Anda di halaman 1dari 10

Peran Perawat dalam Usaha Kesehatan Sekolah

ira septia sari, Rabu, 17 November 2010


A. Pendahuluan
1. Sejarah
Usaha kesehatan sekolah (UKS) dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan
Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri.
Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes
tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai kemantapan dan pembinaan secara terpadu
ditetapkan surat keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Mendagri dan Menag tanggal 3
September 1980 tentang pokok kebijaksanaan dan pengembangan UKS No. 408a/U/1984,
Nomor. 3191/Menkes/SKBVI/1984, Nomor 74/th/1984, Nomor 61/1984. Sedangakn tentang Tim
Pembinaan UKS Nomor.408b, Nomor.319a/Menkes/SKB/VI/1984, Nomor 74a/1984, Nomor.
61/1984 yang disempurnakan dengan Nomor. 0372a/P/1989, Nomor 390a/Menkes/SKB/VI
1989, Nomor. 140a/1989, Nomor.30a tahun 1989 Tanggal 12 Juni 1989 (Effendy, 1998)

2. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang
berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
adalah dengan pendidikan. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang
berkualitas pula. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan
rokhani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat
antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKS dilaksanakan
pada semua jenis dan jenjang pendidikan, termasuk madrasah. Madrasah sudah mempunyai
prinsip bahwa kebersihan itu adalah bagian dari iman, jadi kalau ada madrasah kurang bersih
maka kita patut bertanya imannya itu seperti apa? Komunitas madrasah pada umumnya melek
norma agama yang salah satunya adalah menekankan pentingnya gaya hidup sehat, bersih, indah
dan teratur. Oleh karena itu madrasah perlu menemukan model pembentukan lingkungan sehat,
yang didukung dengan pengetahuan teknis, dan akses informasi tentang kesehatan yang memadai
(Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010 )

Sejalan dengan upaya hidup sehat di lingkungan sekolah Program Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) telah berjalan hampir 3 dekade. Tujuan program tersebut adalah meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Sebagai dasar
hukum dari program UKS adalah SKB 4-Menteri tahun 1984 (Depkes, Depdikbud, Depag dan
Depdagri) yang dikelola oleh Tim Pembina UKS, dan telah dilaksanakan ke seluruh SD/MI
Negeri dan swasta di Indonesia.

Kegiatan keterpaduan tersebut dirintis di 5 Provinsi, yaitu Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara, dan dilaksanakan pada tahun 1999/2000.
Dari pengamatan dan evaluasi terhadap konsep keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program
Pertanian Pendukung diperoleh hasil yang positif sehingga dapat diterima oleh sektor-sektor
yang mengelola program-program tersebut. Oleh karena itu sektor terkait sepakat untuk
mensosialisasikan pola keterpaduan tersebut ke tingkat provinsi agar dilaksanakan di seluruh
Indonesia (Depkes RI, 2000)
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) UKS adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang pada
dasarnya merupakan upaya penanaman perilaku hidup bersih serta kesehatan hidup, dan
merupakan program terpadu dari empat Departemen yang pembinaannya oleh Tim Pembina
UKS yang dibentuk oleh surat keputusan empat menteri yaitu Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri dengan tujuan untuk
meningkatkan pembinaan dan pelaksanaan pengembangan UKS melalui pemberdayaan berbagai
sumber daya yang ada, untuk mewujudkan Sekolah Madrasah yang sehat. Melalui Rakernas IX
ini diharapkan koordinasi dan komunikasi antara pusat dan daerah dalam pembinaan dan
pengembangan UKS akan menjadi semakin baik dan harmonis (Anonim, 2008 dalam
http://www.indonesia.go.id, diakses 24 Oktober 2010)

B. Pengertian UKS
Arti lambang UKS, yaitu segitiga artinya Trias UKS adalah Pendidikan Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan dan Pembinaan lingkungan sekolah sehat. Lingkaran artinya dilakukan terus menerus.
Tulisan UKS adalah pelaksanaannya harus didukung secara vertikal dan horizontal (pembina
maupun pelaksana) (Anonim, 2009 dalam http://uks017.blogspot.com, diakses tanggal 24
Oktober 2010)
Menurut Depdikbud, dalam Effendy (1998), usaha kesehatan sekolah adalah upaya membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program
pendidikan dan pelayanan kesehtan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang
dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatna di lingkungan sekolah.
Menurut Depkes, dalam Effendy (1998), usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya
sebagai sasaran utama.
Usaha kesehatan sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk
menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS
biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah (Anonim, 2010 dalam
http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 24 Oktober 2010)
UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan selanjutnya terbentuk perilaku hidup sehat dan bersih baik bagi peserta didik,
warga sekolah maupun warga masyarakat (Anonim, 2009 dalam http://uks017.blogspot.com,
diakses tanggal 24 Oktober 2010)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah.
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh
kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19
tahun) (Anonim, 2008 dalam http://dokterkecil.wordpress.com, diakses tanggal 24 Oktober
2010)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan
dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh
(komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan
peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan
mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong
orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme.
Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas
(Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)
Trias UKS adalah tiga program pokok dalam pembinaan dan pengembangan UKS, meliputi;
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
Pendukung Trias UKS meliputi;
1. Ketenagaan
2. Pendanaan
3. sarana Prasaran
4. Penelitian dan Pengembangan

C. Tujuan
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik
dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik.
Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan
sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku
masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta
peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan
masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh
buruk lingkungan (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya (Effendy,
1998)
Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta
menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis dan optimal (Anonim, 2009 dalam http://tutorialkuliah.blogspot.com, diakses
tanggal 24 Oktober 2010)
2. Tujuan Khusus
Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang
mencakup:
a. Menurunkan angka kesakitan anak sekolah.
b. Meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun social.
c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah
e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alcohol, dan obat berbahaya lainnya (Effendy, 1998)

D. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru
pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di
setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan
mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar
sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran
lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran
tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
sekitar sekolah.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang
baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta
didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan
kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta
didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep
yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas
sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber
daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan,
kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya
beli.
Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah
yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi
suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu,
jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat
pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang
diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi (Anonim, 2009
dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)
Sasaran pembinaan:
a. Peserta didik
b. Pembina UKS (teknis dan non teknis)
c. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
d. Lingkungan sekolah (Effendy, 1998)

E. Pogram Pokok Usaha Kesehatan Sekolah


Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan
secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah melaksanakan
pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun
bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan
di sekolah atau di luar sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan
sebagainya terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta
didik, guru pembina UKS dan kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup
bersih melalui program sekolah sehat.
Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitasi. Promotif adalah peningkatan penyuluhan dan latihan keterampilan
pelayanan kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk mencegah sebelum timbulnya
penyakit. Kuratif adalah penyembuhan penyakit yang diderita. Rehabilitasi adalah pemulihan
pada keadaan kesehatan awal dari penyakit yang telah diderita. Pelayanan kesehatan lingkungan
sekolah untuk menciptaan lembaga pendidikan yang dapat menunjang berlangsungnya proses
pembelajaran (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)

F. Prinsip-Prinsip Pengelolaan UKS


1. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah, yang meliputi:
a. Masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, peserta didik, dan karyawan sekolah
b. Masyarakat di luar sekolah, orang tua murid yang bernaung di bawah Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan (BP3)
2. Kegiatan yang terintegrasi. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala upaya
kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik
3. Melaksanakan Rujukan. Untuk mengatasi masalah kesehatan yang tidak dapat diatasi di
sekolah ke fasilitas kesehatan yaitu puskesmas atau rumah sakit
4. Kolaborasi Tim. Karena UKS merupakan kegiatan yang melibatkan kerja sama lintas sektoral,
maka diperlukan kerjasama tim yang baik dan terorganisasi, dan tiap-tiap instansi mempunyai
uraian tugas yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan kegiatannya
(Effendy, 1998)

G. Tolok Ukur Keberhasilan Pembinaan


1. Dilihat dari peserta didik:
Sehat, tidak sakit-sakitan, dan bebas dari narkoba
Absensi sakit menurun
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan golongan usia
Murid TK dan Sekolah Dasar/Madrasah telah mendapatkan imunisasi ulangan
2. Dilihat dari lingkungan sekolah:
Semua ruangan dan kamar mandi, jamban, pekarangan bersih
Tidak ada sampah
Ada sumber air bersih (Effendy, 1998)

H. Uraian Kegiatan Petugas dalam Pelaksanaan UKS


1. Membina sarana keteladanan gizi misalanya kantin sekolah
2. Membina sarana keteladanan lingkungan
Menggerakan pemeliharaan dan pengawasan lingkungan sekolah seperti pengelolaan sampah,
saluran air limbah, kenersihan jamban dan kamar mandi, kenersihan kantin sekolah, ruang UKS
dan ruang kelas
Mencegah terbentuknya tempat pembiakan binatang penyebar penyakit
3. Membina kebersihan perseorangna peserta diik
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan secara aktif dalam pelayanan
kesehatan penjaringan peserta didik baru kelas 1
5. Pemeriksaan kesehatan secara periodic
6. Imunisasi
7. Pengawasan terhadap keadaan air
8. Pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah
9. Rujukan medic
10. Penanganan kasus anemia
11. Forum komunikasi terpadu
12. Pencatatan dan pelaporan (Effendy, 1998)

I. Peran Perawat
1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah
Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan
data, analisa data, dan perumusan masalah dan prioritas masalah
Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama TPUKS
Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
Penilaian dan pemantauan hasil kegiatan UKS
Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS. Perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas dapat
menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang
coordinator UKS di tingkat Puskesmas
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan. Dilakukan langsung melalui penyuluhan
kesehatanyang bersifat umum dan klasikal, atau secara tidak langsung sewaktu pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorangan (Effendy, 1998)

J. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan


Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan
fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka
mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan
risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak
mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam
tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah
sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif.
Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga
terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal.
Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang
bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak
sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun
kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun
cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station,
sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan
beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan
program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan
di lingkungan masyarakat sekitar.
Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan
berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran
fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya.
Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan
kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu
mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya
tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan
peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan Sekolah
Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan
Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga
a health setting for living, learning and working dengan tujuan (goal) Help School Become
Health Promoting Schools. Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga
sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan
peserta didiknya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu:
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta
didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air
yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan
percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat
sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat
mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan
sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orang
tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu
penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan
sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan
program-program makanan begizi dengan memperhatikan keamanan makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk
seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan
narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara
memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS
perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang
didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat,
dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran
harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya.
Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup
sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin
berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung
tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan
tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah
sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan
pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat,
melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih
dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang
aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya hidup
sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu
akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-
tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap
pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum
yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup
(life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi
pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara
menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia,
dan bermartabat. WHO atau World Health Organization) mendefinisikan kecakapan hidup
sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan yang tepat,
berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat
membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF memberikan
definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal
yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara
effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat
dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be
(belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do
(belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori
yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning live with
others), kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup
vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self awareness
skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan
personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia,
mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain.
Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan
kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk
membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara konstruktif mengelola
emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang menguntungkan masyarakat.
Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan
akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan
analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan
tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus
(occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta
didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang
menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani dan
rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta
didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal, sehingga
akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh
oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan
anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif
mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan
hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan
masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan
peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses
tanggal 24 Oktober 2010)

K. Petunjuk Pelaksanaan UKS di PUSKESMAS


1. Fungsi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui keterpaduan berbagai kegiatan pokok,
termasuk penyelenggaraan berbagai intervensiuntuk mengatasi masalah kesehatan sekolah
b. Melaksanakan pembinaan baik pembinaan teknis medis, alih kelola teknologi maupun peran
serta masyarakat di sekolah
c. Melaksanakan koordinasi pelayanan kesehatan mencakup singkronisasi, intergrasi, dan
motivasi termasuk mengatur pendelegasian wewenang pelaksanaan dalam pelayanan kesehatan
di sekolah
2. Fungsi Pokok
a.Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data
b.Koordinasi penyusunan rencana kerja terpadu
c.Koordinsi operasional pelayanan kesehatan
d.Mengikuti dan memantau perkembangan pelaksanaan operasional
e.Menyusun laporan (Effendy, 1998)

L. Kebijakan dalam Peningkatan Implementasi Program UKS


Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik, maka program peningkatan
kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat akan terus dilaksanakan. Sehingga dapat
terbentuk peserta didik yang sehat dan bugar serta sekolah yang memenuhi standar sekolah sehat.
Cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai upaya pengembangan sekolah sehat
antara lain dilakukan upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik
melalui berbagai pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan
implementasi di bidang UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
jasmani dan kebugaran jasmani. Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan pendidikan
antara lain dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam rangka meningkatkan
kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang sesuai dengan upaya peningkatan kualitas
jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian dan pengembangan
bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas jasmani dan
pengembangan sekolah sehat. Meningkatkan kegiatan analisis kajian kesegaran jasmani,
pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat bermanfaat langsung bagi peserta didik,
tenaga kependikan dan masyarakat serta menunjang peningkatan mutu pendidikan.
Kebijakan Departemen Agama dalam peningkatan implementasi program UKS di madrasah,
pertama melalui pengembangan kurikulum terintegrasi yang meliputi mensinergikan kurikulum
pendidikan kesehatan dengan kurikulum lainnya, menyelenggarakan orientasi kurikulum
berbasis kompetensi dan strategi pelaksanaannya di lingkungan madrasah, mengembangkan
student centered learning dan mengedepankan aspek psikomotorik daripada aspek kognitif,
mengembangkan budaya bersih dan sehat lingkungan madarasah. Kedua pengembangan sarana
dan prasarana dengan cara menerbitkan dan atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan
kesehatan, membeli berbagai peralatan dan obat-obatan yang mendukung pelaksanaan kesehatan
di madrasah, membangun dan mengkampanyekan 1000 tempat mandi, cucu, dan kakus (MCK),
sanitasi dan air bersih di madrasah.
Pengembangan sarana dan prasarana pun dilakukan dengan memaksimalkan koordinasi
madrasah dan Puskesmas sebagai rujukan kesehatan peserta didik, mengembangkan kantin sehat
dan bergizi, mengembangkan pelayanan kesehatan termasuk Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR), mengadakan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara berkala, mengadakan
pengobatan ringan dan P3K, pencegahan terhadap segala penyakit, mengadakan penyuluh
kesehatan dan konseling, mengadakan pengawasan warung/kantin madrasah, mengadakan Usaha
Kesehatan Gigi Madrasah (UKGM). Ketiga mengembangkan program Madrasah Sehat dengan
cara mengikutsertakan lomba madrasah sehat, mengadakan kader kecil, PMR,
menyelenggarakan pendidikan kesehatan terpadu, memelihara lingkungan kehidupan sekolah
sehat, melakukan penelitian dan pengembangan madrasah sehat, memberikan bantuan
pembinaan bagi madrasah yang telah masuk nominasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat
provinsi dan tingkat nasional, melakukan evaluasi dan supervisi pembinaan UKS di madrasah
bersama TP UKS (Tim Pembina UKS), meningkatkan profesionalitas ketenagaan, yaitu dengan
menambah guru Pembina OSIS yang ditatar UKS di madrasah dengan bekerja sama dengan TP
UKS (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)

Anda mungkin juga menyukai