Anda di halaman 1dari 3

Selalu Bersama Allah

Judul Cerpen Selalu Bersama Allah


Cerpen Karangan: Aisari Jazilatul Muna
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 28 January 2017

Hai, namaku Sintia. Umurku 12 tahun, aku sekarang kelas 6 SD. Hari itu hari senin, aku berangkat
sekolah dengan berjalan kaki sendirian. Hatiku terasa tak tenang, pikiranku kacau, badanku panas
dan dingin. Rasanya seperti jiwaku sudah tiada.

Sesampainya di kelas aku langsung duduk di bangku dan meletakkan kepalaku di meja sambil
mengingat mimpiku semalam, aku bermimpi bahwa ibuku yang sedang bekerja di Amerika menikah
lagi dengan laki laki lain. Sedangkan ayahku meninggal dunia ketika hendak menyusul ibuku. Aku di
kelas menangis tersedu sedu. AYAH IBU teriakku sambil menangis sintia kamu kenapa? Tanya
laras temanku cepat panggilkan bu Ratna!!! Teriak Rama.

Ya allah Sintia kamu kenapa nak ayo bawa ke UKS sekarang! perintah bu Ratna. Saat di UKS aku
sendirian termenung hanya melihat murid murid belajar di kelas, di tengah lamunanku bu kepala
sekolah datang Sintia kamu mau diajak pulang oleh pakdhe mu kata bu kepsek sambil matanya
berkaca kaca.

Di tengah perjalanan saat ku menaiki motor yang dibawa pakdheku menuju rumahku aku melihat
orang orang mengiringi sebuah mayat. Aku langsung kaget ketika melihat foto ayahku yang sedang
dibawa oleh pak Salim. Sampai di rumah kulihat ramai orang berkumpul semua berpakaian hitam,
Dimana ayahku? Tanyaku. Semua orang diam tak ada yang menjawab AYAH!!! teriakku sambil
menangis.

Lalu bibiku pun memelukku sambil berkata Ayahmu bahagia nak, ia sedang menuju surga nak kata
bibiku Ayah kenapa ayah tak mengajakku! Sekarang aku sendiri tak punya siapa siapa! Ibuku pun
tak mempedulikan aku teriakku sambil menangis. Semua orang yang ada di rumahku ikut menangis
nak, memang kau tak punya siapa siapa tapi Allah kan ada ia akan selalu bersamamu jangan
menangis nak Allah akan selalu bersamamu kata bibiku. Aku pun diam, nafasku tercekat. Aku
menyadari bahwa allah selalu bersamaku di setiap waktu.

TAMAT

Bermain Adalah Hobiku

Masa kecilku di sebuah kampung yang banyak pepohonan dan rumah, banyak anak-anak yang
seusiaku yang bermain di lapangan dekat masjid. Biasanya anak-anak berkumpul dan bermain setelah
solat ashar. Dan para oragtua pun terkadang ikut duduk di pinggiran lapangan sambil melihat anak-
anak mereka bermain, apalagi kalau hari raya idul adha telah tiba, pasti anak-anak senang bisa
bershalawat dan bisa ngasih makan hewan kurban. Dulu di kampung untuk mendapatkan aliran listrik
sangat susah. Kebetulan hanya di kampungku inilah yang satu-satunya dialiri arus listrik tetapi hanya
beberapa orang saja yang memiliki televisi. Itu pun televisi hitam putih yang berukuran lumayan besar
sekitar 14 inci.
Permainan anak yang sering saya lakukan bersama anak-anak cukup banyak. Biasaya yang dimainkan
adalah sepak bola, petak umpet, lompat tali dan lain lain. Sering kali kami harus saling berebut untuk
bisa memenangkan permainan itu, tapi biasanya untuk bisa memenangkan permainan itu terkadang
ada teman yang berantem karena untuk saling berebut. Tapi akhirnya teman yang berantem saling
memaafkan satu sama lain.

Sehabis bermain biasanya saya dan anak-anak memanjat pohon untuk mengambil buah yang bisa
dimakan untuk menghilangkan rasa lelah di tubuh. Biasanya kami saling berebut untuk memetik buah
karena pohon yang ada buahnya sangat pendek sekali.
Setelah itu kami pulang untuk mandi menyegarkan badan, sehabis itu saya berada di rumah untuk
berkumpul bareng bersama keluarga, biasanya keluargaku melihat televisi bersama-sama karena
masih ada satu televisi.

Waktu maghrib pun tiba saya mengambil sarung dan air wudhu di rumah setelah itu langsung pergi di
masjid, di masjidnya pun sangat ramai karena orang di sini pada solat magrib. Saya dalam hati
berbicara tidak biasanya seramai ini.

Setelah solat magrib saya bertemu anak-anak, saya pun mengajak mereka mengaji
Hai.. bagaimana kalau habis ini kita mengaji kata saya
boleh.. tapi sebentar kita pulang dulu untuk mengambil al-quran kata anak-anak sambil berjalan
keluar
iya, aku tunggu di dalam masjid kata saya

Tiba-tiba pak ustadz datang dan menyapaku


loh.. anak-anak mana katanya mau mengaji sama pak ustadz kata pak ustadz sambil memegang
pundakku
iya pak, anak-anak lagi pulang untuk mengambil buku di rumah kataku sambil memandangi pak
ustadz
Anak-anak pun datang bersama-sama
Assalamualaikum
Waalaikumsalam jawabku sama pak ustadz
kita bisa mengaji sekarang? kata anak-anak sambil salaman sama pak ustadz
bisa, ini pak ustadz udah nunggu dari tadi kata saya
silahkan duduk anak-anak, kita baca al-fatihah dulu sebelum memulai mengaji kata pak ustadz

Mengaji pun kita selesai dan kami pulang ke rumah untuk mengembalikan al-quran. Waktu sudah
menunjukkan pukul 19.00 dan kami pun meunju masjid untuk solat isya. Setelah solat isya kita
bermain-main lagi mumpung besok libur, ayo kita bermain lagi tapi mainnya gak kayak tadi sore,
setelah berkumpul kita pun menentukan permainan yang tepat agar kami tidak begitu lelah. Ada satu
anak yang memberi usul
bagaimana kalau kita bermain bola bekel kata anak yang memberi usul
Ahh kalau permainan itu aku nggak bisa kataku
ya udah bagaimana kalau kita main ular naga panjang
iya itu saja malah enak untuk dimainkan jawabku sambil berdiri
Terus bermain sampai sampai tidak tahu kalau haru sudah larut malam. Kami pun bergegas pulang
agar tidak dimarahi orangtua.

Keesokan harinya aku tidak sabar untuk bermain lagi. Ketegangan dan kegembiraan yang dirasakan
anak-anak di kampungku ini sangatlah senang. Tapi hari ini saya akan menghampiri rumah anak-anak
dulu biar mereka tahu kalau aku ini teman yang baik.

Setelah semua anak berkumpul ada mengajak menangkap belalang, tetapi ada juga anak yang tidak
mau menangkap belalang. Maunya menangkap ikan di tambak dekat rumah, kami mencari cacing di
tanah sebagai umpan untuk menangkap ikan. Setelah cacing yang didapat cukup sekarang waktunya
menuju tambak yang banyak ikannya, kami memasang umpan pada kail yang terpasang pada benang
pancing, kemudian kami melemparkan kail dan umpang tadi ke tengah-tengah tambak agar umpan
ada yang makan, kami berlomba-lomba menangkap ikan sebanyak-banyaknya. Inilah salah satu
kegemaran kami kalau bermain bersama tak peduli tempat yang dituju.

Salah satu anak ada yang mendapatkan ikan, tetapi ikannya sangat kecil lalu dikembalikan biar hidup
lebih lama dan bertambah besar. Beberapa saat anak yang satunya juga mendapat ikan kali ini cukup
besar. Kemudian anak-anak banyak yang dapat ikan yang cukup besar terutama saya. Setelah
memancing ikan dan mendapat cukup banyak kami pun bingung untuk diapain ikannya.
kalau ikannya dibakar aja gimana? kata saya
boleh juga kalau dibakar untuk dimakan biar perut kenyang kata anak-anak
ayo kita bakar sambil menyiapkan bahan-bahan untuk membakar ikannya

Semua bahan sudah didapat dan kami pun mulai membakar satu persatu. Anak-anak tidak tinggal
diam walau ikannya masih dibakar semuanya tidak ada yang duduk santai, semuanya ada tugasnya
sendiri ada yang menyiapkan bumbu, ada yang mengambil daun pisang sebagai alasnya dan masih
banyak lagi.

Akhirnya ikannya matang dan kami menyantap bersama-sama selagi ikannya masih hangat, kuambil
sedikit demi sedikit ikan yang ada di hadapanku, kuangkat ke atas, kubuka mulutku, lalu aku
masukan ke dalam mulutku. Aku sambil berkata kepada anak-anak
bagaimana rasa ikan yang kita bakar kata saya sambil menikmati makan ikan
rasanya mantap banget jawab salah satu anak

Setelah semua kenyang kita pun kembali pulang untuk beristirahat tidur siang karena badan sudah
terasa lelah
Sore telah tiba saya pun beranjak dari tempat tidur untuk mandi agar segar kembali. hari ini hari
yang sangat menyenangkan dan sangat bahagia bisa kumpul dan bermain bersama teman-teman.

Cerpen Karangan: Kresna Maulana Riskhi

Anda mungkin juga menyukai