PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penyakit Parkinson (PD) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf
(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan
(movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan
kekakuan otot.
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson
seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson
mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut
memiliki karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait
difficulty).
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang.
5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40
tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia
pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada
usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan
jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata
usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di
luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2)
dengan alasan yang belum diketahui.
Beberapa orang ternama yang mengidap Penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin
(sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali
(mantan peninju terkenal A.S.), Michael J FoxThe Michael J Fox Foundation For Parkinsons
Research (seorang bintang film Hollywood terkenal).
Dari beberapa fakta yang menunjukkan data mengenai Penyakit Parkinson, hal yang menarik
adalah penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara pasti dan hanya mengacu pada prediksi
faktor genetika dan lingkungan. Namun, pada perkembangan terakhir mengenai penyakit ini,
ada tendency bahwa penyakit ini deisebabkan oleh kerusakan mitokondria, organel penghasil
energi di dalam sel, yang menyebabkan neuron di dalam substantia nigra otak mati atau tidak
berfungsi. Studi dari Children Hospital Boston sekarang menunjukkan bahwa mutasi genetik
menyebabkan bentuk herediter dari Penyakit Parkinson menyebabkan mitokondria bergerak
acak keluar dari sel, meninggalkan sel tanpa ada kemungkinan menghentikan mereka.
Penemuan ini muncul pada 11 November isu tentang sel.
Oleh sebab itu, pembahasan mengenai PD (Parkinson Disease) ini sangat menarik juga karena
pengembangan dari penelitian penyakit ini selalu meningkat tiap tahunnya.
B.Rumusan Masalah
A.Tujuan
Sistem saraf perifer mempunyai 2 subdivisi fungsional utama yaitu sistem somatik dan otonom.
Sistem saraf tepi terdiri dari :
a. 12 pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf sensorik, 5
pasang saraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan.
b. 31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang saraf
leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul dan 1
pasang saraf ekor.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Dari beberapa sumber parkinsonism, dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan
hilangnya reflex postural akibat penurunan kadar dopamine oleh berbagai macam sebab.
Disebut juga dengan sindrom Parkinson. (Sudoyo W, dkk, 2006)
2. Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem ekstrapiramidal,
dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar yang tidak diketahui sebabnya
atau bersifat idiopatik. parkinsonisme idiopatik mengarah pada penyakit parkinson atau
agitasi paralisis. (Sylvia A. Prince, dkk, 2006)
3. Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis berupa rigiditas (kekuatan), bradikinasia,
tremor, dan instabilitas postur. (Williams F. Ganong, dkk, 2007).
B. INSIDENSI
3) Gangguan sensasi,
a. Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
b. Penderita sering mengalami pingsan
c. Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia),
TABEL 3.1
Tabel 3.1 Temuan Neurologis Utama Pada Pd (Parkinson Disease)
TABEL 3.2
Tabel 3.2 Gejala Umum Pada Penyakit Parkinson Dan Depresi Mayor
1) Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal.
2) Ras
Di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia
dan Afrika.
3) Lingkungan sekitar
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria
b. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada penyakit Parkinson
c. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum
jelas benar
4. Toksin
(seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol,
etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
5. Genetik
sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism
autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan
mutasi point pada gen Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga
ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
E. Patofisiologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 50% yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Lesi primer pada penyakit
Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin di dalam batang otak,
khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata
telanjang. Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum
akan merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit
output neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau
substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek
berkaitan dengan reseptor D2 . Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada
kelainan gerakan. (Robert Silitonga, 2007)
Pada penderita penyakit parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars kompakta
dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1
maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf
dopaminergik rusak dan dopamin berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak
terangsang sehingga jalur direk dengan neurotransmiter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi.
Reseptor D2 yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus
palidus segmen eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi
inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf
GABAergik dari globus palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan kegiatan
neuron nukleus subtalamikus meningkat akibat inhibisi. (Robert Silitonga, 2007)
Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAnergik sehingga
kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks lewat saraf
glutamatergik akan menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis
melemah terjadi hipokinesia. (Robert Silitonga, 2007) .
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. Penanganan
2. Terapi Pembedahan
Pada saat on penderita dapat bergerak dengan mudah, terdapat perbaikan pada gejala tremor dan
kekakuannya. Pada saat off penderita akan sangat sulit bergerak, tremor dan kekakuan tubuhnya
meningkat. Periode off adakalanya muncul sejak awal pemberian levodopa dan tidak dapat
diatasi dengan meningkatkan dosis, kejadian ini disebut wearing off. Pemakaian lama
levodopa sering terkena efek samping obat berupa munculnya gejala diskinesia. Wearing off
dan diskinesia yang terjadi pada penderita pp kadang-kadang tidak dapat dikontrol dengan
terapi medika mentosa dan memerlukan terapi pembedahan. (Sudoyo W, dkk, 2006)
Ada beberapa tipe prosedur pembedahan yang dikerjakan untuk penderita PP, yaitu: (Sudoyo W,
dkk, 2006)
a. Teori Ablasi Lesi Di Otak
b. Terapi Stimulasi Otak Dalam (Deep Barain Stimulation DBS)
c. Transplantasi Otak (Brain Grafting).
3. Terapi Fisik
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan
makanan di dalam mulut.
4. Pencangkokan saraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang berubah
menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan
adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik yang gagal
menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu
penyakit / sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya
pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine
deficiency Belakang Masalah
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas,
sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan
pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol
sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
B. SARAN
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan baik dengan terapi obat
kimia atau herbal.Selain itu juga harus memperhatikan etiologi seperti ras genetik,toksin usia
serta gejala yang muncul seperti tremor,ketidakseimbangan daya tahan tubuh.Oleh karena itu
dijaga keadaan tubuh kita dalam memenuhi gizi yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Safii, 2012; Tanda Tanda Penyakit Parkinson; Diakses pada 18/10/2012 dari
http://namasayaahmad.blogspot.com/2012/05/tanda-tanda-penyakit-parkinson.html
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Penyakit Parkinson. Jakarta. EGC. Hal 147-152
Akhsanur blogs, 2010; Penyakit Parkinson; Diakses pada 18/10/2012 dari http://dadang-
saksono.blogspot.com/2010/07/penyakit-parkinson.html
Medical Student Blog, 2012; Penyakit Parkinson; Diakses pada 22/10/2012 dari
http://medicalstudentdate.blogspot.com/2012/03/penyakit-parkinson.html?
zx=fddc550c257a42b3
Ganong, William F., and Mcphee, Stephen J. 2011. Patofisiologi Penyakit Edisi 5. Penyakit
Parkinson. Jakarta. EGC. Hal 188-189