Anda di halaman 1dari 3

ASSALAMUALAIKUM WR WB

ALHAMDULILLAH ALHAMDULILLAH HIRROBIL ALAMIN---


MARILAH KITA PANJATKAN PUJA DAN PUJI BLA, BLA, SHOLAWAT BLA BLA

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. PERNAHKAN SAUDARA
SEKALIAN MENDENGAR KALIMAT TERSEBUT?? ITU MERUPAKAN SALAH SATU
ARTI SURAT DARI Al-Hujurat AYAT 6

SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN JAMAAH SHOLAT DHUHUR YANG INSYA


ALLAH DIRAHMATIN OLEH ALLAH SWT

PADA KESEMPATAN KALI INI, SAYA AKAN SEDIKIT MEMBAHAS MENGENAI HAL
YANG SEKARANG LAGI BOOMING, BAIK DIPEMERINTAH, INSTANSI MAUPUN
MASYARAKAT PADA UMUMNYA, YAKNI MENGENAI ANTI HOAX

ARTI AYAT YG SUDAH SAYA BACAKAN TADI seperti yang dikemukakan oleh Ibnu
Katsir- termasuk ayat yang agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting
agar umat tidak mudah terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang
tidak jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal
itu merupakan media penyebar berita palsu, isu atau berita yang menebar
fitnah.SEPERTI YANG KITA TAHU BROADCAST2 DARI GRUP2 MEDIA SOSIAL
Apalagi perintah Allah ini berada di dalam surah Al-Hujurat, surah yang sarat dengan
pesan etika, moralitas dan prinsip-prinsip muamalah, surah ini memang komitmen
untuk mengajarkan seorang muslim untuk menerapkan adab dan etika agama dalam
kehidupan karena itu menunjukkan kualitas akalnya (adabul abdi unwanu aqlihi).

Peringatan dan pesan Allah dalam ayat ini tentu bukan tanpa sebab atau peristiwa
yang melatarbelakangi. Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turun ayat ini yang
pada kesimpulannya turun karena peristiwa berita bohong yang harus diteliti
kebenarannya dari seorang Al-Walid bin Uqbah tatkala ia diutus oleh Rasulullah
untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani Al-Mustalik yang dipimpin waktu itu oleh
Al-Harits bin Dhirar seperti dalam riwayat Imam Ahmad. Al-Walid malah
menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa mereka enggan membayar zakat,
bahkan berniat membunuhnya, padahal ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani
Mustalik. Kontan Rasulullah murka dengan berita tersebut dan mengutus Khalid
untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah ayat ini mengingatkan
bahaya berita palsu yang coba disebarkan oleh orang fasik yang hampir berakibat
terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam pada saat itu.

Yang menjadi catatan disini bahwa peristiwa ini justru terjadi di zaman Rasulullah
yang masih sangat kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran.
Lantas bagaimana dengan zaman sekarang yang semakin sukar mencari sosok yang
jujur dan senantiasa beritikad baik dalam setiap berita dan informasi yang
disampaikan?.

Secara bahasa, kata fasiq dan naba yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas
disebut menunjukkan seseorang yang dikenal dengan kefasikannya serta menunjukkan
segala bentuk berita dan informasi secara umum; berita yang besar atau kecil, yang
terkait dengan masalah pribadi atau sosial, apalagi berita yang besar yang melibatkan
segolongan kaum atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.

Sayyid Tanthawi mengemukakan analisa redaksional bahwa kata in yang berarti


jika dalam ayat jika datang kepadamu orang fasik membawa berita menunjukkan
suatu keraguan sehingga secara prinsip seorang mumin semestinya bersikap
ragu dan berhati-hati terlebih dahulu terhadap segala informasi dari seorang yang
fasik untuk kemudian melakukan pengecekan akan kebenaran berita tersebut sehingga
tidak menerima berita itu begitu saja atas dasar kebodohan yang akan berujung
kepada kerugian dan penyesalan.

Maka berdasarkan acuan ini, sebagian ulama hadits melarang dan tidak menerima
berita dari seseorang yang majhul atau tidak diketahui kepribadiannya karena
kemungkinan fasiknya sangat jelas.
Berdasarkan hukumnya, As-Sadi membagikan sumber (media) berita kepada tiga
klasifikasi:
Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.
Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.
Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek
akan kebenarannya

Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari seorang yang fasik, seorang yang
masih suka melakukan kemaksiatan, tidak komitmen dengan nilai-nilai Islam dan
cenderung mengabaikan aturannya.

SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN JAMAAH SHOLAT DHUHUR YANG INSYA


ALLAH DIRAHMATIN OLEH ALLAH SWT

Lantas bagaimana jika sumber berita itu datang dari media yang cenderung
memusuhi Islam dan ingin menyebar benih permusuhan dan perpecahan di
tengah umat, tentu lebih prioritas untuk mendapatkan kewaspadaan dan kehati-
hatian.

Selain sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi
yang datang dari seorang fasik,

Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas
sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya. Allah swt berfirman, Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir. Surat Qaaf: ayat 18.
Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin seperti yang pernah
dicontohkan oleh para sahabat yang dipelihara oleh Allah,

saat tersebarnya isu yang mencemarkan nama baik Aisyah ra yakni mereka tetap
berbaik sangka terhadap sesama mukmin dan senantiasa berwaspada terhadap orang
yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan
perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.
Dalam sebuah riwayat dari Qotodah disebutkan, At-Tabayyun minallah wal ajalatu
Minasy Syaithan, sikap tabayun merupakan perintah Allah, sementara sikap terburu-
buru merupakan arahan syaitan.

Semoga kita mampu menangkap pesan Allah yang cukup agung ini agar terhindar dari
penyesalan dan kerugian. Allahu alam bissawab

KURANG LEBIHNYA SAYA MOHON MAAF, INI SEBAGAI PENGINGAT BAGI DIRI
SAYA PRIBADI DAN SAUDARA SEKALIAN
WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH, WASSALAMUALAIKUM WR WB ---

Anda mungkin juga menyukai