Anda di halaman 1dari 28

I.

JUDUL

PENENTUAN DAN OPTIMASI METODE ARTIFICIAL LIFT


BERDASARKAN KARAKTERISTIK RESERVOIR.

II. LATAR BELAKANG

Keberhasilan dalam peningkatan perolehan minyak sangat ditentukan oleh


karakteristik reservoirnya dan metode produksi yang digunakan. Karakteristik
reservoir tersebut terdiri dari sifat fisik batuan reservoir, sifat fisik fluida reservoir,
kondisi reservoir, dan jenis reservoirnya, dengan berbagai tipe metode produksi
yang digunakan yaitu Natural Flow (sembur alam) dan Artificial Lift (sembur
buatan) yang terdiri dari Gas Lift, Sucker Rod Pump, Electric Submersible Pum,
Progressive Cavity Pump, dan Hydraulic Pump. Untuk masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan tidak semua metode
artificial lift ini bisa di pakai dalam setiap kondisi yang ada, karena setiap metode
memiliki batasan-batasan yang tidak boleh diabaikan.
Dalam memproduksi minyak terdapat berbagai macam fenomena yang
terjadi dilapangan. Tidak semua metode produksi yang digunakan dapat
meningkatkan perolehan minyak secara maksimal, hal ini dikarenakan oleh
karakteristik reservoir yang berbeda ditiap lapangan.
Berdasarkan karakteristik reservoirnya, data data karakteristik reservoir
manakah yang paling mendominasi sehingga dapat ditentukan metode produksi
yang optimum serta mampu meningkatkan perolehan minyak.
Pemilihan metoda produksi yang memberikan hasil yang efisien dan
optimum sangat penting untuk dilakukan, karena menyangkut keekonomian dari
sumur produksi dan umur peralatan penunjang yang digunakan suatu lapangan.
Selain itu juga diperlukan evaluasi dan perencanaan ulang (optimasi) karena
perubahan kondisi reservoir selama masa produksi.
III. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud : Untuk dapat menjelaskan karakteristik reservoir yang menjadi


batasan
dalam penentuan metode artificial lift yang optimum dan efisien.
Tujuan : Untuk dapat mengupayakan peningkatan perolehan minyak yang
seoptimal dan seefisien mungkin dengan menggunakan artificial lift.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1. Karakteristik Reservoir

Reservoir merupakan suatu tempat atau wadah dimana hidrokarbon dalam


kondisi terjebak didalamnya dalam suatu sistem perangkap tertentu dan
membentuk suatu sistem hidrodinamis, dimana dalam mendiskripsikan reservoir
ini diperlukan keahlian dan pengetahuan tentang geologi reservoir yaitu mulai dari
terbentuknya batuan induk, migrasi dan terakumulasinya fluida reservoir.

4.1.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir

Penilaian batuan reservoir akan banyak berhubungan dengan sifat sifat


fisik batuan sedimen, seperti :

a. Porositas
Porositas merupakan ruang pori pori batuan, yang didefinisikan
sebagai persen dari volume ruang pori terhadap volume batuan total.
Porositas dapat dihitung dengan persamaan :
Vb Vs Vp

Vb Vb ...................................................................( 4-1)

Keterangan :
Vb : Volume total batuan.
Vs : Volume butir batuan total.
Vp : Volume pori pori batuan.
b. Permeabilitas
Permeabilitas adalah suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan
batuan untuk mengalirkan fluida melalui pori pori batuan yang saling
berhubungan. Definisi mengenai permeabilitas pertama kali
dikembangkan oleh Hendry Darcy (1856). Besarnya permeabilitas dapat
dicari dengan persamaan :
ql
K
A (P1 P2 ) ..........................................................................(4-2)

Keterangan :
K : Permeabilitas, darcy.
q : Laju alir, cc/detik.
: Viskositas fluida, cp.
l : Panjang media berpori, cm.
A : Luas penampang, cm.
P1 : Tekanan yang masuk, atm.
P2 : Tekanan yang keluar, atm.
c. Wetabilitas
Wetabilitas merupakan suatu kecenderungan dari fluida untuk menyebar
atau menempel pada permukaan padatan dengan adanya fluida lain yang
tidak saling campur.
d. Tekanan kapiler
Tekanan kapiler didefinnisikan sebagai perbedaan tekanan antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur sebagai akibat dari
terjadinya permukaan permukaan yang memisahkan keduanya.
e. Saturasi Fluida
Saturasi merupakan perbandingan antara volume pori-pori batuan yang
ditempati fluida dengan volume pori pori total pada suatu batuan
berpori. Besarnya saturasi fluida dapat ditentukan dengan persamaan :
Volume pori - pori yang terisi fluiida
Saturasi
Volume pori pori total
f. Kompresibilitas Batuan
Kompresibilitas batuan adalah perubahan volume yang disebabkan
adanya perubahan tekanan. Perubahan bentuk volume pori-pori batuan
dapat dinyatakan dengan persamaan :
1 dVp
Cp
Vp dP *
..............................................................................(4-3)
Keterangan :
Cp : Kompresibilitas
Vp : volume pori batuan
P* : tekanan luar
4.1.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir

Sifat fisik fluida yang perlu diketahui meliputi : sifat fisik gas, sifat fisik
minyak dan sifat air formasi
Sifat fisik dari fluida reservoir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu sifat
fisik minyak, gas dan air formasi.
a. Sifat Fisik Minyak
Spesific Gravity minyak
Densitas Minyak
Kelarutan Gas dalam minyak
Faktor Volume Formasi Minyak
Viskositas Minyak
Kompresibilitas Minyak
b. Sifat Fisik Gas
Spesific Gravity Gas
Kompressibilitas Gas
Densitas Gas
Viskositas Gas
Faktor Volume Formasi Gas
c. Sifat Fisik Air Formasi
Densitas Air Formasi
Viskositas Air Formasi
Faktor Volume Formasi Air Formasi
Kelarutan Gas Dalam Air Formasi
Kompressibilitas Air Formasi
4.1.3. Kondisi Reservoir

a. Tekanan Reservoir
Dengan adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh adanya
gradien kedalaman, maka akan menyebabkan fluida reservoir mengalir
dari formasi ke lubang sumur yang relatif bertekanan rendah. Tekanan
yang bekerja pada reservoir :
- tekanan hidrostatik
- tekanan kapiler
- tekanan overburden
b. Temperatur Reservoir
Temperatur akan naik dengan meningkatnya kedalaman. Peningkatan
ini disebut gradien geotermis, yang besarnya bervariasi tergantung dari
sifat konduktifitas termis batuannya.
4.1.4. Jenis jenis Reservoir

a. Berdasarkan Perangkap Reservoir :


Perangkap Struktur
Perangkap Stratigrafi
Perangkap Kombinasi
b. Berdasarkan Mekanisme Pendorong Reservoir
Solution Gas Drive
Reservoir solution gas drive sering disebut juga sebagai reservoir
depletion drive. Reservoir jenis ini tenaga pendorongnya berasal dari
gas yang terbebaskan dari minyak karena adanya perubahan fasa pada
hidrokarbon hidrokarbon ringannya yang semula merupakan fasa
cair menjadi fasa gas selama penurunan tekanan reservoir, serta tidak
adanya tudung gas mula mula. Gas yang semula larut dalam zona
minyak kemudian terbebaskan lalu mengembang dan kemudian akan
mendesak minyak dan terproduksi secara bersamaan.

Gas Cap Drive


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi,
kadang kadang pada kondisi reservoirnya komponen komponen
ringan dan menengah dari minyak bumi tersebut membentuk suatu
fasa gas. Gas bebas ini kemudian melepaskan diri dari minyaknya dan
menempati bagian atas dari reservoir itu membentuk suatu tudung. Hal
ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk mendorong minyak
bumi dari reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke
permukaan.
Water Drive
Energi pendesakan yang mendorong minyak untuk mendorong
minyak untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap
bersama sama dengan minyak pada batuan reservoirnya.
Gravitational Segregation Drive
Energi pendorong minyak bumi yang berasal dari kecendrungan
gas, minyak dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan masa
jenisnya.
Combination Drive
Energi pendorong berasal dari kombinasi tenaga pendorong yang
bekerja bersamaan dan simultan.
c. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon
Reservoir Gas
Diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu : reservoir gas kering
dan reservoir gas basah
Reservoir Gas Kondensat
Reservoir Minyak
Diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu : reservoir minyak berat
dan reservoir minyak ringan.
4.1.5. Perkiraan Cadangan Reservoir

Perhitungan perkiraan cadangan dapat dilakukan dengan beberapa cara


yaitu, menggunakan :
Metode Volumetris
Metode Material Balance
Metode Decline Curve
4.2. Kinerja Aliran Fluida

Untuk mendapatkan laju alir yang optimal setiap saat, maka perlu dilakukan
perhitungan-perhitungan yang menyangkut kehilangan tekanan. Perhitungan
tekanan pada umumnya dilakukan pada bagian kehilangan tekanan dalam media
berpori dan kehilangan tekanan pada pipa vertikal. Kehilangan tekanan ini sangat
erat hubungannya dengan keadaan aliran pada saat fluida diproduksi.
4.2.1. Aliran dalam Media Berpori

Fluida yang mengalir dari formasi produktif menuju ke dalam lubang


sumur akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
- Sifat-sifat fluida yang mengalir
- Sifat fisik batuan reservoir
- Jumlah fasa yang mengalir
- Geometri dari sumur dan daerah pengurasan
- Kemiringan lubang sumur pada formasi produktif
Faktor faktor di atas, secara ideal harus dipenuhi dalam setiap Persamaan
perhitungan kelakuan aliran fluida formasi masuk ke lubang sumur. Sampai saat
ini tersedia banyak persamaan untuk memperkirakan kelakuan aliran fluida
formasi menuju ke dasar lubang sumur, yang mana masing masing persamaan
memiliki anggapan anggapan tertentu.
Fluida dari reservoir dapat berupa gas, minyak dan air. Pada kondisi
tekanan di atas bubble point, gas masih terlarut dalam minyak sehingga aliran
fluida hanya satu fasa saja (cair). Bila tekanan reservoir sudah berada di bawah
bubble point, maka gas akan memisahkan diri dan ikut mengalir bersama minyak,
sehingga dengan demikian aliran fluida menjadi dua fasa (gas dan minyak).
Aliran dalam media berpori dibagi menjadi 2, yaitu :
Aliran fluida linier
Aliran fluida radial (perlapisan paralel dan seri)
4.2.2. Productivity Index

Productivity Index (PI) merupakan index yang digunakan untuk


menyatakan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi pada suatu kondisi
sumur tertentu. Productivity Index (PI) didefinisikan sebagai perbandingan
antara laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga
tekanan alir dasar sumur tertentu dengan perbedaan antara tekanan statis di
reservoir dengan tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran (Pwf), yang
secara sistematis dapat dituliskan :

q
PI
Ps Pwf , bbl/D/psi................................................(4-4)
4.2.3. Inflow Performance Relationships (IPR)

Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur atau untuk


melihat kemampuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga
productivity index (PI) dapat dinyatakan secara grafis yang disebut Inflow
Performance Relationships (IPR) dengan menggunakan parameter laju
produksi (q) sebagai sumbu X dan tekanan aliran dasar sumur (Pwf) sebagai
sumbu Y. Berdasarkan jumlah fasanya, kurva IPR ada dua yaitu kurva IPR
satu fasa dan kurva IPR dua fasa.
Kurva IPR dua fasa dikembangkan oleh Weller (1966) yang
selanjutnya disederhanakan lagi oleh Vogel (1968). Standing melakukan
modifikasi terhadap persamaan Vogel, dimana metode Vogel untuk
pembuatan IPR tidak mempertimbangkan suatu perubahan permeabilitas
absolute di dalam reservoir. Standing memodifikasi metode Vogel untuk
menghitung kerusakan formasi di sekitar lubang sumur. Adanya kerusakan
tersebut akan menyebabkan adanya tambahan kehilangan tekanan di sekitar
lubang sumur. Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kelakuan
aliran fluida dari formasi ke lubang sumur, dengan cara menggabungkan
definisi productivity index. Persamaan Pudjo Sukarno dikembangkan dengan
menggunakan simulasi reservoir hipotetis dengan memperhitungkan
pengaruh faktor skin.
4.2.4. Perkiraan Laju Produksi

Laju produksi erat kaitannya dengan jenis mekanisme pendorong dan


kehilangan tekanan. Laju produksi yang terlalu besar dapat mengakibatkan tidak
tercapainya ultimate recovery yang sebenarnya dari resevoir. Pengaturan laju
produksi dan pemilihan ukuran tubing yang tepat merupakan suatu cara untuk
mengurangi kehilangan tekanan dengan menggunakan jepitan.
Agar tujuan memproduksi minyak dapat mencapai hasil perolehan
maksimum (ultimate recovery) maka perlu dilakukan pengaturan laju produksi
tiap-tiap sumurnya. Besarnya laju produksi untuk mendapatkan perolehan
maksimum disebut dengan laju produksi optimum. Laju produksi optimum
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong reservoir, produktivitas formasi,
sifat lithology batuan, spasi sumur, tingkat heterogenitas reservoir, mobilitas dari
fluida formasi serta metode dari produksi sumur tersebut.
4.3. Penentuan dan Optimasi Metode Artificial Lift

Apabila suatu sumur minyak sudah tidak mampu lagi memproduksi


minyak dengan tenaga reservoir yang dimilikinya maka untuk memproduksi
minyak dari dalam sumur menuju ke permukaan perlu diberikan tenaga buatan
yang disebut artificial lift atau pengangkatan buatan. Prinsip kerja dari artificial
lift tersebut ialah mengubah tenaga yang dihasilkan oleh sistem peralatan
artificial lift tersebut menjadi tenaga yang mengangkat fluida reservoir ke
permukaan. Dalam pemilihan peralatan yang digunakan untuk keperluan artificial
lift diperlukan suatu perencanaan secara teliti dan pemilihan jenis peralatan yang
tepat, sehingga rate produksi fluida atau minyak yang diinginkan akan tercapai.
Bermacam macam jenis peralatan pengangkatan buatan, namun dalam bab ini
akan dijelaskan lima jenis artificial lift yang banyak digunakan di lapangan
minyak yaitu: gas lift, sucker rod pump, electric submersible pump, progressive
cavity pump, dan hydraulic pump.
Desain artificial lift untuk sebuah sumur, direkomendasikan bahwa pada
awalnya sumur dianggap sebagai sumur natural flow, oleh karena itu harus
disiapkan sistem produksi untuk melihat sumur tersebut dapat mengalir dan pada
laju alir berapa. Tujuan dari artificial lift adalah untuk menetapkan tubing intake
pressure sehingga reservoir merespon dan memproduksi laju alir yang diharapkan.
Desain dan analisa dari berbagai artificial lift dapat dibagi menjadi dua
bagian, yang pertama adalah komponen reservoir (inflow performance
relationship) yang menggambarkan kemampuan sumur untuk memproduksikan
fluida. Komponen yang kedua menggambarkan seluruh pipa dan sistem artificial
lift. Tubing intake pressure lalu dapat ditentukan untuk laju alir yang berubah-
ubah dan ketika kurva intake ini terletak pada plot yang sama dengan kurva IPR,
laju alir untuk metode pengangkatan dapat ditentukan.
4.2.1. Dasar Pemilihan Metode Artificial Lift

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode


Artificial Lift

Pemillihan metode produksi didasarkan pada parameter parameter


yang mempengaruhi dasar pemilihan metode produksi dari sumur-sumur
yang ada pada suatu lapangan minyak, antara lain yaitu :

- Aspek reservoir , terdiri dari : densitas fluida, viskositas fluida, faktor


volume formasi, water cut, gas liquid ratio, jenis reservoir, kedalaman
dan kemiringan lubang bor, ukuran casing serta tipe komplesi.
- Aspek produksi, terdiri dari : inflow performance, productivity index,
laju produksi fluida, fluid level, ukuran tubing dan problem produksi.

B. Perkiraan Laju Produksi

Faktor faktor yang mempengaruhi laju produksi diantaranya


adalah mekanisme pendorong reservoir, produktivitas formasi (tekanan
reservoir dan tekanan aliran dasar sumur), sifat litologi batuan, spasi
sumur, tingkat heterogenitas reservoir, dan mobilitas dari fluida formasi.

- Konsep Maximum Efficient Rate ( MER )

MER didefinisikan sebagai laju pengurasan tertinggi yang diijinkan


dan dapat dipertahankan sepanjang waktu tanpa menyebabkan
terjadinya kerusakan serta kehilangan energi, sehingga dapat dicapai
ultimate recovery.

- Penentuan laju produksi optimum

Penentuan laju produksi optimum didasarkan pada aliran kritis masing-


masing sumur pada setiap jenis mekanisme pendorong yang bekerja di
reservoir.

4.2.2. Metode Artificial Lift

Sembur buatan adalah metode produksi yang digunakan karena tenaga


pendorong dari reservoir telah berkurang sehingga tekanan reservoir hanya
mampu mendorong fluida reservoir sampai ketinggian tertentu saja, sehingga
perlu bantuan untuk menaikkan minyak ke permukaan. Selain itu, metode ini
juga digunakan untuk menaikkan laju alir produksi yang tidak sesuai dengan
target. Dalam metode ini dikenal beberapa cara sesuai dengan caranya
membantu fluida reservoir naik ke permukaan, yaitu:

a. Metode gas lift, adalah sembur buatan dimana untuk mengangkat cairan ke
permukaan diperlukan bantuan injeksi gas bertekanan tinggi. Ada dua
macam metode gas lift, yaitu :
Continous gas lift, dimana injeksi gas dilakukan terus-menerus.
Intermittent gas lift, dimana injeksi gas dilakukan secara terputus -
putus.
b. Metode pompa, adalah sembur buatan yang menggunakan pompa untuk
menaikkan minyak ke permukaan. Metode pompa ada beberapa macam,
namun yang umum digunakan dalam teknik perminyakan yaitu :
Sucker rod pump, dimana digunakan pompa yang memakai tangkai
(rod)
Submersible pump, dimana digunakan pompa yang digerakkan dengan
tenaga listrik
Hydraulic pump
Progressive Cavity Pump (PCP)
4.2.2.1. Gas Lift

Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve valve yang dipasang pada
tubing dengan kedalaman dan spasi tertentu. Injeksi gas pada proses gas lift
dapat dilakukan baik melalui tubing maupun annulus tubing casing. Gas lift
dapat dilakukan pada sumur yang memenuhi beberapa syarat, diantaranya:

Tersedianya gas dalam jumlah yang memadai untuk injeksi, baik dari
reservoirnya sendiri maupun dari tempat lain.
Fluid level masih tinggi.
Prinsip Dasar Gas Lift
Prinsip dasar pengangkatan pada gas lift yaitu :
Penurunan gradien tekanan fluida di dalam tubing.
Pengembangan gas yang diinjeksikan.
Pendorongan oleh gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan
Ditinjau dari cara penginjeksian gas ke dalam sumur, injeksi gas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Continous Flow, di sini gas diinjeksikan secara terus menerus dengan
laju dan tekanan tertentu selama pengangkatan fluida berlangsung.
2. Intermittent Flow, di sini gas diinjeksikan secara terputus-putus dengan
laju besar dan tekanan tertentu secara berkala. Siklus injeksi diatur sesuai
dengan laju aliran fluida dari formasi ke sumur. Pengangkatan fluida
sumur berupa slug per-slug.
Ditinjau dari kondisi sumur (PI dan BHP), ada empat kategori pemakaian gas
lift yang dianjurkan. Pertimbangan utama yang digunakan dalam menentukan
cara penginjeksian gas diatas didasarkan pada tekanan dasar sumur (BHP) dan
productivity index (PI).

Tabel Kriteria Penentuan Sistem Injeksi


PI BHP Instalasi Operasi
Tinggi Tinggi Setengah Tertutup Continous
Tinggi Rendah Tertutup Intermittent
Rendah Tinggi Setengah Tertutup Intermittent
Rendah Rendah Tertutup Intermittent

Keterangan tabel :
PI tinggi bila harganya lebih besar dari 1,5 bbl/hari/psi
PI rendah bila harganya lebih kecil dari 0,5 bbl/hari/psi
BHP tinggi bila dapat mengangkat kolom cairan minimum 70 % dari
kedalaman sumur
BHP rendah bila kolom cairan yang terangkat kurang dari 70 % atau
minimum 40 % dari kedalaman sumur.
4.2.2.2. Sucker Rod Pump

Sucker rod pump merupakan salah satu metode pengangkatan buatan,


dimana untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan plunger yang
digerakkan dengan menggunakan tangkai pompa (rod) dan dihubungkan
dengan menggunakan kawat baja (string). Metode ini digunakan pada sumur-
sumur dengan viskositas rendah medium, tidak ada problem kepasiran, GOR
rendah tinggi, sumur-sumur lurus dan fluid level tinggi.

Pada saat ini dikenal tiga macam pompa sucker rod, yaitu:
1. Conventional Unit
2. Air Balance
3. Mark II
Prinsip Kerja Sucker Rod
Prinsip kerja sucker rod dapat dijelaskan sebagai berikut : Gerak rotasi
dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh pumping unit
terutama oleh pitman assembly crank. Kemudian gerak naik turun ini oleh
horse head dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan plunger.
Instalasi pumping unit di permukaan ini dihubungkan dengan pompa yang ada
di dalam sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik turun dari horse
head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger ini bergerak naik turun di
dalam barrel pompa. Pada saat up stroke, plunger bergerak ke atas, tekanan di
bawah plunger terjadi penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih
besar dari tekanan dalam pompa, maka akibatnya standing valve terbuka dan
minyak masuk ke dalam pompa. Pada saat down stroke, standing valve
tertutup karena tekanan dari minyak dalam barrel pompa, sedangkan pada
bagian atasnya, yaitu travelling valve terbuka oleh tekanan minyak akibat
turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke dalam tubing. Proses ini
dilakukan secara berulang ulang sehingga minyak sampai ke permukaan dan
seterusnya ke separator melalui flow line.
4.2.2.3. Electrical Submersible Pump (ESP)

Electric Submersible Pump merupakan salah satu jenis dari pengangkatan


buatan yang memungkinkan untuk sumur sumur dalam dengan laju produksi
tinggi. Penggunaan pompa ESP juga dapat digunakan untuk sumur sumur
miring. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut pompa ini adalah
pompa reda. Pada umumnya pompa jenis ini digunakan pada sumur sumur
artificial lift dengan produksi besar dan GOR rendah. Tetapi pada
kenyataannya perusahaan perusahaan minyak juga menggunakannya untuk
memproduksi sumur sumur dengan viskositas tinggi, GOR tinggi dan
temperatur tinggi.
Pada dasarnya ESP adalah pompa centrifugal bertingkat banyak, dimana
poros dari pompa centrifugal dihubungkan langsung dengan motor penggerak.
Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik, sedangkan sumber listriknya
diambil dari power plant, dimana tenaga listrik untuk pompa disuplai dari
switch board dan transformator di permukaan dengan perantara kabel listrik
yang diklem pada tubing dengan jarak 15-20 ft.
Setiap tingkat dari pompa centrifugal terdiri dari impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagian yang diam). Tenaga dalam bentuk tekanan
didapat dari cairan yang dipompakan di sekitar impeller. Gerakan berputar
impeller mengakibatkan cairan ikut berputar, yaitu arah radial (akibat dari
gaya centrifugal) dan arah tangensial.
Prinsip Kerja ESP
Prinsip kerja ESP adalah berdasarkan prinsip pompa centrifugal dengan
sumbu putarnya tegak lurus. Pompa centrifugal adalah motor hidrolis yang
menghasilkan tenaga hidrolis dengan jalan memutar cairan yang melalui
impeller pompa. Cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros
pompa, dikumpulkan dalam rumah pompa atau diffuser kemudian dilempar
keluar. Oleh impeller, tenaga mekanis motor diubah menjadi hidrolis. Impeller
terdiri dari dua piringan yang didalamnya terdapat sudut sudut. Pada saat
impeller diputar dengan kecepatan sudut , cairan dalam impeller
dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan kinetik tertentu. Cairan yang
tertampung di dalam rumah pompa kemudian dievaluasikan melalui pipa
keluar (diffuser), dimana sebagian tenaga kinetis diubah menjadi tenaga
potensial berupa tekanan. Karena dilempar keluar, maka terjadi proses
penghisapan. Proses ini terus berlangsung hingga fluida melewati keseluruhan
tingkatan (stages) dimana dalam 1 stages terdapat 1 impeller dan 1 diffuser.
4.2.2.4. Progressive Cavity Pump (PCP)

Progressive Cavity Pump biasa juga disebut dengan pompa Moyno dimana
pompa ini merupakan salah satu tipe pompa downhole yang terdiri dari dua
komponen utama yaitu stator dan rotor pompa. Dalam keadaan normal,
pompa akan bergerak secara rotary (berputar) dan memompa fluida ke
permukaan secara positif. Arti positif di sini adalah fluida yang telah masuk ke
dalam pompa seluruhnya akan didorong terus ke permukaan tanpa ada fluida
yang mengalir balik seperti yang terjadi pada pompa ESP. Oleh sebab itu
PCPdisebut sebagai positive displacement pump.

Mesin penggerak yang digunakan bisa dengan berbagai mesin, tetapi pada
umumnya menggunakan motor listrik yang dipasang di permukaan dekat
wellhead dan dihubungkan dengan perantara V-belt drive ke drive assembly-
nya. Drive head assembly dipasang diatas wellhead dan memiliki beberapa
bagian, diantaranya adalah roda-roda gigi, bevel penurun kecepatan dan
pengubah arah putaran, break assembly sebagai alat pengaman, drive shaft
yang memutar rotor pompa di dalam sumur melalui rangkaian pony rod.
Prinsip Kerja PCP
Motor pompa diputar oleh drive shaft yang berada pada drive head
assembly yang ditempatkan di atas wellhead. Sewaktu rotor pompa yang
mempunyai alur tunggal berputar di dalam stator yang mempunyai alur ganda,
terbentuklah sederetan lubang-lubang yang tersekat 180O satu dengan yang
lainnya dimulai dari lubang hisap sampai lubang pengeluaran dari stator-nya.
Pada waktu satu cavity (lubang) mengecil, lubang lawannya membesar
dengan volume yang sama besar dan konstan, sehingga volume
pengangkatannya dapat dipertahankan konstan dan menghasilkan laju aliran
positif dan kontinu (berlanjut), tanpa memerlukan valve (katup) satupun.
Dengan demikian maka pompa ini dapat disebut positive displacement pump.
Karena sifat dan cara kerjanya pompa ini disebut juga progressive cavity
pump, dimana volume fluida yang masuk pompa secara langsung dikeluarkan
sebagai hasil atau produksi tanpa ada kebocoran yang disebabkan slip antara
rotor dan stator-nya. Laju alir yang dihasilkan oleh pompa ini berbanding
lurus dengan kecepatan putar rotornya.
4.2.2.2.5. Hydraulic Pump

Metode pengangkatan cairan dengan pompa hidrolik memanfaatkan cairan


bertekanan tinggi (power fluid) untuk menggerakkan pompa di bawah
permukaan. Energi yang menggerakkan pompa ini berasal dari pompa di
permukaan (biasanya disebut triplex atau quantiplex), energi penggerak ini
disalurkan melalui cairan bertekanan tinggi yang dialirkan untuk melayani
satu atau lebih unit pompa di sumur sumur.

Dilihat dari segi kerjanya, unit pompa di bawah permukaan terdiri dari dua
macam sistem, yaitu :
1. Pompa torak (piston hydraulic pump-PHP)
2. Pompa jet (jet pump-JP)

Prinsip Kerja Hydraulic Pump


Unit pompa torak (selanjutnya digunakan istilah PHP) yang terletak di
bawah permukaan terdiri dari mesin dan pompa, dimana prinsip kerjanya
didasarkan oleh hukum Pascal. Mesin dan pompa saling berhubungan melalui
poros torak mesin dengan poros torak pompa. Energi untuk menggerakkan
mesin ini diperoleh dari cairan yang bertekanan tinggi yang dipompakan dari
permukaan oleh pompa (triplex). Gerakan torak dari mesin yang bergerak
bolak-balik ini turut menggerakkan torak pompa, sehingga minyak dapat
dialirkan ke permukaan secara terus-menerus.
Jet pump (JP) berfungsi atas dasar perubahan dari energi potensial menjadi
energi kinetis. Energi potensial yang dihasilkan oleh pompa di permukaan
diteruskan oleh fluida bertekanan tinggi pada unit pompa di bawah permukaan
melalui nozzle menjadi dipercepat, sehingga dapat dikatakan bahwa energi
potensial dirubah menjadi energi kinetik. Perubahan kecepatan ini
menyebabkan penurunan tekanan setelah nozzle, sehingga memungkinkan
terjadinya percampuran dengan fluida reservoir yang diproduksi melalui
mekanisme transfer momentum. Percampuran ini mengakibatkan penurunan
kecepatan, sehingga sebagian energi kinetik berubah kembali menjadi energi
potensial, akibatnya fluida dapat mengalir ke permukaan.
Unit pendukung di permukaan yang menghasilkan cairan bertekanan
tinggi untuk kedua jenis pompa tersebut pada dasarnya adalah sejenis.
Perbedaannya terletak pada sistem pengambilan cairan bertekanan itu kembali
ke permukaan, yaitu terpisah atau bersama-sama dengan fluida reservoir yang
diproduksikan.
V. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan komprehesif


ini adalah studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka dilakukan dengan bahan
bahan yang diperoleh dari literatur literatur, jurnal atupun karya tulis lain yang
berhubungan dengan judul komprehensif ini. Diskusi dilakukan terutama dengan
dosen pembimbing baik mengenai aspek teknologi, keteraturan penuturan maupun
tata cara penulisan.

VI. PEMBAHASAN SEMENTARA

Metode artificial lift merupakan metode yang digunakan untuk membantu


proses pengangkatan minyak ke permukaan. Metode ini digunakan Karena
reservoir sudah tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mengalirkan fluida ke
permukaan dan alasan lain digunakan metode ini adalah untuk menaikkan laju
produksi. Metode Artificial lift dibagi menjadi 5, diantaranya yaitu gas lift,
sucker rod pump (SRP), electrical submersible pump (ESP), progressive cavity
pump (PCP) dan hydraulic pump unit (HPU). Kelima metode tersebut memiliki
keuntungan dan kerugian serta memiliki batasan-batasan kondisi yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihannya guna mendapatkan metode yang optimum
dan efisien. Selain itu, perencanaan metode ini juga penting untuk mengurangi
masalah yang ditimbulkan oleh problem produksi maupun masalah yang
ditimbulkan oleh metode itu sendiri.

Batasan-batasan kondisi tersebut dikelompokkan ke dalam 2 aspek, yaitu


aspek reservoir dan aspek produksi. Aspek reservoir meliputi densitas fluida,
viskositas fluida, faktor volume formasi, water cut, gas liquid ratio, jenis
reservoir, kedalaman dan kemiringan lubang bor, ukuran casing serta tipe
komplesi. Sedangkan pada aspek produksi meliputi inflow performance,
productivity index, laju produksi fluida, fluid level, ukuran tubing dan problem
produksi.
1. Gas Lift
Kondisi yang menguntungkan bagi penggunaan metode ini yaitu adanya
ketersediaan gas yang cukup untuk diinjeksikan, GLR sampai dengan 2000
scf/bbl untuk continuous gas lift dan 2000-5000 scf/bbl untuk intermittent gas lift,
fluid level lebih dari 70% untuk continuous gas lift dan 40-70% untuk intermittent
gas lift, kedalaman hingga 12000ft, temperature hingga 350 oF, PI tinggi untuk
continuous gas lift dan PI rendah untuk intermittent gas lift dan laju produksi
rendah sampai tinggi. Cocok untuk problem kepasiran, gas coning dan scale,
namun tidak cocok untuk problem korosi dan emulsi.
Prinsip kerjanya yaitu menginjeksikan gas bertekanan tinggi melewati
annulus yang kemudian akan masuk ke tubing melalui valve yang bertujuan untuk
menurunkan densitas fluida dan membantu mengangkat fluida ke permukaan.
Optimasi gas lift meliputi penentuan kedalaman masing-masing unloading
valve dan operating valve sebagai point of injection. Selain itu, menentukan
tekanan yang dibutuhkan untuk membuka semua valve secara berurutan dan yang
terakhir adalah penentuan jumlah gas dan tekanan injeksi gas yang diperlukan.
2. Sucker Rod Pump
Batasan-batasan untuk sucker rod pump yaitu kedalaman sumur hingga
14000 ft, temperatur hingga 350oF, laju produksi rendah, PI rendah,water cut
rendah dan GLR rendah. Cocok untuk problem produksi korosi, emulsi dan
kerusakan formasi. Namun tidak cocok pada problem kepasiran, gas coning serta
water coning yang tinggi.
Prinsip kerja SRP adalah memanfaatkan gerakan naik dan turunnya
plunger untuk membantu proses pengangkatan fluida ke permukaan.
Optimasi SRP meliputi penentuan PSD, penentuan beban rod, diameter
plunger serta diameter rod string dimana parameter tersebut akan menghasilkan
nilai Stroke dan N (SPM). Kemudian yang terakhir adalah menghitung efisiensi
volumetris pompa.
3. Electrical Submersible Pump
Batasan-batasan untuk ESP adalah PI tinggi, laju produksi tinggi, suhu
hingga lebih dari 350oF, kedalaman sumur >2000ft, GLR rendah dan watercut
tinggi. Cocok untuk problem emulsi dan water coning, namun tidak cocok untuk
problem kerusakan formasi, gas coning dan kepasiran.
Prinsip kerja ESP adalah berdasarkan prinsip pompa centrifugal dengan
sumbu putarnya tegak lurus. Pompa centrifugal adalah motor hidrolis yang
menghasilkan tenaga hidrolis dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller
pompa. Cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa,
dikumpulkan dalam rumah pompa atau diffuser kemudian dilempar keluar.
Optimasi ESP yaitu dengan cara menentukan atau merubah PSD,
menentukan TDH, menentukan jumlah stages dan tipe pompa yang akan
digunakan serta yang terakhir adalah menghitung efisiensi volumetris pompa.
4. Progressive Cavity Pump
Batasan-batasan untuk PCP adalah GLR rendah sampai tinggi, kedalaman
hingga 10000ft, temperatur hingga 350 oF, laju produksi menengah sampai tinggi,
PI tinggi. Cocok untuk problem kepasiran, emulsi dan coning, namun tidak cocok
untuk problem gas coning yang tinggi.
Prinsip kerja PCP adalah memanfaatkan putaran dari rotor yang
terbungkus oleh strator untuk mengangkat fluida ke permukaan.
Optimasi PCP meliputi penentuan PSD yang terletak antara PSD
maksimum dan PSD minimum. Selain itu juga menentukan kecepatan pompa agar
tidak melebihi kecepatan pompa maksimum.
5. Hydraulic Pump Unit
Batasan-batasan untuk HPU adalah PI rendah sampai tinggi, temperatur
sampai 350 oF, laju produksi rendah sampai tinggi, GLR rendah, kedalaman
hingga 12000 ft. Cocok untuk problem korosi, scale dan emulsi, namun tidak
cocok untuk problem kepasiran.
Unit pompa torak (selanjutnya digunakan istilah PHP) yang terletak di
bawah permukaan terdiri dari mesin dan pompa, dimana prinsip kerjanya
didasarkan oleh hukum Pascal. Mesin dan pompa saling berhubungan melalui
poros torak mesin dengan poros torak pompa. Energi untuk menggerakkan mesin
ini diperoleh dari cairan yang bertekanan tinggi yang dipompakan dari permukaan
oleh pompa (triplex). Gerakan torak dari mesin yang bergerak bolak-balik ini turut
menggerakkan torak pompa, sehingga minyak dapat dialirkan ke permukaan
secara terus-menerus. Jet pump (JP) berfungsi atas dasar perubahan dari energi
potensial menjadi energi kinetis. Energi potensial yang dihasilkan oleh pompa di
permukaan diteruskan oleh fluida bertekanan tinggi pada unit pompa di bawah
permukaan melalui nozzle menjadi dipercepat, sehingga dapat dikatakan bahwa
energi potensial dirubah menjadi energi kinetik.
Pada PHP, optimasi dilakukan dengan cara penentuan PSD dan tekanan
hidrolik fluida. Pada jet pump, optimasi dilakukan dengan cara merubah tekanan
pompa dipermukaan dan merubah diameter ukuran nozzle dan throat. Tekanan
pompa dipermukaan dan diameter ukuran nozzle dan throat berhubungan
langsung dengan laju alir power fluid dan hasil pencampuran power fluid dengan
fluida produksi. Setiap jenis pompa dipermukaan memiliki kapasitas tekanan
maksimum operasi, sedangkan ukuran nozzle dan throat yang tersedia hanya
terbatas.
VII. KESIMPULAN SEMENTARA

1. Dalam menentukan metode artificial lift perlu diperhatikan batasan-


batasan dari aspek reservoir maupun produksi, diantaranya adalah PI,
GLR, laju produksi, kedalaman, fluid level, temperatur dan problem
produksi.
- Gas Lift : PI rendah untuk IGL dan PI tinggi untuk CGL, laju produksi
rendah sampai tinggi, GLR rendah, kedalaman hingga 12000ft,
temperatur hingga 250 oF serta cocok untuk problem kepasiran dan
scale. Optimasinya dengan cara penentuan kedalaman titik injeksi dan
valve lainnya serta tekanan injeksi.
- Sucker Rod Pump : PI rendah, laju produksi rendah, kedalaman
<12000ft, GLR rendah, temperatur hingga 350 oF serta cocok untuk
problem emulsi, kerusakan formasi dan korosi. Optimasinya dengan
cara menentukan PSD, panjang langkah atau Stroke (S) dan N.
- Electrical Submersible Pump : PI tinggi, kedalaman >2000ft, laju
produksi tinggi, GLR rendah, temperatur dapat lebih dari 350 oF serta
cocok untuk problem water coning dan emulsi. Optimasinya meliputi
penentuan PSD, jumlah stages dan power pompa.
- Progressive Cavity Pump : PI rendah sampai tinggi, laju produksi
tinggi, GLR rendah sampai tinggi, kedalaman <10000ft, temperatur
hingga 350 oF serta cocok untuk problem kepasiran dan coning.
Optimasinya meliputi penentuan PSD dan tenaga pompa.
- Hydraulic Pump Unit : PI rendah, laju produksi rendah, GLR rendah
sampai tinggi, temperatur sampai 350 oF, kedalaman <12000ft serta
cocok untuk problem scale, emulsi dan coning. Optimasinya meliputi
penentuan PSD dan tekanan hidrolik fluida.
VIII. SISTEMATIKA PENYAJIAN (RENCANA DAFTAR ISI)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR
2.1. Karakteristik Batuan Reservoir
2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir
2.1.1.1...........................................................................Ba
tupasir
2.1.1.2...........................................................................Ba
tuan Karbonat
2.1.1.3...........................................................................Ba
tuan Shale
2.1.2. Sifat-sifat Fisik Batuan Reservoir
2.1.2.1...........................................................................Po
rositas
2.1.2.2...........................................................................W
etabilitas
2.1.2.3...........................................................................Te
kanan Kapiler
2.1.2.4...........................................................................Sa
turasi
2.1.2.5...........................................................................Pe
rmeabilitas
2.1.2.6...........................................................................K
ompresibilitas Batuan
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir
2.2.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon
2.2.2. Komposisi Kimia Air Formasi
2.2.3. Sifat-sifat Fisik Minyak
2.2.3.1...........................................................................Be
rat Jenis Minyak
2.2.3.2...........................................................................Vi
skositas Minyak
2.2.3.3...........................................................................K
elarutan Gas Dalam Minyak
2.2.3.4...........................................................................Fa
ktor Volume Formasi Minyak
2.2.3.5...........................................................................K
ompresibilitas Minyak
2.2.4. Sifat-sifat Fisik Gas
2.2.4.1...........................................................................Be
rat Jenis Gas
2.2.4.2...........................................................................Vi
skositas Gas
2.2.4.3...........................................................................Fa
ktor Volume Formasi Gas
2.2.4.4...........................................................................K
ompresibilitas Gas
2.2.5. Sifat-sifat Fisik Air Formasi
2.2.5.1...........................................................................Be
rat Jenis Air Formasi
2.2.5.2...........................................................................Vi
skositas Air Formasi
2.2.5.3...........................................................................K
elarutan Gas Air Formasi
2.2.5.4...........................................................................Fa
ktor Volume Air Formasi
2.2.5.5...........................................................................K
ompresibilitas Air Formasi
2.3. Kondisi Reservoir
2.3.1. Tekanan Reservoir
2.3.2. Temperature Reservoir
2.4. Jenis-jenis Reservoir
2.4.1 Berdasarkan Perangkap Reservoir
2.4.1.1...........................................................................Pe
rangkap Struktur
2.4.1.2...........................................................................Pe
rangkap Stratigrafi
2.4.1.3...........................................................................Pe
rangkap Kombinasi
2.4.2 Berdasarkan Mekanisme Pendorong
2.4.2.1. Solution Gas Drive Reservoir
2.4.2.2. Gas Cap Drive Reservoir
2.4.2.3. Water Drive Reservoir
2.4.2.4. Segregation Drive Reservoir
2.4.2.5. Combination Drive Reservoir
2.4.3 Berdasarkan Fasa Fluida
2.4.3.1. Reservoir Gas Kering
2.4.3.2. Reservoir Gas Basah
2.4.3.3. Reservoir Gas Kondensat
2.4.3.4. Reservoir Minyak Ringan
2.4.3.5. Reservoir Minyak Berat

BAB III. KINERJA ALIRAN FLUIDA


3.1. Aliran Fluida dalam Media Berpori
3.1.1. Aliran Fluida Linier
3.1.2. Aliran Fluida Radial
3.1.2.1. Aliran Radial untuk Perlapisan Paralel
3.1.2.2. Aliran Radial untuk Perlapisan Berseri
3.2. Productivity Index
3.2.1. Pengertian Productivity Index
3.2.2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Productivity Index
3.3. Inflow Performance Relationship
3.3.1. Aliran Fluida Satu Fasa
3.3.2. Aliran Fluida Dua Fasa
3.3.2.1. Persamaan dalam Bentuk Pseudo-Pressure
Function
3.3.2.2. Persamaan Vogel
3.3.2.3. Persamaan Standing
3.3.2.4. Persamaan Cauto
3.3.2.5. Persamaan Harrison
3.3.2.6. Persamaan Pudjo Sukarno
3.3.2.7. Persamaan Fetkovich
3.3.3. Aliran Fluida Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air)
3.3.3.1. Metode Petrobras
3.3.3.2. Persamaan Pudjo Sukarno
3.3.4. Peramalan Kurva IPR
3.3.4.1. Metode Fetkovich
3.3.4.2. Metode Standing
3.3.5. Vertical Lift Performance
3.3.5.1. Metode Poetman dan Carpenter
3.3.5.2. Metode Hagedorn dan Brown
3.3.5.3. Metode Beggs Dan Brill
3.4. Perkiraan Laju Produksi
3.4.1. Faktor yang Mempengaruhi Laju Produksi
3.4.2. Penentuan Laju Produksi Optimum
3.4.2.1. Kontrol Produksi
3.4.2.2. Kapasitas Aliran Kritis
3.4.2.3. Maximum Efficient Rate ( MER )

BAB IV. PENENTUAN DAN OPTIMASI METODE ARTIFICIAL LIFT


4.1. Dasar Pemilihan Metode Artificial Lift
4.1.1. Karakteristik Reservoir
4.1.2. Karakteristik Lubang Bor
4.1.3 Karakteristik Produksi
4.2. Metode Artificial Lift
4.2.1. Gas Lift
4.2.1.1. Batasan Kondisi dan Problem pada Penggunaan
Gas Lift
4.2.1.2. Prinsip Kerja Gas Lift
4.2.1.3. Peralatan Gas Lift
4.2.1.4. Perencanaan dan Optimasi Gas Lift
4.2.2. Sucker Rod Pump (SRP)
4.2.2.1. Batasan Kondisi dan Problem pada Penggunaan
SRP
4.2.2.2. Prinsip Kerja SRP
4.2.2.3. Peralatan SRP
4.2.2.4. Perencanaan dan Optimasi SRP
4.2.3. Electrical Submersible Pump (ESP)
4.2.3.1. Batasan Kondisi dan Problem pada Penggunaan
ESP
4.2.3.2. Prinsip Kerja ESP
4.2.3.3. Peralatan ESP
4.2.3.4. Perencanaan dan Optimasi ESP
4.2.4. Progressive Cavity Pump (PCP)
4.2.4.1. Batasan Kondisi untuk Penggunaan PCP
4.2.4.2. Prinsip Kerja PCP
4.2.4.3. Peralatan PCP
4.2.4.4. Perencanaan dan Optimasi PCP
4.2.5. Hydraulic Pump Unit (HPU)
4.2.5.1. Batasan Kondisi dan Problem pada Penggunaan
HPU
4.2.5.2. Prinsip Kerja HPU
4.2.5.3. Peralatan HPU
4.2.5.4. Perencanaan dan Optimasi HPU

BAB V. PEMBAHASAN

BAB VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
IX. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L. ; Petroleum Reservoir
Engineering Physical Properties, Mc Graw Hill Books Company, New
Tork, Toronto, London, 1960.
2. Brown, Kermit E. ; The Technology Of Artificial Lift Method,
Vol. 1, Pen Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1977.
3. Brown, Kermit E. ; The Technology Of Artificial Lift Method,
Vol. 2a, Pen Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1980.
4. Brown, Kermit E. ; The Technology Of Artificial Lift Method,
Vol. 2b, Pen Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1980.
5. Brown, Kermit E. ; The Technology Of Artificial Lift Method,
Vol. 4, Pen Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1980.
6. Burcik, E.J. ; Properties Of Petroleum Reservoir Fluids, John
Willey and Sons, Inc, New Jersey, 1979.
7. Craft, B.C., Hawkins, M.F. ; Applied Petroleum Reservoir
Engineering, Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 1959.
8. Nind, T.E.W. ; Principle Of Oil Well Production, Mc Graw Hill
Book Company, Inc., New York, 1981.
9. Pudjo Sukarno, DR. Ir. ; Handout Teknik Produksi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
10. Ahmed, T., Handbook Reservoir Engineering , Gulf Publishing
Company, Houston, Texas, 2000.

Anda mungkin juga menyukai