A. M. Muslimin Syam
D33113007
PENDAHULUAN
Instalasi listrik kapal atau sistem distribusi daya listrik di atas kapal merupakan salah
satu instalasi yang sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja operasional kapal itu
sendiri. Instalasi tersebut dimulai dari unit pembangkit listrik yang berupa generator yang
kemudian akan melalui berbagai macam komponen sistem distribusi. Perancangan
instalasi listrik kapal ini tentu harus berdasarkan pada persyaratan atau ketentuan yang
berlaku untuk sistem di kapal. Selain itu pemilihan generator yang sesuai dengan
kebutuhan harus melewati beberapa tahap sampai akhirnya ditemukan type mesin yang
cocok dipasang di kapal. Tahap tersebut antara lain perhitungan daya yang dibutuhkan
di atas kapal, penentuan type dan ukuran yang sesuai dengan kondisi ruang yang akan
ditempati. Generator kapal sebagai permesinan bantu di kapal berfungsi untuk menyuplai
kebutuhan energi listrik semua peralatan diatas kapal. Penentuan kapasitas generator
dipengaruhi oleh load factor (faktor beban) peralatan. Load factor untuk tiap peralatan
diatas kapal tidak sama. Hal ini tergantung pada jenis kapal dan daerah pelayarannya
seperti : faktor medan yang fluktuatif (rute pelayaran), dan kondisi beban yang berubah-
ubah serta periode waktu pemakaian yang tidak tentu atau tidak sama. Penentuan
kapasitas generator harus mendukung pengoperasian diatas kapal. Walaupun pada
beberapa kondisi kapal terdapat selisih yang cukup besar dan ini mengakibatkan efisiensi
generator (load factor generator) berkurang yang pada akhirnya mempengaruhi biaya
produksi listrik per kwh. Fungsi utama generator diatas kapal adalah untuk menyuplai
kebutuhan daya listrik di kapal. Daya listrik digunakan untuk menggerakkan motor-
motor dari peralatan bantu pada kamar mesin dan mesin-mesin geladak, lampu
penerangan, sistem komunikasi dan navigasi, pengkondisian udara (AC) dan ventilasi,
perlengkapan dapur (galley), sistem sanitari, cold storage, alarm dan sistem kebakaran,
dan sebagainya.
I.2 Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas adalah bagaimana cara pendistribusin daya yang dihasilkan
generator serta komponen yang masuk dalam pembebanan generator itu sendiri.
LANDASAN TEORI
Dalam penentuan kapasitas generator kapal yang akan digunakan untuk melayani
kebutuhan listrik diatas kapal maka analisa beban dibuat untuk menentukan jumlah daya
yang dibutuhkan dan variasi pemakaian untuk kondisi operasional seperti manuver,
berlayar, berlabuh atau bersandar serta beberapa kondisi lainnya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui daya minimum dan maksimum yang dibutuhkan.
Faktor kesamarataan ini didefinisikan sebagai perbandingan antara jum lah dari
kebutuhan daya intermitten yang beroperasi selama periode waktu tertentu dengan
jumlah dari total kebutuhan daya listrik kapal . Dalam BKI Vol IV, Bab I,D.1.c,
ditetapkan faktor kesamarataan dengan mempertimbangkan beban tertinggi yang
diharapkan terjadi pada waktu yang sama. Jika penentuan tepat tidaklah mungkin, faktor
kesamaan waktunya digunakan tidak boleh lebih kecil dari 0.5.
Dalam penentuan kapasitas generator yang akan digunakan untuk melayani kebutuhan
listrik diatas kapal maka analisa beban dibuat untuk menentukan jumlah daya yang
dibutuhkan dan variasi pemakaian untuk kondisi operasional seperti manuver, berlayar,
berlabuh atau bersandar serta beberapa kondisi lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui daya minimum dan maksimum yang dibutuhkan. Metode dalam perhitungan
kebutuhan daya di kapal menggunakan beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:
a. Kondisi kapal
Kondisi kapal umumnya terdiri dari sandar atau berlabuh, manuver, berlayar, bongkar
muat dan Emergency. Perhitungan kapasitas generator dengan melihat kondisi kapal
dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti :
II.2 AC SYSTEM
Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena untuk
semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC. Dimana
sistem AC lebih simple, ringan dan mudah dalam perawatan. Sistem kawat kabel tunggal
dengan Hull Return sekarang ini jarang digunakan. Dan berdasarkan SOLAS 1960,
tindakan pencegahan harus dilakukan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kelemahan dari sistem kawat tunggal dalam kaitannya dengan keselamatan apabila
dilakukan isolasi terhadap kabel tidak dapat menjadi indikator untuk kondisi underload.
Dan jika dilakukan survey terhadap kondisi sirkuit ke kebutuhan peralatan tidak dapat
dilakukan pengujian Megger tanpa membuka lampu atau alat pemutus hubungan/stop
kontak (Circuit breaker).
Distribusi AC sistem 3 phase dengan isolasi netral adalah yang biasa digunakan.
Untuk sistem tegangan menengah 440 V biasanya lebih disukai digunakan dibandingkan
380 V karena tegangan 440 V dapat menghasilkan dalam arti penghematan secara
ekonomis yaitu ukuran kawat tembaga yang lebih kecil. Tetapi distribusi pada 415 V
kadang-kadang digunakan pada saat kebutuhan beban kapal yang besar, dimana
memerlukan jaringan ke tegangan netral 240 V dan standar tertentu terhadap peralatan
yang digunakan. Sehingga sistem akan menggunakan kabel 4 kawat dengan netral
earthed tetapi tanpa Hull Return. Sedangkan untuk sistem 380 V yang banyak digunakan
di eropa daratan. Pada 3,3 kV sistem kabel 3 kawat dengan netral earthed melalui sebuah
resistor. Tetapi adakalanya seorang perancang lebih suka mengisolasi dengan sistem
netral seperti pada tegangan menengah.
II.3 FREKWENSI
Dua macam frekwensi daya yang biasa digunakan secara umum adalah 50 Hz dan
60 Hz. Pemilihan frekwensi yang akan digunakan untuk pemakaian khusus seringkali
ditentukan oleh ketersediaannya di pasaran. Untuk kapal yang beroperasi di Amerika
serikat biasanya menggunakan 60 Hz sedangkan di beberapa bagian belahan dunia
sebagian besar menggunakan frekwensi 60 Hz. Sehingga dalam pemilihan biasanya
dipilih yang frekwensinya lebih tinggi/besar karena lebih menguntungkan.
Daya keluaran motor sebanding dengan kecepatannya dan untuk itu mesin dengan
60 Hz secara umum lebih baik dan mempunyai daya yang lebih besar dibandingkan
dengan 50 Hz. Pada mesin 60 Hz dibutuhkan sedikit lempengan besi sehingga mesin
menjadi lebih murah. Dan kecepatan motor yang diperoleh dari suplai mesin 60 Hz
biasanya lebih sesuai.
Pada saat kebutuhan daya disuplai dari darat untuk mensuplai ke sistem 60 Hz
dimana sistem pensuplaian adalah 50 Hz, ini dapat diijinkan/dibolehkan jika
tegangannya diturunkan. Sehingga idealnya untuk motor 440 V, 60 Hz akan dapat
disuplai pada tegangan 380 V, 50 Hz. Sedangkan jika tegangan 415 V, 50 Hz pada motor
yang sama akan bekerja dan menimbulkan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan itu akan
menimbulkan suhu ambeint yang tidak terlalu tinggi. Hal ini tidak diijinkan karena akan
menyebabkan beberapa kerusakan. Selain itu mengakibatkan kecepatan motor induksi
akan berkurang sekitar 20 %. Pemanas dan lampu pijar tidak sensitif terhadap frekwensi
tetqapi tentu saja pada saat operasional pada tegangan yang rendah akibat frekwensi yang
lebih rendah maka daya keluarannya akan menjadi berkurang/turun.
Selanjutnya daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB dibagi dalam beban-
beban yang terdiri dari 3 kelompok besar :
a. Beban penerangan; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220
V satu phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa penerangan
pada gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dan socket keluaran
untuk peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatif rendah.
b. Beban daya; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V/380
V tiga phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban pada kelompok ini
adalah peralatan berupa mesin pompa (ballast, bilga, FW, dan lain-lain), mesin
angkat (crane, jangkar, dan lain-lain), refrigerator dan sistem air condition (AC).
c. Beban komunikasi dan navigasi; terdiri dari peralatan navigasi bertegangan 220
V dengan frekwensi 50 Hz. Beban-beban instrumentasi pada tegangan 36 V
DC/ 24 V DC yang diambil dari rectifier dan di back up oleh battery melalui
UPS
Supplai utama dari output generator mempunyai tegangan line 390 V atau tegangan
phase 225 V pada frekwensi 50 Hz. Kabel transmisi akan menimbulkan drop tegangan
dan ini harus tidak boleh lebih dari 3 % menurut rule BKI. Jadi tegangan pada tiap
terminal dari beban-beban adalah 380 V (line voltage) / 220 V (tegangan phase) pada
frekwensi 50 Hz.
Pelayanan sistem beban daya secara prinsip terdiri dari motor penggerak peralatan
bantu dan peralatan pemanas yang tersedia baik secara tersendiri atau dalam kelompok
oleh feeder dari layanan switchboard distribusi. Feeder normalnya digunakan untuk
sumber daya peralatan bantu sistem propulsi yang besar. Dan diletakkan pada ruangan
yang sama dengan switchboard distribusi. Tapi mungkin digunakan untuk motor yang
besar pada salah satu tempat di kapal. Kelompok beban disuplai oleh feeder melalui panel
distribusi. Panel ini menjadi pusat tempat penyuplaian beban. Dibawah ini dapat dilihat
diagram distribusi daya di kapal.
Feeder yang terpisah sebaiknya tersedia untuk peralatan dapur, air heater selain unit
isolasi dan tiap peralatan cargo handling. Peralatan ini harus dapat beroperasi pada saat
berlayar tanpa disuplai dari feeder untuk peralatan cargo handling. Oleh karena itu feeder
biasanya terputus hubungan dari switchboard distribusi pada saat dilaut. Motor windlass
dan capstan mungkin bisa disuplai dari feeder ini jika sesuai.
Steering gear disuplai dengan 2 feeder yang independen, terpisah untuk mengurangi
kemungkinan kehilangan daya akibat ganguan pada salah satunya. Kedua feeder secara
normal disuplai dari layanan switchboard distribusi.
Pada kapal penumpang hal tersebut terbagi lagi menjadi daerah-daerah dengan sekat
kedap tahan api. Feeder yang terpisah disediakan untuk tiap daerah kedap tahan api
sebagai penyuplai kebutuhan penerangan diantara sekat tersebut. Feeder untuk pelayanan
utama dan emergency ini menyuplai wilayah yang sama atau berdekatan secara terpisah
guna mengurangi kemungkinan kerusakan kedua feeder dari penyebab yang sama. Untuk
feeder penerangan, ukuran kabel didasarkan pada 100 % dari total daya terhubung
ditambah rata-rata beban aktif sirkuit untuk tiap bagian switch atau sirkuit breaker (stop
kontak) pada panel pada saat dialiri atau disuplai.
Untuk ruang mesin, panel layanan penerangan biasanya pada tingkat operasional
utama. Panel untuk penerangan muatan biasanya terletak pada rumah geladak dari mesin
alat angkat sehingga mudah dijangkau dan penerangan pada tiap ruang muat dapat
dimatikan pada saat pemuatan telah selesai. Panel juga dapat diletakkan di dalam ruang
muat. Jumlah dari panel penerangan ini tergantung dari ukuran dan disain dari kapal.
Umumnya 1 panel untuk tiap ruang muat.
Lokasi panel penerangan pada kapal penumpang dan ruangan ABK ditentukan
berdasarkan sedikit banyak dari struktur dan bagian daerah kebakaran diatas kapal.
Umunya terdapat 1 atau lebih panel pada tiap deck dan tiap bagian atau daerah kebakaran.
Tetapi 2 atau lebih deck bisa saja dilayani dengan 1 panel, jika disainnya memungkinkan.
Tiap panel dapat diletakkan pada tengah-tengah lokasi untuk membatasi turun tegangan
pada sirkuit cabang. Panel ini biasanya terpasang di samping pintu sekat kedap. Untuk
ruangan umum panel diletakkan disamping pintu keluar dimana operator dapat melihat
lampu pengontrol.
Sirkuit cabang dengan 15 A digunakan untuk penerangan umum dan tiap sirkuit,
batas maksimum beban terhubung adalah 12 A (1380 W) untuk penggunaan kawat kabel
standar No. 12 AWG. Sedangkan untuk kawat konduktor standar no. 14 AWG batas
maksimum beban terhubung adalah 880 watt.
Peralatan penerangan khusus memiliki jumlah yang besar pada lampu dengan
tegangan rendah disuplai oleh sebuah sirkuit 3 fase bilamana total beban dari peralatan
tidak melebihi 12 Ampere. Sirkuit penyuplai dikontrol hanya dari panel distribusi dan
arus listrik yang melalui konduktor dibatasi samapai 12 Ampere. Perlindungan terhadap
arus listrik berlebih untuk sirkuit cabang cabang penerangan dibatasi dengan sekring
sampai arus 10 Ampere atau dengan sirkuit breaker untuk 15 Ampere pada sisrkuit daya
880 watt, sekring 15 Ampere untuk sirkuit daya 1380 watt
Secara umum sirkuit cabang penerangan pada kamar mesin dirancang dengan grup
pengganti penerangan pada sirkuit cabang yang berbeda sehingga untuk wilayah yang
besar tidak akan gelap karena kegagalan dari salah satu sirkuit cabang. Pada ruangan ini
lampu dikontrol hanya dengan tombol pada panel dan bukan tombol tersendiri.
Setiap ruangan tempat tinggal penumpang dan ruangan umum disuplai dengan
paling sedikit 2 layanan sirkuit cabang penerangan. Sehingga dirancang apabila terjadi
kegagalan pada salah satu cabang akan mampu tetap memberikan penerangan pada
ruangan tersebut. Sirkuit cabang yang terpisah disediakan khusus untuk penerangan
lorong. Penerangan pada tiap lorong dapat terbagi antara pelayanan sirkuit cabang dan
sirkuit cabang darurat yang mana untuk kondisi normal dan darurat persyaratan tentang
penerangan (cahaya) dapat terpenuhi. Sirkuit cabang tidak boleh melalui pagar api atau
sekat kedap.
Beberapa bentuk penerangan untuk kondisi darurat harus tersedia diatas kapal yang
berupa sistem penerangan dengan tenaga listrik. Kecuali untuk :
1. Kapal penumpang kecil yang hanya dioperasikan mulai matahari terbit sampai
dengan matahari terbenam.
2. Kapal penumpang kecil yang dioperasikan tidak lebih dari 15 mil dari garis pantai
yang daya untuk sistem penerangan umum sumbernya terpisah dari sistem
propulsi dan terletak pada deck diatas sekat kedap.
Daya sesaat untuk kebutuhan pada kondisi darurat/emergency diwajibkan ada pada
kapal penumpang yang besar kapasitasnya terbatas. Sehingga perlu mempertimbangkan
beban-beban apa saja yang akan disuplai untuk waktu yang singkat. Daya terbesar yang
terjadi pada kondisi darurat adalah pada saat start. Beban-beban yang harus disuplai
dayanya dari sumber tenaga sesaat adalah sebagai berikut ;
1. Lampu-lampu navigasi
2. Beberapa lampu di kamar mesin yang digunakan untuk menunjukkan kondisi
operasional peralatan pada kondisi darurat.
3. Penerangan untuk gang-gang, tangga, jalur untuk penyelamatan, ruang
penumpang dan ABK, kamar mesin.
4. Lampu-lampu untuk penunjuk arah jalan keluar ruangan kapal seperti tanda
keluar/exit dengan tulisan warna merah.
5. Penerangan umum untuk pengamanan keselamatan pengoperasian pintu kedap.
6. Satu atau lebih lampu penerangan untuk di dapur, ruang makan, ruang radio,
ruang mesin kemudi, ruang emergency generator, ruang peta, ruang
kendali/anjungan, ruang ABK.
7. Penerangan pada deck sekoci.
8. Sistem komunikasi elektrik utama yang tidak memiliki sumber penyimpanan
daya sendiri.
9. Daya untuk pengoperasian pintu kedap.
10. Sistem pengeras suara darurat.
11. Satu pompa bilga, pompa pemadam kebakaran dan pompa sprinkler.
12. Sistem untuk smoke detector.
Daya yang disuplai dari sistem darurat harus bekerja secara otomatis dan paling
lambat 45 detik setelah terjadi kegagalan dari sistem daya listrik utama. Suplai daya dari
sistem emergency harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Watson, George Oliphant; [1983]; Marine Electrical Practice; Butterworth & Co.;
London.