik. Selanjutnya
stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :
a. Kemungkinan Sembuh
1) Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama
diketahui adanya, masih kecil, letaknya masih lokal terbatas
pada organ tempat asalnya tumbuh, belum menimbulkan
kerusakan yang berarti pada organ yang ditumbuhinya dengan
kemungkinan sembuh besar.
2). Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu
telah lama ada, telah besar, telah menimbulkan kerusakan yang
besar pada daerah yang ditumbuhinya, telah mengadakan
infiltrasi pada jaringan atau organ disekitarnya dan umumnya
juga telah mengadakan metastase regional. Kemungkinan
sembuh kecil.
3). Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana
kanker telah lama ada, telah besar dan keadaanya sama
dengan stadium lanjut dan disertai metastase luas diseluruh
tubuh. Kemungkinan sembuh sangat kecil atau tak dapat
sembuh lagi (Sukardja, 2000).

b. Topografi Penyakit
Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta
ekstensi dan metastasenya dalam organ. Berdasarkan topografinya
stadium kanker dibagi menjadi :
1) Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ
tempatnya semula tumbuh.
2) Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan
metastase di kelenjar lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar
lymfe regional. Pada kasus liposarkoma dikaki pembesaran
kelenjar limfe dapat dilihat pada kelenjar limfe inguinalis.
3) Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah
mengadakan metastase di organ yang letaknya jauh dari tumor
primer.

D. Pathway
E. Manifestasi Klinik
Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan
tanpa nyeri atau tanda radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas
yang cukup jelas dengan jaringan sekitarnya, sehingga kebanyakan tidak
dianggap sebagai tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun
karena tumbuh dalam jaringan lunak yang mudah didesak dan sering kali
jauh dari organ vital. Keluhan baru timbul setelah ukuran sudah besar atau
terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf (Sjamsuhidajat, 1997).
Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang
mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf saraf tepi. Kanker yang
sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan kulit
(Sjamsuhidajat, 1997).

F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada
jaringan lunak yang menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah
digerakkan dari jaringan sekitarnya dan disangka lipoma dapat memberi
hasil patologi yang mengejutkan. Secara klinis diagnosis ditentukan dengan
palpasi untuk memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan dengan
struktur dangkal maupun dalam. Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi,
ultrasonografi, limfangiografi, payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan
dengan selektif. Angiografi bermanfaat karena dapat menilai hubungan
anatomi tumor dengan jaringan sekitarnya. Dalam perencanaan
pembedahan, angiografi menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah
utama.
Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor
ganas jaringan lunak lebih dulu beranak sebar ke paru paru. Foto Rontgen
dilakukan karena kanker ini bisa menginvasi tulang, setelah foto Rongten
dapat direncanakan untuk reseksi tulang (Sjamsuhidajat, 1997).

G. Komplikasi
Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada
paru paru, liver, tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada
pembedahan, dan jika dilakukan terapi radiasi mungkin akan terjadi
perlambatan penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya. Jika
dilakukan khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual, muntah,
stomatitis, neuropati perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar (Gale,
1999).

H. Penatalaksanaan Medis
Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih
dahulu perlu diketahui bagaimana prinsip prinsip pengelolaan kanker.
Pastikan dulu diagnosa klinis dan patologi, stadium dan keadaan penderita,
serta buat rencana terapi yang akan diberikan. Apa tujuan terapi, bagaiman
caranya, bagaimana urutannya, kapan dimulai dan hasil apa yang
diharapkan.
Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau penyembuhan dan
paliatif atau meringankan. Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan
penderita yaitu membebaskan penderita dari kanker yang dialami untuk
selama lamanya. Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya
mungkin pada kanker dini yaitu kanker loko regional, masih kecil. Kurang
lebih 70 % kanker yang solid dapat disembuhkan dengan pembedahan.
Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi.
Perawatan Paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar dapat
bekerja dan menikmati hidup. Mengatasi komplikasi yang terjadi, dapat
memperpanjang hidup dan tanpa memperpanjang penderitaan. Mengurangi
atau meringankan keluhan, keluhan yang berat pada penderita kanker
umumnya nyeri, ulkus berbau, perdarahan yang sukar berhenti dan berulang
ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan mengurus, dsb. Hilang
atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa lebih enak dan
sehat (Sukardja, 2000).
Ada bermacam macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini
merupakan penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu
sendiri, yang meliputi pembedahan, radioterapi, khemoterapi, hormonterapi
dan bioterapi. Pada umumnya terapi yang diberikan kepada penderita
kanker ialah cara sequential yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang
satu, kalau perlu diikuti cara terapi yang lain. Pada kasus kanker loko
regional yang operabel, urutan terapi umumnya ialah dimulai dengan
operasi, kemudian radioterapi dan terakhir khemoterapi (Sukardja, 2000).
Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan
bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan
sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan,
tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan khemoterapi hanyalah sebagai pelengkap.
Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan
radioterapi. Setelah penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor
ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan
ditempat jauh hasil metastase. (Sukardja, 2000).

I. Penatalaksanaan / Konsep Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses
keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal
masalah klien agar dapat memberikan rah kepada tindakan
keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada
kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini
terdiri dari empat komponen antara lain : pengelompokan data,
analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada
feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius
misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria,
sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif
bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat,
berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh
yang merokok.) Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia
30 tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.

k. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat
perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan,
atau bantuan).

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan kanker jaringan


lunak antara lain :
1. Ansietas berhubungan dengan stres, ancaman kematian
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit atau cedera
3. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme
seluler

2. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ansietas Anxiety self control Anxiety Reduction
berhubungan Anxiety Level 1) Memberikan HE tentang
dengan stres, kondisi klien dan
- Klien mampu
ancaman kematian penatalaksanaan
mengidentifikasi dan
2) Berikan penguatan atas
mengungkapkan
upaya keluarga untuk
gejala cemas
3) merawat klien
4) Memberikan kesempata
- Klien mampu
kepada keluarga untuk
mengidentifikasi,
mendiskusikan perasaan
mengungkapkan dan
mereka
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas
2 Gangguan citra Body image Body Image
tubuh berhubungan Self estheem enhancement
dengan penyakit
Setelah dilakukan - Kaji secara verbal dan
atau cedera
tindakan selama 1x24 nonverbal respon klien

jam diharapkan terhadap tubuhnya


- Jelaskan tentang
kecemasan pasien
pengobatan, perawatan,
berkurang dengan
kemajuan dan prognosis
kriteria hasil :
penyakit
- Body image positif - Dorong klien
- Mampu
mengungkapkan
mengidentifikasi
perasaannya
kekuatan personal
- Mempertahankan
interaksi sosial
3 Harga diri rendah Body Image, Self Esteem Enhancement
berhubungan disturbed - Tunjukkan rasa percaya
dengan gangguan Coping, Ineffective diri terhadap kemampuan
citra tubuh pasien untuk mengatasi
- Menunjukkan situasi
penilaian pribadi - Buat statement positif

tentang harga diri terhadap pasien


- Mengungkapkan - Monitor frekuensi
penerimaan diri komunikasi verbal pasien
- Komunikasi terbuka
yang negative
- Mengatakan optimism
tentang masa depan
4 Gangguan rasa Pain Level, Pain Management
nyaman : nyeri Pain control, - Lakukan pengkajian
Comfort level
berhubungan nyeri secara
dengan agen cedera komprehensif termasuk
- Mampu mengontrol
fisik lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab
durasi, frekuensi,
nyeri, mampu
kualitas dan faktor
menggunakan tehnik
presipitasi
nonfarmakologi - Observasi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri, mencari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik
bantuan)
- Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan pengalaman nyeri
menggunakan pasien
- Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan
nyeri (skala,
keluarga untuk mencari
intensitas, frekuensi
dan menemukan
dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa dukungan
- Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah nyeri
dapat mempengaruhi
berkurang
- Tanda vital dalam nyeri seperti suhu
rentang normal ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
5 Ketidakseim Nutritional Status : Nutrition Management
bangan food and Fluid Intake - Kaji adanya alergi
nutrisi Kriteria Hasil : makanan
- Kolaborasi dengan ahli
kurang dari - Adanya
gizi untuk menentukan
kebutuhan peningkatan
jumlah kalori dan nutrisi
tubuh berat badan
yang dibutuhkan pasien.
berhubunga sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk
n dengan tujuan meningkatkan intake Fe
factor - Berat badan ideal - Anjurkan pasien untuk
biologis sesuai dengan meningkatkan protein
tinggi badan dan vitamin C
- Mampu - Berikan substansi gula
mengidentifikasi - Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
- Tidak ada tanda tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
- Tidak terjadi - Berikan informasi
penurunan berat tentang kebutuhan nutrisi
badan yang - Kaji kemampuan pasien
berarti untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

6 Hambatan mobilitas Joint Movement : Exercise therapy :


fisik berhubungan Active ambulation
dengan perubahan Mobility Level - Monitoring vital sign
metabolisme seluler Self care : ADLs
sebelm/sesudah latihan
Transfer performance
dan lihat respon pasien
Kriteria Hasil : saat latihan
- Konsultasikan dengan
- Klien meningkat
terapi fisik tentang
dalam aktivitas
rencana ambulasi sesuai
fisik
- Mengerti tujuan dengan kebutuhan
- Bantu klien untuk
dari peningkatan
menggunakan tongkat
mobilitas
- Memverbalisasik saat berjalan dan cegah
an perasaan terhadap cedera
- Ajarkan pasien atau
dalam
tenaga kesehatan lain
meningkatkan
tentang teknik ambulasi
kekuatan dan
- Kaji kemampuan pasien
kemampuan
dalam mobilisasi
berpindah - Latih pasien dalam
- Memperagakan
pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat
bantu untuk ADLs secara mandiri
mobilisasi sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu
(walker)
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
- Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

Daftar Pustaka

Afiatidan dan Bethy S. Hernowo. 2013. Hubungan Ekspresi Ki-67 dengan


Grading Histopatologi Liposarkoma. Bandung : Jurnal Departemen
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Volume 45 No. 3.
B.Ac, Drs. H. Syaifuddin, (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat
(Cetakan 1), Kedokteran EGC, Jakarta.
Gale, D., 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC, Jakarta
Ida Hartati dan Sjahjenny Mustokoweni. 2015. Hubungan Ekspresi CD8dengan
Skor Diferensiasi Liposarkoma. Surabaya : Jurnal Departemen Patologi
Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Vol. 24 No. 2.
Pearce, Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan Sri
Yuliani Handoyo. Jakarta: Gramedia.
Robbins Stephen P, 1999. Manajemen Sixth Edition, PT Prenhallindo, Jakarta.
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC
Sukardja, 2000. Onkologi Klinik. Cetakan pertama. Airlangga University Press,
Surabaya.
Sjamsuhidajat, R.,1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai