Anda di halaman 1dari 10

TRANSFORMASI HOMO HOMINI SOCIUS MENJADI HOMO HOMINI

LUPUS DALAM NOVEL THE COUNT OF MONTE CRISTO KARYA


ALEXANDRE DUMAS

Zafriadi, Hengkeng Priska Wulandari, Sintya Permata Sari


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang

Abstrak

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang saling
membutuhkan dan berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang menghasilkan
hubungan manusia secara homo homini socius yang berarti manusia adalah teman bagi
manusia lainnya. Manusia satu dengan manusia lainnya berhubungan secara intensif
untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini diungkapkan oleh Alexandre Dumas melalui novel
The Count of Monte Cristo. Alexandre Dumas menyampaikan di awal novel bagaimana
manusia satu sama lain berhubungan secara mutualis. Namun layaknya manusia yang
beragam, kebutuhan manusia juga beragam bahkan terkadang berbenturan. Hal ini
menyebabkan manusia tidak lagi berhubungan secara mutualis tetapi lebih kepada
keuntungan di satu pihak dan kerugian di pihak lain. Pada akhirnya manusia berubah
menjadi homo homini lupus yang berarti manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Alexandre Dumas menyadari perubahan manusia dari homo homini socius menjadi homo
homini lupus yang dituangkan dalam novel The Count of Monte Cristo.
Kata kunci: manusia, homo homini socius, homo homini lupus, dan kebutuhan.

Abstrac

Basically humans are social beings (homo socius) that need and interaction with
each other. Interaction is what produces human relations are homo homini socius which
means the man is a friend to others humans. Human relate with another human being
intensively to meet the needs. This was disclosed by Alexandre Dumas through the novel
The Count of Monte Cristo. Alexandre Dumas delivered at the beginning of the novel how
humans relate to one another in a mutual. However, just as humans are diverse, human
needs are also diverse and sometimes conflicting. This causes the man is no longer
related mutualis but rather the benefit on the one hand and the disadvantages on the
other. In the end, the man turned into homo homini lupus, which means man is a wolf to
other human beings. Alexandre Dumas aware of human change of homo homini socius
into homo homini lupus as outlined in the novel The Count of Monte Cristo.
Key Words: human, homo homini socius, homo homini lupus, and needs.

PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) tentu saling
membutuhkan dan saling terhubung antara manusia yang satu dengan manusia

1
lainnya lainnya dalam menjalani kehidupan serta memenuhi kebutuhan. Manusia
tidak dapat dipisahkan dari manusia lainnya karena tidak ada manusia yang dapat
bertahan hidup secara sendiri. Dalam hal ini, manusia memiliki keterikatan
dengan manusia lainnya yang sudah menjadi kodrat. Keterikatan ini tentu tidak
bisa dilepas. Sejak lahir manusia telah memiliki keterikatan dengan orang tuanya.
Ketika telah tumbuh, keterikatan dengan anggota mulai muncul. Ketika manusia
tersebut telah dewasa, keterikatannya dengan manusia lainnya semakin kompleks
dalam komunitas yang disebut masyarakat. Di sinilah manusia memulai interaksi
secara luas dan tanpa batas. Dalam hal ini manusia adalah homo homini socius
yang berarti manusia satu merupakan teman bagi manusia lainnya

Ketika manusia saling berinteraksi, muncul beberapa kebutuhan yang


harus dipenuhi. Kebutuhan ini tak pelak harus di penuhi manusia agar tidak
menimbulkan permasalahan. Dalam hal inilah manusia mulai menggunakan taktik
dan cara agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Kebanyakan manusia, pada
umumnya, demi memenuhi kebutuhan hidupnya rela melakukan apa saja. Mulai
dari cara-cara yang berkategori baik hingga pada tingkat terjahat sekalipun akan
tetap dilakukan manusia. Tentunya semua itu dilakukan agar semua kebutuhan
dapat terpenuhi sehingga kehidupan manusia tersebut dapat berjalan lebih baik.
Namun tidak jarang manusia dalam memenuhi kebutuhannya bersikap antipati
terhadap manusia lainnya. Sangat umum terjadi manusia satu mengorbankan,
menyikut, menikung, dan yang paling kejam hingga membinasakan manusia
lainnya. Istilah yang sering digunakan adalah homo homini lupus yang berarti
manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Hal ini mewarnai sejarah
peradaban manusia yang dari masa prasejarah hingga sekarang ini masih bisa
diamati. Begitulah gambaran kehidupan manusia dalam berinteraksi untuk
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup.

Dalam kehidupan bermasyarakat yang kompleks dan beragam seringkali


manusia, baik secara sadar maupun tidak, melakukan hal-hal yang merugikan
manusia lainnya. Bahkan sebagian manusia memiliki perencanaan yang matang
untuk melakukan hal tersebut. Tidaklah terlalu berlebihan jika istilah homo
homini lupus memang tepat untuk menggambarkan manusia dalam kategori ini.

2
Layaknya serigala, manusia tidak bisa menerima kekalahan dari manusia lainnya.
Segala upaya dan daya akan dikerahkan untuk memunculkan peluang
kemenangan. Dalam kehidupan nyata hal-hal ini memang terjadi. Setiap manusia,
yang pernah ada dan yang akan datang, di dunia ini tidak bisa terlepas dari
interaksi yang saling memberikan keuntungan di satu pihak dan kerugian di pihak
lainnya. Ini sudah seperti kondisi alamiah manusia itu sendiri.

Novel The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas, pertama kali
terbit tahun 1844 dalam bahasa Perancis, merupakan novel sastra mahakarya yang
mengandung unsur homo homini lupus. Novel ini mengangkat tema yang sudah
sangat mendasar dalam kehidupan manusia yakni ambisi dan dendam. Bagi
mereka yang telah membaca novel ini tentu akan mengetahui bagaimana
sebenarnya manusia itu dalam memenuhi ambisinya. Semua cara akan dilakukan,
tanpa memikirkan apakah halal atau haram, baik atau buruk. Gambaran mengenai
sikap manusia secara utuh memang terdapat dalam novel ini. Sehingga tidaklah
salah jika novel ini merupakan salah satu buku yang paling diminati di seluru
dunia.

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis (penyusun) menyusun


penelitian ini melalui novel The Count of Monte Cristo. Adapun alasan mengapa
penulis memilih novel ini sebab novel karya Alexandre Dumas ini telah
mengandung sifat dasar manusia yang menjadi topik kajian penulis yakni homo
homini lupus. Memang tidak hanya novel ini yang memberikan pemahaman
mengenai manusia sebagai homi homini lupus, tetapi tidak ada novel maupun
literatur lainnya yang mampu memberikan gambaran begitu detail tentang
bagaimana manusia bisa berubah dari homo homini socius menjadi homo homini
lupus selain novel The Count of Monte Cristo dalam bentuk deskripsi melalui
cerita.

Pada penulisan penelitian ini penulis berangkat dari suatu asumsi


mengenai hakikat manusia sebagai sebagai homo socius yang saling
membutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, namun kenyataannya manusia
sering kali melakukan kegiatan yang merugikan manusia lainnya. Secara khusus
penulis memfokuskan pada tranformasi manusia dari homo homini socius menjadi

3
homo homini lupus dalam novel The Count of Monte Cristo karya Alexandre
Dumas. Penulis dalam menyusun penelitian ini mencoba mengungkapkan
karakter manusia yang rela mengorbankan manusia lainnya dalam memenuhi
kebutuhan dan ambisinya. Penulis ingin mengungkapkan bagaimana berubahnya
manusia dari homo homini socius menjadi homo homini lupus yang terdapat
dalam novel The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas.

Penulisan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang


ingin mengetahui mengapa manusia sering kali melakukan sesuatu hal tanpa
berpikir panjang yang mengakibatkan kerugian pada manusia lainnya. Tulisan ini
akan memberikan penjelasan mengapa kita sebagai manusia bisa berubah menjadi
menakutkan bagi manusia lainnya. Kehadiran tulisan ini juga dapat memberikan
pertanda bagi mereka yang tidak menginginkan menjadi homo homini lupus
dalam kehidupan bermasyarakat.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini antara lain:
1. Tujuan teoretis: dapat memberikan masukan dalam mengkaji mengenai sikap
hakikat manusia yang berkaitan dengan homo homini socius dan homo homini
lupus. Selain itu dapat juga digunakan sebagai sumber informasi bagi yang
ingin mengetahui hakikat manusia.
2. Tujuan praktis: penulisan penelitian ini bagi penulis yakni memperoleh
pengetahuan mengenai perubahan tingkah laku manusia dari homo homini
lupus menjadi homo homini socius dalam kehidupan nyata bermasyarakat

METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan penelitian ini penulis mengunakan metode kajian
pustaka. Artinya penyusun hanya menggunakan data-data yang terdapat dalam
bentuk dokumen, bukan melalui observasi atau tindak lapangan lainnya. Adapun
alasan mengapa penulis menggunakan metode kajian pustaka karena melalui
kajian pustaka penulis dapat menemukan banyak hal-hal yang berkaitan dengan
topik yang penulis bahas. Oleh sebab itu penulis menggunakan novel The Count
of Monte Cristo karya Alexandre Dumas sebagai sumber utama sekaligus bahan
yang menjadi titik tolak cara penulis memandang tranformasi manusia dari homo

4
homini socius menjadi homo homini lupus. Kemudian setelah memperoleh data,
penulis melakukan analisis data yang telah ditemukan tersebut. Analisis data yang
penulis gunakan adalah analisis deskriptif. Adapun alasan menggunakan
deskriptif karena karakteristik dari penyusunan penelitian ini membutuhkan
deskripsi kata-kata.

Adapun data-data dalam penyusunan penelitian ini penulis peroleh dari


berbagai sumber. Sumber utama tentunya novel The Count of Monte Cristo karya
Alexandre Dumas. Novel ini sebagai sumber utama penulis bahas secara rinci.
Pembahasan penulis terhadap novel ini tentu lebih berfokus pada isi cerita atau
kisah yang di sampaikan Alexandre Dumas. Pijakan utama penulis dalam
memandang tranformasi manusia dari homo homini socius menjadi homo homini
lupus di dasarkan atas novel ini juga. Namun tidak hanya novel ini yang menjadi
sumber data dalam penyusunan PENELITIAN ini. Penulis juga menggunakan
berbagai literatur pustaka lainnya sebagai sumber pendukung. Sumber-sumber ini
juga penting sebab akan memberikan penguatan maupun kelemahan pada
hipotesis yang penulis bayangkan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Novel The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas merupakan
salah satu novel yang terkenal di dunia internasional. Berikut sinopsis singkatnya:
Edmond Dantes, seorang pelaut muda berumur 19 tahun di kapal Le Pharaon,
terpaksa singgah di Pulau Elba dalam perjalanan menuju Marseilles. Di Pulau
tersebut Dantes bertemu dengan Napoleon Banoparte. Sebelum meninggalkan
pulau Elba, Bonaparte memberikan surat kepada Dantes untuk diberikan kepada
seseorang di Marseilles. Setibanya di Marseilles, Dantes diangkat menjadi kapten
Le Pharaon dan berencana akan menikahi Marcedes. Kesuksesan yang diperoleh
Dantes kemudian menimbulkan kecemburuan pada Danglars dan Mondego, teman
Dantes di Le Pharaon. Keduanya melaporkan Dantes kepada Villefort, jaksa
penuntut umum, sebagai mata-mata Bonaparte. Atas tuduhan itu Dantes di penjara
di Chateau dIf. Di penjara Dantes bertemu Abe Faria. Belasan tahun kemudian
Dantes berhasil kabur dari penjara atas bantuan Abe Faria. Setelah berhasil kabur
Dantes menuju Pulau Monte Cristo berbekal peta yang diberikan Abe Faria. Di

5
sana ia menemukan harta karun. Dengan harta karun itu ia kembali ke Mersailles
dengan rencana membalas dendam terhadap orang-orang yang telah merenggut
kebahagiaannya. Atas dasar itu ia berubah nama menjadi Count of Monte Cristo.

Berdasarkan sinopsis singkat diatas dapat ditarik suatu garis besar


bagaimana tranformasi seorang Edmond Dantes dari homo homini socius menjadi
homo homini lupus. Perubahan ini tentu terjadi melalui serangkaian proses yang
telah dipaparkan dalam novel. Proses inilah yang sangat penting untuk dikaji. Ada
hal-hal yang terkadang dianggap sepele mampu memberikan suatu dampak yang
berarti yang menyebabkan adanya perubahan dalam diri manusia. Terkadang
keadaan demikian sering diabaikan dengan asumsi sebab akibat, jika penyebabnya
kecil maka akan barakibatkan kecil pula. Dalam kehidupan manusia hukum sebab
akibat sulit untuk diterapka. Melalui novel ini kita akan memperoleh gambaran
awal bagaimana manusia yang pada dasarnya saling membutuhkan satu sama lain
yang berarti homo homini socius. Dengan demikian manusia yang satu dengan
manusia lainnya menunjukkan keterkaitan mutualis. Namun setelah adanya
berbagai kompoleksitas dalam hidup, berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi,
maka manusia mengubah dirinya sendiri, baik itu secara sadar maupun tidak,
menjadi manusia yang merugikan orang lain. Dalam hal ini manusia tersebut telah
menjadi homo homini socius.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang membutuhkan


satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan. Manusia saling membantu dan
mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bagaimanapun juga tidak ada
manusia yang bertahan hidup secara sendiri ataupun mandiri dalam artian tidak
membutuhkan manusia lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Elly (2006)
sebagai makhluk sosial maka manusia memiliki semacam kewajiban untuk hidup
secara berdampingan dengan manusia lainnya dan saling membantu. Tidak bisa di
pungkiri bahwa secara kodrati manusia memang harus melakukan interaksi
dengan manusia lainnya. Terutama dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan.
Manusia satu tanpa manusia lainnya sama hal dengan manusia itu sendiri tidak
hidup.

6
Novel The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas telah
memberikan gambaran yang cukup kuat mengenai bagaimana bisa bertranformasi
dari homo homini socius menjadi homo homini lupus. Salah satu contohnya
terdapat dalam salah satu percakapan yang termuat dalam novel di halaman 90
Aku menyesal sekali telah membantumu memecahkan persoalanmu dan
menceriterakan apa yang telah aku perbuat. Mengapa? Karena dengan itu aku
telah menanamkan dalam hatimu sebuah perasaan yang tidak pernah ada
sebelumnya: pembalasan. Berdasarkan penggalan percakapan tersebut dapat
dengan jelas diamati bahwa bagaimana seorang manusia dapat berubah dari baik
menjadi jahat. Memang pada umumnya yang menjadi pengkajian adalah
berubahnya seseorang dari jahat menjadi baik. Namun hal itu memang sudah
lumrah terjadi. Alexandre Dumas melalui novelnya menyampaikan bahwa
manusai itu juga bisa berubah menjadi hal-hal buruk yang terkadang tidak pernah
diupikirkan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam semua perubahan yang
terjadi dalam kehidupan manusia adalah kesadaran mengenai perubahan itu
sendiri di pihak orang yang terlibat, teruma kesadaran mengenai hasil yang
ditimbulkan proses sosial tersebut (Sztompka, 2008). Manusia terkadang tanpa
sadar telah mengubah dirinya sendiri menjadi orang lain dengan karakter dan
sikap yang berbeda pula.

Alexandre Dumas melalui novelnya mengungkapkan ada berbagai alasan


mengapa manusia dapat berubah dari homo homini socius menjadi homo homini
lupus, yakni sebagai berikut:
1. Adanya kekecewaan yang ditimbulkan manusia lain atau lingkungan. Hal ini
diawali Alexandre Dumas dengan menyampaikan karakter tokoh Edmond
Dantes yang pada awalnya adalah orang baik yang rendah hati. Ketika
kemudian Edmond Dantes memperoleh kesuksesan, keadaan mulai tidak
berpihak padanya yang akhir membawa kepada kesengsaraan. Dapat dengan
jelas dipahami bahwa pengambaran manusia digunakan Alexandre Dumas
dalam tokoh Edmond Dantes. Lebih lanjut manusia cenderung berubah ketika
keadaan mulai tidak stabil dan terasa memberikan tekanan. Tanpa disadari
manusia itu mulai membuat keputusan untuk membalikkan keadaan. Cara
berpikirnya yakni permasalahan yang dimunculkan orang lain atau keadaan

7
maka harus diselesaikan dengan permasalahan pula. Kategori manusia jenis
ini oleh Alexandre Dumas diartikan sebagai manusia yang tidak mempunyai
atas masalah. Manusia yang tidak menginginka adanya kebaikan atas suatu
keburukan. Pada akhirnya manusia tersebut menuntut balas dendam.
2. Tidak adanya respek dari manusia lain atas dasar perbuatan baik. Alexandre
Dumas dalam hal ini memberikan contoh cukup mudah yakni ketika Edmond
Dantes dikhianati oleh orang-orang yang telah lama dikenalnya. Hal yang
demikian sering terjadi dalam kehidupan nyata. Tanpa diketahui orang-orang
yang terdekat sekalipun tidak memandang apa dan bagaimana sikap kita
kepada orang tersebut. Kebaikan yang diberikan satu manusia terhadap
manusia lainnya tidak dibalas dengan kabikan pula. Pada akhirnya hal ini
menimbulkan ketidakseimbangan antara pemberi respon dan penerima respon.
Di sini hukum sebab akibat dapat digunakan. Tidak ada manusia yang jika
berbuat baik terhadap orang lain mau menerima balasan yang tidak seimbang
dengan kebaikannya. Umumnya manusia selalu berharap kebaikan dibalas
dengan kebaikan. Karena kurangya respek dari penerima respon, maka
manusia secara sadar mulai mengubah orientasi sikap baik menjadi suatu hal
yang merugikan manusia lainnya.
3. Adanya kepuasan ketika manusia melakukan kejahatan terhadap manusia
lainnya. Alexandre Dumas menceritakan hal ini pada bagian ketika Edmond
Dantes tanpa rasa kemanusiaan membalas setiap perbuatan orang lain
terhadapnya. Dari situ dapat dipahami bagaimana oleh Alexandre Dumas
menyampaikan bagaimana manusia yang awalnya tidak atau kurang
mengetahui apa yang dapat diperoleh melalui perbuatan jahat terhadap orang
menjadi ketagihan. Muncul kepuasan tersendiri ketika perbuatan orang lain
dapat dibalas. Bahkan balasan yang diberikan terkadang jauh lebih besar dari
apa yang awalnya diberikan padanya.

Hakikat manusia yang pada dasarnya memanglah homo socius. Dalam hal
ini Deliar (1998) mengatakan bahwa manusia membentuk interaksi lebih dikarena
rasa cinta dan kasih sayang. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia selalu
membentuk hubungan dengan adanya rasa saling membutuhkan satu sama lain.
Hal ini dilihat Driyarkara merupakan kodratinya manusia. lebih Driyarkara

8
menungkapkan bahwa manusia menyatukan diri dengan manusia lainnya yang
berarti manusia menjadikan manusia lain sebagai socius, yang berarti teman.
Dalam hal ini sosialitas merupakan konstitutif (Driyarkara, 2006). Namun ketika
kebutuhan itu telah berbentur maka manusia juga tidak bisa tidak membinasakan
manusia lainnya untuk mempertahankan hidup dan kehidupan yang diinginkan.
Hal ini diungkapkan oleh Hobbes bahwa kodrat manusia adalah bellum omnium
contra omnes, homo homini lupus, yang berarti perang semua melawan semua,
manusia adalah serigala bagi yang lainnya (Veeger, 1985).

PENUTUP
Berdasarkan pemahaman yang dituangkan Alexandre Dumas melalui
novel The Count of Monte Cristo kita memperoleh pengetahuan bahwa tidak
selamanya manusia sebagai mahkluk sosial (homo socius) dapat bertindak sebagai
homo homini socius. Tidak ada jaminan bahwa manusia yang begitu kompleks
dalam kehidupan bermasyarakat tetap berlaku setiap harinya. Pemenuhan
kebutuhan merupakan penyebab utama berubahnya manusia menjadi bukan
dirinya lagi. Agar dapat memenuhi kebutuhan manusai mulai merugikan dan
menikung manusia lainnya. Pada akhirnya manusia berubah menjadi homo
homini lupus layaknya serigala yang siap menerkam manusia lainnya. pada
akhirnya manusia satu mulai merugikan manusia lainnya sehingga kehidupan
masyarakat tidak lagi layaknya manusia sebagai makluk socius. Alexandre Dumas
menyampaikan hal ini melalui novel The Count of Monte Cristo dengan
penggambaran Edmond Dantes sebagai manusia pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Driyarkara. 2006. Sosialitas sebagai Eksistensial, dalam A. Sudiarja, dkk (ed.).
Karya Lengkap Driyarkara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dumas, A. 1980. Le Compte de Monte Cristo (terjemahan Tim Dunia Pustaka


Jaya). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Elly, M.S. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Noer, D. 1998. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: Mizan.

9
Sztompka, P. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

The Count of Monte Cristo, 2002. Film. Directed by Kevin Reynolds. United
Kingdom: Spyglass Entertainment.

Veeger, K.J. 1985. Realitas Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

10

Anda mungkin juga menyukai