Kondisi infrastruktur yang kurang memadai juga membuat investor enggan menanamkan
modalnya. Kendala ini kerap membuat biaya produksi membengkak. Misalnya saja untuk
mengirimkan produk dari sentra produsen ke konsumen. "Pengiriman produk ke Jakarta itu
masih sulit," katanya.
Kini distribusi produk semakin lambat karena banyak daerah produsen tergenang air. Pedagang
pun memilih jalur alternatif untuk memasarkan produknya. Akibatnya pasokan pangan yang
masuk ke Jakarta juga berkurang.
Selain itu calon investor, terutama pihak asing juga enggan mengalirkan modalnya karena
pembatasan porsi investasi yang hanya 30 persen. Ia melihat perlu revisi regulasi agar sektor
pertanian menjadi lebih menarik di mata investor.
Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan investor asing masih tertarik
berinvestasi di perkebunan sawit. Namun mereka keberatan dengan adanya moratorium
kepemilikan di perkebunan sawit. "Investor tidak termotivasi karena moratorium," katanya.
Sedangkan sederet hambatan juga menghadang ketika ingin berinvestasi di sektor lain. Di sektor
tanaman pangan dan hortikultua misalnya, investasi terhambat ketiadaan lahan.
Rusman melihat potensi yang bagus untuk menggarap sektor perbenihan. Namun masih
dibutuhkan peraturan yang lebih lengkap karena perbenihan erat kaitannya dengan hak karya
cipta, atau copyright.
Saat ini industri benih menurut dia kurang berkembang. Padahal produksi benih lokal cukup
diminati sebagai produk ekspor. Sayangnya, produksi benih masih dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan asing. "Persoalan pengembangan benih, saya sendiri sebenarnya tidak masalah
selama itu bermanfaat buat pertanian kita," katanya.
Kenapa Sih Investor Kurang Tertarik di Sektor Pertanian ? Ini Dia alasannya
Oleh karena itu, menurut Yusni, perlu ada wadah untuk membahas potensi yang dimiliki tiap
daerah agar dapat mengundang daya tarik investor. "Harapan saya, dengan adanya Forum
Investasi Pertanian (IAIF) ini, dapat memberi info yang lebih lengkap mengenai potensi
andalan di sektor pertanian di tiap daerah," kata Yusni.
Atasi Anjloknya Harga, Bulog Beli 4.000 Ton Gabah dari Petani di 7 Kabupaten
Bahkan, untuk menghadapi era terbuka seperti saat ini, Yusni mengungkapkan bahwa peran
sektor hilir di bidang pangan juga penting digalakkan. "Harapan peluang lebih besar tampak di
sektor hilir. Bagi kami, ini peluang ke arah pengolahan. Keberadaan investor di pengolahan
sangat diperlukan," ucapnya.
Sebagai informasi, IAIF 2015 merupakan momen penting bagi tiap daerah untuk
memaparkan potensi sektor pertanian di daerahnya kepada calon investor. Saat ini,
penyelenggaraan IAIF memasuki tahun ke-2. Setidaknya, ada 11 perwakilan dari berbagai
provinsi, yang memaparkan peluang investasi pertanian di daerahnya masing-masing.
Beberapa di antaranya adalah peluang investasi tanaman pangan padi dan jagung di Aceh,
peluang investasi agroindustri tanaman pangan Sumatera Selatan, dan peluang investasi
pengembangan jagung di NTB.
@jitunews http://www.jitunews.com/read/14056/kenapa-sih-investor-kurang-tertarik-
di-sektor-pertanian-ini-dia-alasannya#ixzz4XsIE8qQO
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, dari angka tersebut,
realisasi investasi di sub sektor tanaman pangan dan perkebunan naik 9%menjadi Rp
27,33 triliun dengan 665 proyek atau tumbuh 190% dari periode sama 2014. Dari realisasi
investasi ini, penanaman modal asing (PMA) berkontribusi hingga US$ 1,42 miliar dengan
397 proyek (kurs 1US$ Rp12.500). Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN)
menyumbang Rp 9,56 triliun dengan 267 proyek.
Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Nandar Sunandar
menduga, kenaikan investasi ini turut disumbang oleh adanya arahan Menteri Pertanian (Mentan)
untuk memacu upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri, guna memenuhi kebutuhan
domestik yang semakin tinggi. Investasi tersebut, dinilai akan menjamin pasokan kebutuhan
produk pertanian ke pasar secara berkesinambungan.
Saya menduga, investasi yang tumbuh di sub sektor serealia non padi itu adalah menangkap
peluang dari arahan Menteri tersebut, kata Nandang di Aceh saat dihubungi Investor Daily,
Minggu (13/12).
Menurut Nandang, pelaku usaha memantau terus kebijakan Kementan, khususnya dalam upaya
menggenjot produksi jagung, termasuk menargetkan tambah tanam hingga 1 juta hektare (ha)
pada 2016. Para investor tersebut, kata dia, berinvestasi di bidang pengadaan peralatan, sisten
logistik, hingga penanganan pasca panen. Jadi, kebijakan pemerintah bersinergi dengan
pertanian dan investasi oleh petani dan pengusaha, imbuh dia.
Nandang yang juga Ketua Program Upaya Khusus (Upsus) Percepatan Swasembada Pangan
untuk wilayah Aceh juga menegaskan, kenaikan investasi tidak akan mengendurkan upaya
Kementan untuk fokus menggenjot produksi pertanian. Namun dia mengaku upaya ini tidak
mudah karena terkendala cuaca yang kurang bersahabat ketika memasuki musim hujan,
khususnya di wilayah Sumatera bagian Utara.
Akibat cuaca yang buruk akhir-akhir ini, kata dia, sebagian lahan pertanian di wilayah Aceh
mengalami kelebihan air dan tergenang akibat hujan. Jika iklim lebih bersahabat, kata dia, dalam
7-10 hari petani bisa mulai bertanam. Namun saat ini, petani di Aceh baru melakukan persemaian
bibit.
Di Pidie Jaya, luas tanaman yang akan ditanami ada 9 ribu ha, penanaman dijadwalkan selesai
31 Desember 2015. Semoga iklim lebih bersahabat, tutur dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, stok benih padi masih tersedia, sehingga jika persemaian
tergenang, petani bisa langsung melakukan persemaian kembali. Selain itu, petani, penyuluh,
bintara pembina desa (Babinsa), dan Dinas Pertanian di lokasi-lokasi tersebut dipastikan siap
melakukan penanaman dalam 6-7 hari mendatang.
Petani juga berkomitmen mempercepat penanaman dan berupaya menaikkan dari biasanya dua
kali penanaman dalam setahun, menjadi lima kali dalam dua tahun, kata Nandang
menandaskan.
Salah satu hal penting dalam sektor pertanian merupakan sektor pangan. Ketersediaan
pangan menjadi sangat penting seiring dengan tingkat pertumbuhan masyarakat
Indonesia saat ini. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia
sudah mencapai 257,9 juta jiwa. Jumlah ini menuntut ketersediaan dan ketahanan pangan
yang besar untuk dipenuhi. Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi persoalan pangan ini,
investasi sektor pangan perlu untuk ditingkatkan.
Realisasi investasi di sektor pangan mengalami tren yang positif. Hal ini akan terus
didukung oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui
investasi pada rantai pasok dan modernisasi alat-alat pertanian. Diharapkan dengan
menguatkan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pertumbuhan
Penanaman Modal Asing (PMA) akan meningkat.
http://www.bkpm.go.id/id/peluang-investasi/peluang-
berdasarkan-sektor/pertanian
BEI Selenggarakan "Investor Day" Dorong Praktik GCG
Bagikan:
Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyelenggarakan "Investor Day 2016" untuk mendorong
perusahaan tercatat atau emiten menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik
(GCG).
"Penyelenggaran itu agar investor dapat langsung bertemu dengan jajaran Direksi Emiten untuk
mendapat paparan mengenai kinerja dan rencana pengembangan emiten ke depan," ujar Direktur
Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Menurut dia, GCG memainkan peranan penting untuk memastikan bahwa perusahaan
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip kewajaran, transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, dan kemandirian guna memperoleh kepercayaan investor.
"Informasi dari emiten merupakan elemen paling penting bagi investor untuk mengambil
keputusan investasi. Investor perlu mengetahui bagaimana kinerja emiten dan rencana
pengembangan emiten," katanya.
Selain itu, lanjut Tito Sulistio, kegiatan itu juga mendukung program "Yuk Nabung Saham" yang
sedang dikampanyekan BEI secara luas. "Yuk Nabung Saham" mengajak masyarakat Indonesia
untuk membeli saham secara rutin sebagai investasi jangka panjang.
"Dengan demikian, perlu bagi investor untuk memahami kinerja emiten, apakah sahamnya layak
untuk menjadi investasi," katanya.
Ia mengharapkan bahwa melalui penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara
persisten, maka seluruh emiten di Indonesia dapat tumbuh secara berkesinambungan
sehingga dapat mendorong perekonomian nasional. (Ant)
http://wartaekonomi.co.id/read108403/bei-selenggarakan-investor-day-dorong-
praktik-gcg.html
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan masih banyak perusahaan pembiayaaan yang belum
memenuhi ketentuan soal Good Corporate Governance (GCG) berdasarkan Peraturan OJK (POJK)
Nomor 30/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan.
Padahal, menurut Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani,
terdapat beberapa ketentuan dalam POJK 30 pelaksanaan good corporate governance yang wajib
dipenuhi oleh Perusahaan Pembiayaan yang jatuh tempo pada akhir tahun 2016 ini.
Aturan itu terkait perusahaan pembiayaan yang memiliki aset di atas Rp200 Miliar, wajib memiliki
susunan pengurus minimum 3 (tiga) Direksi dan 2 (dua) Komisaris, serta wajib memiliki Komisaris
Independen.
"(Namun) berdasarkan hasil analisis kami pada database SIPP, masih terdapat lebih dari 50 PP dengan
aset di atas Rp200 Miliar yang belum memenuhi ketentuan tersebut. Disamping itu, PP dengan aset di
atas Rp200 Miliar juga wajib membentuk Komite Audit yang diketuai oleh Komisaris Independen," ukar
Firdaus di Jakarta, Rabu (7/12/2016).
Selain itu, aturan lain yang belum dipenuhi ialah soal kewajiban memiliki susunan pengurus minimum 2
Direksi dan 1 Komisaris Bagi perusahaan pembiayaan dengan aset di bawah Rp200 Miliar.
"Dari database OJK saat ini terdapat 60 PP dengan aset di bawah Rp200 Miliar. Bahkan dari total 60 PP
tersebut, masih terdapat 18 PP yang memiliki jumlah direksi hanya 1 orang direksi," tukasnya.
Media Agregator
Media Agregator Indonesia
"Bagi perusagaan publik penerapan itu penting, beberapa waktu lalu OJK
mengeluarkan 'road governance' terutama untuk perusahaan publik. Dengan
diterapkan prinsip tata kelola yang baik maka akan meningkatkan nilai
perusahaan dan kepercayaan," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas OJK,
Muliaman D Hadad dalam pemberian Penghargaan Laporan Tahunan (Annual Report
Award/ARA) di Jakarta, Selasa malam.
Ia mengatakan dengan praktik tata kelola yang baik yang dijalankan oleh
perusahaan maka kegiatan usaha menjadi lebih menopang bahkan diharapkan
dapat memenangkan persaingan bisnis dalam era MEA ini.
Laporan Tahunan atau Annual Report kini tidak lagi dianggap sebatas pelaporan
pertanggungjawaban manajemen dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Saat ini, Laporan
Tahunan juga telah menjadi media komunikasi yang efektif kepada semua pihak untuk
menjelaskan tentang kinerja dan prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan menjadikan
Laporan Tahunan sebagai transparansi informasi, maka diharapkan akan tercipta Tata Kelola
Perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik dan bermanfaat untuk kemajuan sebuah
perusahaan. - See more at: http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-
terkini/Pages/sudahkah-anda-membuat-tata-kelola-perusahaan-ikuti-annual-report-award-
2014.aspx#sthash.47uDHd22.dpuf