Anda di halaman 1dari 7

KONSEP MORAL

A. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak
secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-
prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan
manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut
bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku
manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.
Moral adalah hal yang berhubungan dengan kepribadian manusia itu
sendiri.Contohnya : Seorang anak yang menonton video porno. Ada 2 faktor
yang mempengaruhi,baik linkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Akan tetapi yang sering terjadi lebih besar dipengaruhi oleh lingkungan
eksternal.Seperti halnya dipengaruhi oleh pergaulan dengan sesama teman.
Seharusnya orang tua dapat lebih berperan dalam mengarahkan proses
pendidikan moral anaknya dan tidak bisa di serahkan sepenuhnya kepada pihak
sekolah (lingkungan eksternal).Jika orang tua ikut berperan,maka perkembangan
anak dapat terkontrol dengan baik tanpa ada penyimpangan-penyimpangan moral
dalam kepribadian anak tersebut.
B. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau
dengan sesama rnakhluk.
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang
berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan
makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai
media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk
dan antara makhluk dengan makhluk.
Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam
jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan
sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang
tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak
tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-
hari. Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya
kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam
diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan
dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang
membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata
karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu
sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan
akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Contohnya: Seorang mukmin akan menghiasi dirinya dengan sifat jujur
dan amanah, karena Allah taala memang memerintahkannya untuk bersifat jujur
dan amanah. Semua itu bukan dilakukan untuk mewujudkan kemanfaatan materi,
seperti agar ia dipilih menjadi pemimpin, agar dagangannya laku, atau
kemanfaatan materi lainnya. Inilah, misalnya, yang membedakan sifat jujur
seorang mukmin dengan kejujuran orang kafir. Kejujuran seorang mukmin
semata-mata karena itu perintah Allah, sedangkan kejujuran orang kafir bertujuan
untuk meraih kemanfaatan materi dibalik kejujuran tersebut.

C. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Dalam tradisi filsafat istilah etika lazim difahami sebagai suatu teori ilmu
pengetahuan yang mendiskusikan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk
berkenaan dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, etika merupakan usaha
dengan akal budinya untuk menyusun teori mengenai penyelenggaraan hidup
yang baik. Persolan etika muncul ketika moralitas seseorang atau suatu
masyarakat mulai ditinjau kembali secara kritis. Moralitas berkenaan dengan
tingkah laku yang konkrit, sedangkan etika bekerja dalam level teori. Nilai-nilai
etis yang difahami, diyakini, dan berusaha diwujudkan dalam kehidupan nyata
kadangkala disebut ethos.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir.
Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat
pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
D. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia.
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
1. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat dalam enam macam, yaitu :

a. Nilai teori

b. Nilai ekonomi

c. Nilai estetika

d. Nilai sosial

e. Nilai politik dan

f. Nilai religi

2. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:


a. Nilai kenikmatan

b. Nilai kehidupan

c. Nilai kejiwaan

d. Nilai kerohanian

3. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :

a. Nilai material

b. Nilai vital

c. Nilai kerokhanian

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia.


Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

E. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya
sanksi.

Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :


Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang
bersumber pada agama
Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada
hati nurani, moral atau filsafat hidup.
Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang
berlaku dan bersumber pada UU suatu
Negara tertentu
Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa norma yang berlaku dalam


kehidupan masyarakat di Indonesia. Norma memiliki fungsi sebagai pedoman
dan pengatur dasar kehidupan seseorang dalam bermasyarakat untuk
mewujudkan kehidupan antara manusia yang aman, tentram dan sejahtera.

1. Norma Sopan Santun

Norma sopan santun adalah norma yang mengatur tata pergaulan sesama
manusia di dalam masyarakat.

Contoh :

a. Hormat terhadap orang tua dan guru

b. Berbicara dengan bahasa yang sopan kepada semua orang


Tidak suka berbohong

c. Berteman dengan siapa saja

d. Memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil

2. Norma Agama

Norma agama adalah norma yang mengatur kehidupan manusia yang berasal
dari peraturan kitab suci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkan
atas agama atau kepercayaannya masing-masing. Agama adalah sesuatu hal
yang pribadi yang tidak dapat dipaksakan yang tercantum dalam undang-
undang dasar '45 pasal 29.
Contoh:

a. Membayar zakat tepat pada waktunya bagi penganut agama islam

b. Menjalankan perintah Tuhan YME

c. Menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama

3. Norma Hukum

Norma hukum adalah norma yang mengatur kehidupan sosial


kemasyarakatan yang berasal dari kitab undang-undang hukum yang berlaku
di negara kesatuan republik indonesia untuk menciptakan kondisi negara
yang damai, tertib, aman, sejahtera, makmur dan sebagainya.

Contoh :

a. Tidak melanggar rambu lalu-lintas walaupun tidak ada polentas

b. Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia

c. Taat membayar pajak

d. Menghindari KKN / korupsi kolusi dan nepotisme

Anda mungkin juga menyukai