Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

MATA KULIAH KENAUTIKAAN


DI BBPPI SEMARANG

NAMA : NABIGH NABIYL


NIM : H1K011050
KELOMPOK : 5
ASISTEN : TOMY ARDILLA RIZKY

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
DAFTAR ISI

HALAMAN
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan Praktikum......................................................................................3
1.3. Waktu dan Tempat Praktikum...................................................................3
II. PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1. Tutorial Menjangka Peta...........................................................................4
2.1.1. Cara menjangka peta :........................................................................7
2.2. Automatic Radar Plotting Aid (ARPA)...................................................10
2.3. Global Maritime Distress Safety System (GMDSS)...............................11
2.3.1. Fungsi GMDSS................................................................................12
2.3.2. Sistem komunikasi GMDSS............................................................13
2.3.3. Area Cakupan Pengoperasian GMDSS............................................15
2.3.4. Prosedur Pengoperasian Peralatan Gmdss............................................16
2.4. Search and Rescue Transponder (SART)................................................18
2.5. Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB).........................19
2.6. Global Positioning System Plotter (GPS PLOTTER).............................20
2.7. RADAR...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................27

1
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam menentukan

arah kapal. Pada zaman dahulu kala, untuk menentukan arah kapal berlayar tidak jauh

dari benua atau daratan, alat komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara

awak kapal yang berada pada satu kapal atau dapat di gunakan untuk komunikasi

dengan kapal lain dan atau berkomunikasi dengan darat. Zaman dulu navigasi kapal

atau arah tujuan kapal dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit seperti

matahari dan bintang-bintang dilangit. Jika kita memandang bintang pasti sulit

menentukan arah tujuan kapal. Untuk zaman sekarang lebih mudah dengan alat-alat

navigasi kapal modern. Untuk itu diperlukan system navigasi yang terdiri atas sensor

ultrasonik, mikrokontroler untuk mengolah data dari sensor, kemudian LCD sebagai

tampilan dari sensor ultrasonik. Hasil penelitian terdahulu telah diperoleh sebuah

prototipe kapal yang diberi nama MCST -1. Pada sistem MCST1 sebelumnya terdapat

beberapa kelemahan, antara lain belum di uji coba pada air (open water), sistem

komunikasi belum bisa bekerja dengan baik. Dalam penelitian tugas akhir ini MCST1

tersusun atas 3 sub sistem, yaitu sistem navigasi, sistem kontrol dan sistem guidence.

Dimana sistem navigasi ini berfungsi untuk memonitoring kapal terhadap halangan

yang ada didepan, kemudian sistem kontrol berfungsi sebagai menggerakan kapal jika

ada halangan dari depan kapal untuk berbelok dan berhenti. Untuk sistem komunikasi

dan sistem guidance berfungsi sebagai media perantara untuk memonitoring kapal dari

jarak jauh, berfungsi juga sebagai pemandu dari jarak jauh.

1
Sebelum melakukan navigasi dalam berlayar diperlukan terlebih dahulu

kemampuan dalam menjangka peta dan sarana-sarana yang diperlukan dalam

bernavigasi seperti ARPA ( Automatic Radar Plotting Aid ), GMDSS (Global Maritime

Distress Safety System), SART (Search And Rescue Transponder), EPIRB (Emergency

Position-Indicating Radio Beacon), GPS plotter, dan RADAR. Semua peralatan

navigasi tersebut dapat kita temukan di Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

(BBPPI) Semarang.
Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) berlokasi di Pelabuhan

Tanjung Emas Pos 1 jalan Yos Sudarso Kalibaru Barat, Tanjung Mas, Semarang, dengan

keadaan geografisnya di permukaan yang datar di dataran rendah kota Semarang (M.

Suwiyadi, 2000). Secara geografis lokasi Balai Besar Pengembangan Penangkapan

Ikan (BBPPI) berada pada koordinat 1101945 BT dan 65521 LS, berbatasan

langsung dengan :

Sebelah Utara : Laut Jawa


Sebelah Selatan : Jagalan
Sebelah Timur : Tambak Lorok
Sebelah Barat : Pelabuhan Tanjung Mas

BBPPI Semarang menjadi Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

(BBPPI). Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor :

Per.03/MEN/2006, tanggal 12 Januari 2006. BPPI Semarang mempunyai tugas pokok

untuk melaksanakan penerapan dan pengembangan teknik penangkapan dan

pengawasan serta kelestarian sumberdaya hayati perairan.

I.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengenal hal dasar mengenai alat navigasi elektronik.


2. Dapat mengetahui macam-macam alat navigasi elektronik.

2
3. Dapat memahami fungsi serta kegunaan dari alat navigasi tersebut.
4. Dapat mengetahui prinsip dan cara kerja dari alat navigasi tersebut.
5. Dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan dari alat navigasi tersebut.

I.3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Kenautikaan dilaksanakan pada hari senin, 2 desember 2013.

Bertempat di Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang, Jawa Tengah.

3
II. PEMBAHASAN

II.1. Tutorial Menjangka Peta


Sebelum melakukan menjangka peta, ada beberapa alat yang harus dipersiapkan

terlebih dahulu yaitu :

1. Meja Peta

Meja peta harus memiliki permukaan yang rata, agar tusukan jangka dan

pensil tidak merusak peta. selain dilengkapi dengan lampu (penerangan) yang

intensitas cahayanya dapat diubah-ubah. Meja peta juga harus dilengkapi dengan

almari penyimpanan peta dan laci-laci penyimpanan alat-alat menjangka peta.

2. Penggaris Peta

Penggaris segitiga yang didalamnya terdapat busur derajat dan terbuat dari

plastik transparant (tidak berwarna), agar tanda-tanda peta yang ada di bawah

mistar dapat terlihat dengan jelas. Penggaris segitiga terdiri dari 2 buah, segitiga

siku-siku sama kaki dan yang sudut-sudutnya terdiri dari 90, 45 derajat dan

segitiga siku-siku yang sudut-sudutnya terdiri dari 90, 60 dan 30 derajat.

3. Mistar Jajar

Mistar jajar (paralel ruller), terbuat dari plastik transparant (tidak berwarna),

agar tanda-tanda peta yang ada di bawah mistar dapat terlihat dan Pada kedua

mistar terdapat engsel, sehingga mistar dapat digeser kesemua arah.

4. Protraktor

Protraktor terbuat dari bahan plastik agar tanda-tanda peta yang ada di bawah

mistar dapat terlihat dan disalah satu sisinya terdapat busur derajat.

5. Jangka Cemat

4
Jangka cemat, terbuat dari bahan tahan karat, stainless steel, atau dari logam

campuran alumunium, kuningan dan baja (alpaka) dan kedua ujung lengan

jangka dilengkapi jarum (cemat).

6. Jangka Pensil

Jangka pensil terbuat dari bahan tahan karat, stainless steel, atau dari logam

campuran alumunium, kuningan dan baja (alpaka). Salah satu ujung lengan

jangka dilengkapi jarum (cemat) dan ujung lengan lainnya dilengkap isi pensil.

7. Surya Kanta

Surya kanta atua biasa yang disebut kaca pembesar (lensa cembung)

digunakan untuk melihat dan memperjelas tanda-tanda yang terdapat pada peta.

8. Peta

Peta laut (nautical chart) adalah peta yang digunakan sebagai penuntun

pelayaran, menggambarkan keadaan topografi perairan, antara lain: kedalaman

perairan, ketinggian daratan, mercu suar, dan lain-lain. Peta yang digunakan

adalah peta laut, sesuai dengan kebutuhan pelayaran. Ada beberapa peta laut

diterbitkan oleh lembaga yang syah, misalnya :

Indonesia peta laut diterbitkan oleh Jawatan Hidrografi TNI Angkatan

Laut
Amerika oleh Navy Hydrographical Office of America
Inggris oleh British Admiralty (B.A)

Selain itu ada beberapa Syarat yang harus ada didalam peta laut, yaitu :

Ada mawar pedoman


Ada garis lintang bujur dan teraannya
Ada tanda kedalaman ketinggian
Ada skala dan legenda (keterangan umum)
9. Pemberat Peta

Pemberat (chart weight) peta digunakan untuk menindih peta agar tidak

mudah tergeser dan terbuat dari timah hitam atau baja tahan karat.

5
10. Pensil

Pensil yang umum digunakan dalam menjangka peta adalah berukuran 2 B,

agar bila dituliskan pada peta dapat terlihat jelas, dan mudah di hapus kembali

tanpa meninggalkan bekas yang kotor. Ujung pensil harus runcing, agar hasil

tulisan pada peta dan mudah terbaca.

11. Penghapus Pensil

Penghapus pensil (pencil eraser) terbuat dari karet sintetis yang lunak, agar

jika digunakan tidak merusak kertas peta.

12. Peraut Pensil

Peraut pensil atau biasa yang disebut (pencil shapener) harus selalu siap

digunakan, pada umumnya dilekatkan pada meja peta.

13. Katalog Peta

Katalog merupakan suatu buku yang berisi nama, seri nomor, harga dan lain

lain dari segala macam peta, baik navigational charts, maupun non navigational

charts dan juga daftar dari penerbitanpenerbitan navigasi yang berguna bagi

navigator. Khusus mengenai peta laut terdapat index peta dari A s/d W yang

meliputi seluruh dunia. Index ini akan menunjukkan daerahdaerah dimana kita

berada dan setelah kita menemukan daerah yang kita maksudkan, maka kita

dapat mencari petapeta mana yang kita butuhkan. Katalog peta diterbitkan oleh

tiap-tiap negara, sehingga apabila kita akan mencari peta yang kita gunakan

untuk pelayaran maka harus menggunakan katalog yang sama dari negara yang

menerbitkan, Contoh :

Kalau akan memakai Peta Indonesia untuk pelayaran maka dalam

menyusun peta juga menggunakan katalog peta Indonesia.

6
Kalau akan memakai Peta BA untuk pelayaran maka dalam

menyusun peta juga menggunakan BA katalog.

II.1.1. Cara menjangka peta :


1. Menentukan waypoint

Tentukan lokasi perjalanan kapal, kemudian tentukan alur pelayaran

atau waypoint. untuk catatan saja, lihat lah kedalaman perairan yang

akan di lewati oleh kapal kemudian perhitungkan dengan dalam lunas

kapal dan pasang surut agar kapal kita tidak kandas.

2. Catat longitude dan latitude

Jika way poin sudah di tentukan mulai dari awal keberangkatan

hingga tujuan akhir, catat longitude dan latitudenya sesuai keterangan

waypoint. Dalam menentukan lat-lon pada peta manual bisa mengguakan

dua pengggaris segitiga atau jangka.

Menggunakan penggaris
Gunakan kedua penggaris yang saling di tempelkan, letakkan

kedua penggaris pada titik yang akan kita lihat lat-longnya,

lalu geser secara bergantian kedua penggaris ke pinggir peta

hingga bertemu garis keterangan longitude dan latitude. Lalu

catat hasilnya.

Menggunakan jangka
Pada peta terdapat garis lintang/bujur namun hanya pada nilai

tertentu saja (angka bulat/ satuan besar). Untuk

menentukannya gunakan bagian jangka yang tajam di letakan

pada titik waypoint dan yang bagian pensil regangkan pada

garis lintang/bujur terdekat, pertahankan bentuk jangka dan

7
sesuaikan dengan nilai lintang bujur pada garis keterangan

bujur/lintang di pinggir gambar peta.


3. Catat haluan

Catat tiap haluan pada tiap waypoint, caranya menggunakan 2

penggaris segitiga. Pada tiap peta alur pelayaran terdapat mawar

pedoman, mawar pedoman ini yang akan digunakan untuk menentukan

haluan. Caranya dengan mensejajarkan garis pergerakan waypoint titik

satu ke titik dua, lalu pertahankan posisinya dan geser hingga ke maewar

pedoman. Untuk catatan ingatlah arah kemana kapal berlayar agar

menentukan haluan tidak terbalik.

4. Menentukan jarak alur pelayaran

Seluruh waypoint yang telah ditentukan dihitung jaraknya dengan

cara menjumlahkan seluruh jarak pada tiap waypoint. Dengan

menggunakan teknik yang sama seperti menentukan lintang/bujur

menggunakan jangka. Letakkan jangka bagian jarum pada titik waypoint

kemudian regangkan bagian jangka yang pensil hingga tepat pada

waypoint berikutnya. Langkah selanjutnya hitung jarak dengan letakkan

jangka pada keterangan bujur/lintang di pinggir peta, letakkan titik jarum

pada awal angka kisaran yang besar agar dengan mudah dihitung. lalu

hitung berapa mil jaraknya.

5. menghitung jumlah haluan, jarak, dan lama waktu yang dibutuhkan

dalam melaksanakan pelayaran.

WAY POINT HALUAN () JARAK (') LAMA WAKTU


WP1-WP2 336 63 618'

8
WP2-WP3 23 53 518'
WP3-WP4 98 40 4

WP4-WP5 180 44 424'

WP5-WP6 221 51 56'


WP6-WP7 180 18 148'
Jumlah 1038 269 2648'
6. Perhitungan haluan Perhitungan haluan dengan menjumlah seluruh

haluan di tiap waypoint


7. Penghitungan lama waktu
Untuk perhitungan lama waku terlebih dahulu harus diketahui

berapa kecepatan standar yang akan di gunakan. untuk simulasi

digunakan data diatas dengan menggunakan kecepatan 10 knot.

Jarak ( mil )
=lama waktu ( jam ,menit )
Kecepatan ( knot )

hasil dari perhitungan diatas kemudian dikonfersikan dalam jam dan

menit ketika tiap lama waktu antar waypoint sudah dalam bentuk

jam dan menit kemudian di jumlahkan keseluruhan.

II.2. Automatic Radar Plotting Aid (ARPA)


ARPA atau automatic radar ploting aid yang berguna untuk memantau apapun

yang ada dipermukaan air laut, baik benda bergerak maupun yang diam. Sebuah ARPA

khas memberikan presentasi dari situasi saat ini dan menggunakan teknologi komputer

untuk memprediksi situasi masa depan. Sebuah ARPA menilai risiko tabrakan, dan

memungkinkan operator untuk melihat manuver yang diusulkan oleh kapal

sendiri.Sementara model yang berbeda dari ARPA yang tersedia di pasaran, fungsi-

fungsi berikut ini biasanya diberikan:

9
1. Gerak benar atau relatif radar presentasi;
2. Otomatis akuisisi target akuisisi ditambah manual;
3. Digital membaca-out target diakuisisi yang menyediakan kursus, kecepatan,

jangkauan, bantalan, titik terdekat pendekatan (CPA, dan waktu untuk BPA

(TCPA);
4. Kemampuan untuk menampilkan informasi tabrakan penilaian langsung pada

PPI, dengan menggunakan vektor (benar atau relatif) atau Prediksi grafis Luas

Bahaya (PAD) layar;


5. Kemampuan untuk melakukan manuver sidang, termasuk perubahan Tentu saja,

perubahan kecepatan, dan tentu saja gabungan/perubahan kecepatan; dan


6. Otomatis stabilisasi tanah untuk keperluan navigasi. ARPA proses informasi

radar jauh lebih cepat dari radar konvensional namun masih tunduk pada

keterbatasan yang sama. ARPA data hanya seakurat data yang berasal dari input

seperti giro dan log kecepatan.

II.3. Global Maritime Distress Safety System (GMDSS)


Global Maritime Distress Safety System

(GMDSS) adalah Perjanjian internasionalyang mengatur prosedur keselamatan, jenis

peralatan dan prosedur komunikasi yang digunakan untuk meningkatkan

keselamatan dan membuat prosedur yang lebih mudahuntuk memberi pertolongan

kepada kapal, pesawat udara dan alat angkut lainnya yang mengalami marabahaya.
Sistem komunikasi GMDSS dirancang khusus untuk keperluan penanganan

isyarat marabahaya dan keselamatan di laut berlaku diseluruh dunia, sistem ini memiliki

kemampuan untuk dapat menerima dan mengirimkan sinyal-sinyal marabahaya yang

dikirimkan melalui kapal yang sedang mengalami musibah, sehingga kapal-kapal lain

yang berada di sekitar lokasi musibah dapat memberikan pertolongan dengan

keterlambatan waktu sekecil mungkin.


GMDSS yang diamandemen pada tahun 1988 merupakan penyempunaan dari

Safety of Life at Sea (SOLAS) tahun 1974. Pemberlakuan GMDSS dilakukan secara

bertahap, tidak sekaligus dengan tahapan sebagai berikut :

10
1. Tahun 1990 kapal harus dilengkapi dengan RADAR 9 GHz
2. Tahun 1992 kapal harus dilengkapi dengan Sart And Rescue Transporder

(SART)
3. Tahun 1993 Kapal harus dilengkapi dengan Emergency Position Indication

Radio Beacon (EPIRB) dan Navigational Telex System (NAVTEX).


4. Tahun 1995 Kapal harus mempunyai semua peralatan GMDSS
5. Tahun 1999 Semua kapal wajib mempunyai semua peralatan GMDSS,

diberlakukan secara menyeluruh. Khusus Indonesia akibat krisis moneter 1997

meminta kepada IMO untuk ditunda sampai dengan 1 februari 2009.

II.3.1. Fungsi GMDSS

GMDSS terdiri dari beberapa sistem, beberapa yang baru, tetapi banyak

yang telahdioperasi selama bertahun-tahun sebelumnya. Sistem ini dimaksudkan

untuk melakukanfungsi-fungsi berikut:

1. Alerting : yaitu suatu pemberitahuan tentang adanya musibah marabahaya

yang cepat dan berhasil pada suatu unit yang dapat mengadakan atau

mengkoordinasikan suatu pencarian dan pertolongan segera.


2. Search and Rescue Coordinating : yaitu komunikasi yang digunakan untuk

koordinasi antara unit-unit yang berpotensi SAR termasuk kapal-kapal yang

berada dilaut untuk merencanakan suatu operasi pencarian dan pertolongan.


3. On Scane Communication : yaitu suatu system komunikasi yang digunakan

di lokasi musibah antara On Scene Commander dan Unit-unit yang ikut

dalam operasi pertolongan termasuk dengan kapal musibah apabila masih

dapat melakukan komunikasi.


4. Locating Signal : yaitu signal untuk memudahkan penemuan posisi Survival

Craft.
5. Dissemination of Maritime Safety Information (M.S.I) : yaitu penyiaran

informasi-informasi mengenai keselamatan pelayaran.


6. General Radio Communication : yaitu komunikasi dari kapal ke suatau

jaringan radio di darat yang ada hubungannya dengan keselamatan.

11
7. Bridge to Bridge Communication : yaitu komunikasi antar kapal dari

anjungan yang ada hubungannya dengan keselamatan.

Persyaratan kapal yang harus memiliki perlengkapan GMDSS adalah kapal

penumpang yang berlayar di perairan internasional dan kapal barang dengan ukuran 300

GT ke atas. Berikut peralatan GMDSS, sebagai berikut :

1. Very High Frequency (VHF), High Frequency (HF), dan Medium Frequency

(MF)
2. NAVTEX
3. Inmarsat C
4. Narrow Band Direct Printing (NBDP)
5. EPIRB
6. SART 9 GH

II.3.2. Sistem komunikasi GMDSS

GMDSS dalam pelaksanaannya menerapkan dua sistem komunikasi, yaitu

sistem komunikasi darat dan sistem komunikasi satelit yang dirancang untuk dapat

memungkinkan pemancaran sinyal marabahaya dapat dilaksanakan dari kapal ke

pantai, dari kapal ke kapal dan dari pantai ke kapal pada seluruh daerah perairan

laut. Sistem komunikasinya antara lain :

1. Sistem Komunikasi Darat

Sistem komunikasi darat pada sistem GMDSS digunakan untuk dapat

melakukan komunikasi dalam jarak jangkau yang pendek, sedang dan jauh

dengan menggunakan frekuensi yang berada pada jalur frekuensi VHF (very

high frequency), MF (medium frequency) serta HF (high frequency).


Jalur frekuensi VHF digunakan untuk komunikasi jarak pendek dengan

frekuensi yang digunakan adalah 156,525 MHz dan berfungsi untuk

panggilan-panggilan marabahaya dan keselamatan mempergunakan panggilan

selektif dijital (digital selective call), sedangkan frekuensi 156,8 MHz

12
digunakan untuk komunikasi koordinasi SAR dan komunikasi di lokasi

musibah dengan menggunakan telepon radio.


Untuk komunikasi jarak sedang digunakan jalur frekuensi MF. Frekuensi

2187,5 kHz, digunakan untuk panggilan marabahaya dan keselamatan dengan

menggunakan panggilan selektif dijital untuk arah komunikasi dari kapal ke

pantai, kapal ke kapal serta pantai ke kapal, sedangkan untuk komunikasi di

lokasi musibah yang menggunakan telepon radio digunakan frekuensi 2182

kHz. Sedangkan frekuensi 2174,5 kHz digunakan hanya untuk komunikasi

dengan menggunakan telex.


Untuk komunikasi dengan arah komunikasi dari kapal ke pantai dan dari

pantai ke kapal yang berada dalam jarak jangkau yang jauh digunakan

komunikasi HF sebagai alternatif terhadap komunikasi satelit. Frekuensi-

frekuensi yang digunakan adalah pada band frekuensi 4, 6, 8, 12 dan 16 MHz.

Kapal-kapal yang diperlengkapi dengan peralatan komunikasi HF, harus selalu

menjaga frekuensi marabahaya pada band 8 MHz, serta salah satu frekuensi

yang diharuskan yang sesuai untuk daerah dimana kapal tersebut sedang

berlayar.

2. Sistem komunikasi satelit

Disamping sistem komunikasi darat, GMDSS juga menerapkan system

komunikasi satelit. Komunikasi satelit digunakan dalam dua arah, yaitu kapal

ke pantai, pantai ke kapal, maupun dari kapal ke kapal. Salah satu system

komunikasi satelit yang digunakan pada sistem GMDSS adalah sistem satelit

INMARSAT, dimana satelit tersebut dapat menunjang pemancaran sinyal

marabahaya dari kapal-kapal dan juga dapat digunakan untuk menentukan

13
letak lokasi musibah. Dalam pengoperasiannya, satelit INMARSAT dibagi

menjadi empat wilayah operasional yaitu :

samudera pasifik (Pacific Ocean Region-POR)


samudera atlantik bagian barat (Atlantic Ocean Region-AOR West)
samudera atlantik bagian timur (Atlantic Ocean Region-AOR East)
samudera hindia (India Ocean Region)

2.3.3. Area Cakupan Pengoperasian GMDSS

Pembagian wilayah berdasarkan frekuensi operasional merupakan persyaratan

GMDSS yang berlaku dewasa ini. Pembagian dimaksud untuk memudahkan

penyelidikan secara efektif terhadap penyelamatan di laut dan meringankan beban

stasiun radio pantai agar tidak tertuju pada satu saluran frekuensi kerja, serta

memudahkan para pemilik kapal untuk memilih perangkat-perangkat radio yang

dipersyaratkan berdasarkan wilayah pelayarannya masing-masing. Peralatan

komunikasi yang disyaratkan di kapal adalah peralatan yang dapat meliputi daerah

operasi pelayaran yang dapat terus menerus merelay bahaya dan keselamatan dalam

suatu area pelayaran.


Pengalokasian wilayah pengoperasian GMDSS dibagi menjadi 3 wilayah yang

meliputi wilayah perairan A1, A2 serta A3.


Area cakupan pengoperasian GMDSS adalah ;

1. Daerah A1 : Merupakan daerah pelayaran dalam jarak capai perangkat radio

VHF dari stasiun pantai (kurang dari 20 s/d 30 mile) yang dibuka secara terus

menerus selama 24 jam menggunakan perangkat VHF DCS.


2. Daerah A 2 : Suatu daerah pelayaran dalam jarak capai perangkat radio MF dari

stasiun pantai terdekat (kurang lebih 100 mile) yang dibuka secara terus menerus

selama 24 jam menggunakan perangkat MF DSC diluar daerah A1.


3. Daerah A 3 : Suatu daerah pelayaran dalam liputan satelit INMARSAT (yaitu

antara 700LU s/d 700 LS), diluar daerah A1 dan A2.


4. Daerah A 4 : Daerah pelayaran yang tidak termasuk daerah A1, A2, dam A3.

14
2.3.4. Prosedur Pengoperasian Peralatan Gmdss

Very High Frequency (VHF) dan medium frequency (MF)/high

frequency(HF)

Sistem komunikasi darat pada sistem GMDSS digunakan untuk dapat

melakukan komunikasi dalam jarak jangkau yang pendek, sedang dan jauh

dengan menggunakan frekuensi yang berada pada jalur frekuensi VHF (very

high frequency), MF (medium frequency) serta HF (high frequency).

Very High Frequency (VHF)

Frekuensi sangat tinggi (VHF) adalah frekuensi radio berkisar dari

30 MHz sampai 300 MHz. Frequencies immediately below VHF are

denoted (HF), and the next higher frequencies are known as (UHF).Frekuensi

VHF langsung di bawah ditandai frekuensi tinggi (HF), dan frekuensi yang lebih

tinggi berikutnya dikenal sebagai frekuensi tinggi Ultra (UHF). The is done

by .Para alokasi frekuensidilakukan oleh ITU (International Comunication

Union).
Perangkat komunikasi VHF radiotelephone merupakan perangkat

komunikasi yang menggunakan sistem radio VHF (very high frequency) yang

diperuntukkan untuk keperluan maritim serta memenuhi ketentuan IMO

(International Maritime Organization) dalam hal kemampuan untuk

memancarkan dan menerima sinyal marabahaya di laut. Perangkat ini dilengkapi

dengan MMSI (maritime mobile service identity), sehingga selain dapat

digunakan untuk memancarkan dan menerima sinyal marabahaya, dapat juga

digunakan untuk melakukan panggilan atau penerimaan komunikasi secara

15
individual, komunikasi ke seluruh kapal ataupun pada area tertentu saja, dan

beroperasi pada range frekuensi 155.00-166.475 MHz.


Jalur frekuensi VHF digunakan untuk komunikasi jarak pendek dengan

frekuensi yang digunakan adalah 156,525 MHz dan berfungsi untuk panggilan-

panggilan marabahaya dan keselamatan mempergunakan panggilan selektif

dijital (digital selective call), sedangkan frekuensi 156,8 MHz digunakan untuk

komunikasi koordinasi SAR dan komunikasi di lokasi musibah dengan

menggunakan telepon radio.

Medium frequency (MF)/high frequency (HF)

Untuk komunikasi jarak sedang digunakan jalur frekuensi MF. Frekuensi

2187,5 kHz digunakan untuk panggilan marabahaya dan keselamatan dengan

menggunakan panggilan selektif dijital untuk arah komunikasi dari kapal ke

pantai, kapal ke kapal serta pantai ke kapal, sedangkan untuk komunikasi di

lokasi musibah yang menggunakan telepon radio digunakan frekuensi 2182 kHz.

Sedangkan frekuensi 2174,5 kHz digunakan hanya untuk komunikasi dengan

menggunakan telex.
Untuk komunikasi dengan arah komunikasi dari kapal ke pantai dan dari

pantai ke kapal yang berada dalam jarak jangkau yang jauh digunakan

komunikasi HF sebagai alternatif terhadap komunikasi satelit. Frekuensi-

frekuensi yang digunakan adalah pada band frekuensi 4, 6, 8, 12 dan 16 MHz.

Kapal-kapal yang diperlengkapi dengan peralatan komunikasi HF, harus selalu

menjaga frekuensi marabahaya pada band 8 MHz, serta salah satu frekuensi

yang diharuskan yang sesuai untuk daerah dimana kapal tersebut sedang

berlayar
Perangkat komunikasi MF/HF radiotelephone merek FURUNO merupakan

perangkat komunikasi yang menggunakan sistem radio MF/HF (medium

16
frequency/high frequency) yang diperuntukkan untuk keperluan maritim serta

memenuhi ketentuan IMO (International Maritime Organization) dalam hal

kemampuan untuk memancarkan dan menerima sinyal marabahaya di laut.

Perangkat ini dilengkapi dengan MMSI (maritime mobile service identity),

sehingga selain dapat digunakan untuk memancarkan, menerima serta

memonitor sinyal marabahaya, perangkat ini juga dapat digunakan untuk

komunikasi biasa antara kapal ke kapal maupun kapal ke darat pada range

frekuensi pengiriman antara 1,6 MHz sampai 27,5 MHz, serta range frekuensi

100 kHz sampai 30 Mhz, dan frekuensi 2182 kHz sebagai frekuensi marabahaya,

disamping itu perangkat ini juga dapat berfungsi sebagai telex

2.4. Search and Rescue Transponder (SART)

Instalasi GMDSS pada kapal memiliki satu atau lebih peralatan SART yang

dipakai untuk melacak lokasi dari survival craft atau kapal yang mengalami kecelakaan

dengan cara memancarkan sinyal berupa rangkaian titik pada layar radar kapal-kapal

SAR. Ketika terdeteksi oleh radar, SART akan memencarkan sinyal audio dan visual.

Jangkauan pendeteksian alat ini tergantung dari tinggi tiang radar kapal-kapal SAR dan

ketinggian SART, normalnya sekitar 15 km (8 nm) (Naibaho, 2013). Catatan penting

yang harus diketahui adalah bahwa Marine Radar tidak bisa mendeteksi SART bahkan

pada jarak di atas apabila radar tersebut tidak disetting optimal untuk mendeteksi SART.

2.5. Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB)

EPIRB cara kerja melalui Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue

(SAR) berbasis satelit internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu

Perancis, Kanada, Amerika Serikat dan Rusia (dahulu Uni Soviet) pada tahun 1979.

Misi program Cospas-Sarsat adalah untuk memberikan bantuan pelaksanaan SAR

17
dengan menyediakan distress alert dan data lokasi secara akurat, terukur serta dapat

dipercaya kepada seluruh komonitas internasional. Tujuannya agar dikuranginya

sebanyak mungkin keterlambatan dalam melokasi suatu distress alert sehingga operasi

akan berdampak besar dalam peningkangkatan probabilitas keselamatan korban.

Keempat negara tersebut mengemabangkan suatu sistem satelit yang mampu

mendeteksi beacon pada frekuensi 121,5/243 MHz dan 406 MHz. Emergency Position-

Indicating Radio Beacon (EPIRB)adalah beacon 406 Mhz untuk pelayaran merupakan

elemen dari Global Maritime Distress Safety System (GMDSS) yang didesain

beroperasi dengan sistem the Cospas-Sarsat. EPIRB sekerang menjadi persyaratan

dalam konvensi internasioal bagi kapal Safety of Life at Sea (SOLAS).


Prinsip Kerja dari (EPIRB), Ketika beacon aktif, sinyal akan diterima oleh satelit

selanjutnya diteruskan ke Local User Terminal (LUT) (Iriani, 2012). untuk diproses

seperti penentuan posisi, encoded data dan lain-lainnya. Selanjutnya data ini diteruskan

ke Mission Control Cetre (MCC) dimanage. Bila posisi tersebut diluar wilayahnya akan

dikirim ke MCC yang bersangkutan, bila di dalam wilayahnya.

2.6. Global Positioning System Plotter (GPS PLOTTER)


GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit.

Nama lainnya adalah NAVSTAR GPS kependekan dari Navigation Satellite and

Ranging Global Positioning System (Dirjen Perikanan, 1999). Untuk penentuan posisi,

GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas Ketelitian posisi

yang diperoleh secra umum akan bergantung pada empat faktor, yaitu :
Metode penentuan posisi yang digunkan
Geometri dan distribusi dari satelit satelit yang diamati.
Ketelitian data yang digunakan.
Strategi / metode pengolahan data yang diterapkan.
Selain memeberikan informasi tentang waktu, GPS juga dapat digunakan untuk

mentransfer waktu dari satu tempat ke tempat lain. Ketelitian sampai beberapa

nanodetik dapat diberikan oleh GPS untuk transfer waktu antar benua.

18
GPS adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS

memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari

bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3

buah satelit sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa

diterima diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit.

GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian yang sangat tinggi

sekali (Dirjen Perikanan, 1999).

a) Kelebihan GPS
GPS mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain :
1. Penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung

padakocisi topografis daerah survey.


2. Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini.
3. Receiver GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya

dan kualitas data yang diberikan lebih baik.


4. Pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih

mudah dan tidak mengeluarkan banyak biaya.


5. Data pengamatan GPS sukar dimanipulasi.
b) Kelemahan GPS
GPS mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :
1. Dalam hutan yang lebat, sinyal GPS berkurang.
2. GPS tidak bisa digunakan ketika menyelam.
3. GPS tidak akan berfungsi secara maksimal jika ada alat-alat elektronik

yang mengeluarkan gelombang-gelombang elektromagnetik.

2.7. RADAR
Radar merupakan kependekan dari Radio detecting and ranging. Radar adalah

salah satu alat bantu navigasi elektronika, yang digunakan untuk mendeteksi obyek

(target/ sasaran) berdasarkan prinsip pengukuran waktu tempuh yang diperlukan untuk

merambatkan pulsa sinyal gelombang elektromagnetik, sejak sinyal tersebut

dipancarkan oleh transmitter hingga gema (echo) yang dipantulkan oleh obyek dan

diterima pada receiver. Sinyal elektromagnetik yang ditampilkan oleh obyek ke pesawat

19
penerima tersebut selanjutnya tergambar pada layar kaca (Position Plan Indicator atau

PPI), sehingga arah baringan dan jarak pengamat terhadap obyek dapat diketahui

(Akmal, 1975).
Obyek pengamatan radar dapat berupa: kapal, pulau, radar reflektor, pelampung

rambu dan benda lainnya yang dapat memantulkan gelombang elektromagnetik, bahkan

awan yang rendah serta hujanpun dapat dideteksi oleh radar.

a. Komponen radar
Secara garis besar komponen radar tersusun antara lain: transmitter, scanner,

receiver dan display unit (Sonnenberg, 1987).

Transmitter
Transmitter (pemancar), adalah salah satu komponen radar yang menghasilkan

pulsa gelombang elektromagnetik. Pulsa tersebut disalurkan ke scanner untuk

selanjutnya dipancarkan keluar menuju obyek (target / sasaran).Pada transmitter

terdapat tabung microwave oscilator (dinamakan magnetron), yang

menghasilkan gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi antara 3.000 ~

10.000 MHz (Megahertz). Pada kapal perang digunakan frekuensi hingga

mencapai 30.000 MHz


Scanner

Scanner merupakan antenna pemancar dan penerima pulsa (transmitter and

receiver) gelombang microwave. Scanner bergerak berputar pada sumbunya

menempuh putaran 360 derajat secara terus menerus dan berulang-ulang. Sambil

bergerak berputar, scanner memusatkan gelombang elektromagnetik dan

memancarkannya secara terus menerus pada selang waktu tertentu menuju obyek.

Pantulan (echo) geleombang elektromagnet yang dipantulkan oleh obyek

kemudian diterima kembali pada scanner untuk selanjutnya diteruskan ke unit

penerima (receiver)

20
Receiver

Receiver berfungsi menerima dan memperkuat sinyal gelombang pantulan (echo)

yang diperoleh dari obyek dan merubahnya menjadi sinyal listrik untuk kemudian

diteruskan ke display unit

Display Unit

Display unit menerima sinyal yang dikirimkan oleh receiver, kemudian

ditampilkan data obyek berupa gambar pada layar kaca yang terbuat dari tabung

CRT (cathode ray tube). Layar tampilan pada tabung CRT tersebut dinamakan

Position Plan Indicator (PPI). Pengamat dapat melihat atau mengamati keadaan

obyek dari tampilan display unit ini berupa baringan dan jarak dari kapal

pengamat ke obyek. Pada display unit ini dilengkapi dengan tombol-tombol yang

berfungsi untuk mengoperasikan radar tersebut.


b. Cara pengoperasian radar
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan , maka teknologi yang

diterapkan pada radar semakin meningkat. Bermacam merk dan jenis radar dipasarkan

dengan beraneka fasilitas teknologi yang ditawarkan, antara lain: bentuk radar, jenis-

jenis tombol penyetel pun bervariasi. Namun demikian, walaupun bermacam-macam

akan tetapi pada dasarnya cara penggunaannya terdapat suatu prosedur yang baku.

Tombol pengatur yang terdapat pada display unit radar :

Tombol Power.
Pada tombol power terdapat 3 arah tampilan; OFF, Stanby, ON. Pada posisi OFF;

aliran sumber tenaga (aliran listrik) yang menuju radar diputuskan, sehingga

seluruh komponen radar tidak bekerja. Posisi Stanby; sumber tenaga yang menuju

ke radar dialirkan, dan pada kedudukan tersebut aliran sumber tenaga

21
dikendalikan oleh pengatur waktu (timer) untuk pemanasan (warming up) seluruh

komponen radar. Pada umumnya pemanasan memerlukan waktu antara 3 - 5

menit. Sebelum lampu indikator READY menyala, tombol power belum diijinkan

diputar pada arah ON. Posisi ON; pada posisi ini seluruh komponen radar sudah

siap untuk dioperasikan (Asosiasi Radar Indonesia, 2013)


Brightness
Tombol brightness merupakan pengatur terang atau gelapnya layar kaca (PPI) .

Dengan memutar tombol searah jarum jam, maka tampilan lingkaran jarak, garis

baringan dan obyek dapat dilihat pada PPI


Sensitivity
Tombol sensitivity (kepekaan), adalah untuk mengatur kepekaan penerimaan

receiver. Dengan memutar tombol ini searah jarum jam, display unit akan

mengatur kepekaannya untuk menghilangkan tampilan gambar yang kotor (noise)

agar layar PPI dapat menampilkan gambar yang jelas


Tuning
Tombol tuning; untuk mengatur penerimaan echo dari obyek yang akan

ditampilkan. Untuk maksud tersebut, diupayakan jarum penunjuk tuning (tuning

meter) menunjuk pada tanda optimum, agar tampilan gambar pada PPI sempurna

STC (Sea Turned Control)


Pada saat cuaca buruk, ketika sedang melakukan pelayaran dilaut permukaan

gelombang laut dapat terdeteksi oleh radar dan tergambar pada PPI, yang

menyebabkan tampilan obyek terkadang tertutup oleh pantulan gelombang laut

tersebut. Dengan mengatur tombol STC, maka kepekaan penerimaan refleksi

sinyal permukaan laut diperlemah, sehingga tampilan gambar obyek menjadi lebih

jelas (Asosiasi Radar Indonesia, 2013)


FTC (Fog Turned Control)
Ketika awan gelap dan rendah, atau hujan lebat maupun salju tampak pada

tampilan layar PPI, maka pengamat menjadi sulit untuk mengidentifikasi gambar

obyek pada PPI. Dengan mengatur tombol FTC, maka kepekaan penerimaan
22
pantulan dari hujan, awan ataupun salju dapat dikurangi, sehingga tampilan

gambar obyek menjadi lebih jelas (Asosiasi Radar Indonesia, 2013)


Cursor
Cursor digunakan untuk memutar piringan penunjuk arah baringan (azimuth)

kapal terhadap obyek pada layar PPI


Ring Marker
Tombol ini berfungsi untuk menampilkan lingkaran jarak dari pada PPI. Dengan

mengetahui jarak yang terdapat pada PPI tersebut, maka pengamat dapat menduga

berapa jarak dari pengamat ke obyek tersebut


VRM (Variable Ring Marker)
Dengan mengatur tombol ini dapat menduga jarak dan arah baringan dari

pengamat terhadap obyek.

23
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Ismail. 1975. Gema dan Radar (Navigasi Elektonika). Akademi Usaha
Perikanan Jakarta.

Arso, Martopo. 1992. Ilmu Navigasi. Universitas Diponegoro. Semarang.Navigasi


Elektronik I. Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran. Semarang.

Azha, Aksan. 2006. Dasar Navigasi Darat. Akademi Usaha Perikanan. Jakarta.

Burczynski, J and Ben Yami, M. 1985. Finding Fish with Ecosounder, FAO Training
Series. Food and Agriculture Oganization of the United Nations. Via delle Ierme
Caracalla. 00100 Roma. Italia.

Dirjen Perikanan. 1999. Petunjuk Teknis untuk Nelayan Tradisional jilid 2. BPPI.
Semarang.

Eka Djunarsjah. 2005. Sejarah Navigasi. Media Pustaka. Jakarta.

M. Suwiyadi H. 2000. Ilmu Pelayaran. Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran.


Semarang.

Sonnenberg, G. J. 1987. Radar dan Elektronik Navigasi. Newnes Butterworths.


London.

Supriyono, Hadi. 2000. Ilmu Navigasi untuk Perguruan Tinggi (Non Kepelautan).
Universitas Diponegoro kerjasama dengan BPLP. Semarang.

Yoyok, Suariyoto, 2002. Pengetahuan GMDSS dan Aplikasinya pada Kapal Ikan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan
(BPPI). Semarang.

Asosiasi Radar Indonesia. 2013. http://www.radar-nasional.org/home/ (diakses pada 7


desember 2013).

Awal. 2013. http://awalahas-samuderapengetahuan.blogspot.com/ (diakses pada 7


desember 2013).

Dapala. 2013. http://dapala.4t.com/dapala_gps.htm (diakses pada 7 Desember 2013).

Dirjen Perikanan. 1999. Petunjuk Teknis untuk Nelayan Tradisional jilid 2. BPPI.
Semarang.
Iriani, S. 2012. Menjangka Peta. http://kruiputra.blogspot.com/2010/08/menjangka-
peta.html. Diakses tanggal 8 desember 2013.
Sonnenberg, G. J. 1987. Radar dan Elektronik Navigasi. Newnes Butterworths.
London.

24
LAMPIRAN

GMDSS

ARPA

GPS PLOTTER GMDSS RECEIVER

GMDSS RECEIVER

25

Anda mungkin juga menyukai