Anda di halaman 1dari 10

CYBER PORNOGRAPHY YANG DILAKUKAN PADA KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA DITINJAU DARI SEGI HUKUM DAN PANDANGAN ISLAM

LATAR BELAKANG

Di Indonesia, perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. Tetapi, pada kenyataannya dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak dapat mengurangi
angka kejadian KDRT di indonesia. Kekerasan Dalam Rumah Tangga semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Peristiwa atau kasus yang menarik perhatian masyarakat adalah tindak
kekerasan yang dialami oleh perempuan (isteri).
Berdasarkan jumlah kasus sebesar 321.752 tersebut, jenis kekerasan terhadap perempuan
yang paling menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRT. Sejumlah 305.535 kasus
berasal dari data unduh PA-BADILAG dicatat dalam kekerasan yang terjadi di ranah KDRT.
Sementara dari 16.217 kasus yang masuk dari lembaga layanan mitra Komnas Perempuan,
kekerasan yang terjadi di ranah KDRT tercatat 69% atau 11.207 kasus. Kekerasan terhadap
perempuan dalam ranah KDRT, kekerasan fisik menempati peringkat pertama dengan
persentase 38% atau 4.304 kasus, diikuti dengan kekerasan seksual 30% atau 3.325 kasus,
kekerasan psikis 23% atau 2.607, dan ekonomi 9% atau 971 kasus. (Catatan Tahunan
Komnas Perempuan, 2016)
Kekerasan/Kejahatan sendiri pada era globalisasi tidak hanya berbentuk kekerasan fisik
ataupun psikis, tetapi ada juga dalam bentuk Cyber crime.
Cyber crime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan/kekerasan masa
sekarang yang mendapat perhatian luas di dunia internasional. Kejahatan ini merupakan salah
satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negative sangat luas bagi
seluruh bidang kehidupan modern saat ini. Cyber crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang maupun kelompok dengan menggunakan sarana computer dan alat telekomunikasi
lainnya.
Salah satu bentuk Cyber crime menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik adalah Cyber Pornography, yang marak
dilakukan terhadap wanita sebagai korbannya.
Cyber Pornography dapat dilakukan secara individual, seperti penyebaran video porno atau
video serta foto telanjang tubuh wanita sehingga dapat dikonsumsi masyarakat.
Permasalahan ini mendapat perhatian serius dari dunia internasional, yaitu dengan adanya
The first World Congress Against Commercial Sexual Exploitation of Children, Stockholm,
27 - 31 Agustus 1996 dan International Conference on Combatting Child Pornography on
the Internet, Vienna, Hofburg, pada tanggal 29 September - 1 Oktober 1999. (Septiana,
2013)
Kejahatan pornografi (cyberporn) di Negara Republik Indonesia tentunya sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan teknologi
informasi saat ini telah menjadi pedang bermata dua, selain memberi kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana
efektif perbuatan melawan hukum.
PRESENTASI KASUS

Ny. Y (pelapor) seorang staff administrasi pertanahan pada kantor konsultan yang sedang
kuliah notariat di semarang yang berumur 29 tahun telah melaporkan kejahatan dan
kekerasan yang dilakukan oleh suaminya Tn. V(terlapor) yang berumur 28 tahun. Tn.V telah
melakukan kejahatan dalam bentuk Cybercrime, dengan cara meng-upload foto-foto dan
video Ny. Y yang sedang mandi (telanjang) sebanyak 5 kali.
Peristiwa berawal dari tanggal 24 november 2014, Ny. Y telah di talak oleh Tn. V di depan
keluarga suami. Setelah sebelumnya didapati oleh Ny. Y, di hp suami terdapat foto-foto
mesra suami dengan perempuan lain dan perempuan tersebut didapati telah hamil.
Ny. Y akhirnya kembali ke rumah orang tuanya di daerah Kelapa gading.
Pada tanggal 18 Desember 2014, Tn. V datang ke kantor Ny. Y dan menampar Ny. Y serta
memaksa untuk izin dari kantor dan pulang ikut bersamanya. Sesampainya di rumah, Tn. V
melakukan kekerasan fisik terhadap Ny. Y hingga menimbulkan kecacatan permanen.
Tanggal 10 maret 2015, Tn. V mengirim sms kepada ny. Y, yang isinya mengenai link
youtube dan menyuruh Ny. Y untuk membukanya. Tn. V mengaku bahwa dia mendapatkan
link tersebut dari seseorang yang bernama Astuti Widyastuti.
Karena tidak mendapat respon dari Ny. Y untuk membuka link tersebut, link youtube tersebut
di kirimkan oleh Tn. V kepada Ny. R melalui wall facebook. Kemudian karena paket internet
Ny. R tidak bisa membuka link tersebut dan isinya foto-foto Ny. Y salah satunya terdapat foto
bugil dan alat kelamin Ny. Y, Ny. R meminta Tn. C untuk membuka link tersebut, kemudian
mereka langsung menghubungi Ny. Y.
Selain kepada Ny. R, Tn. V juga mengirimkan link tersebut kepada sepupu ny.Y yaitu Ny. A
serta kepada Ny. N melalui SMS.
Selanjutnya, Ny. Y mengirimkan pesan kepada Ny. L, memberitahu soal link youtube beserta
isi dari link tersebut, dan meminta Ny. L untuk memberitahu, kemudian Ny. L memberitahu
kepada Ny. Y bahwa sudah dihapus videonya dari youtube.
Pada tanggal 11 maret 2015, Tn. V mengupload video tersebut ke youtube dan Tn. C sempat
membuka, melihat serta merekam video yang berisi foto-foto Ny. Y melalui handphone
miliknya. Kemudian, Ny. Y mengirimkan pesan kembali ke Ny. L untuk memberitahu
videonya ada lagi dan Ny. L memberitahu Tn. V untuk menghapusnya memberitahu Ny. Y
bahwa video tersebut sudah di hapus lagi dari youtube.
Tanggal 12 maret 2015, Tn. V mengupload lagi video tersebut ke youtube dan Ny. Y meminta
bantuan kepada Tn. Y untuk memblokir video youtube tersebut. Tn. Y sempat memaki
pemilik akun youtube tersebut. Setelah itu, Ternyata Tn. V menelfon Ny. Y marah-marah dan
mengatakan bahwa Tn. Y harus meminta maaf kepada Tn. V.
Pada tanggal 14 maret 2015, Tn. V kembali mengupload video tersebut ke youtube dan Tn. Y
sempat membuka, melihat serta mendownload video yang berisi foto-foto telanjang Ny. Y.
Kemudian Ny. Y menelfon kembali Ny. L untuk memberitahu Tn. V agar menghapus video
tersebut dari youtube.
Tanggal 15 maret 2015, pada pagi hari ada seseorang tidak di kenal menelfon Ny. Y mengaku
bernama Raditya, mengatakan bahwa ia melihat video dan foto Ny. Y di youtube. Kemudian
Ny. Y mengirimkan pesan kembali kepadan Ny. L untuk memberitahu Tn. V untuk
menghapus video tersebut lagi.
Karena merasa tertekan atas penyebaran aib yang dilakukan Tn. V, kemudian Ny. Y pun
meminta bantuan ke LBH APIK, dan melaporkan perkara yang sedang dihadapinya ke
POLDA yang lalu dirujuk ke POLRES JAKARTA UTARA.
DISKUSI KASUS

Kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) adalah bentuk penganiayaan (abuse) oleh
suami terhadap istri, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam rumusan lain, kekerasan
dalam rumah tangga didefinisikan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan atau terhadap pihak yang
tersubordinasi lainnya dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan kesengsaraan secara
fisik, seksual, ekonomi, ancaman psikologis termasuk perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang.
Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga di jelaskan dalam UU NO 23 Tahun 2004 Pasal 1
bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sangat rentan untuk menjadi korban
adalah kaum perempuan, hal ini terjadi karena ketidak mampuan fisik serta tidak memiliki
kekuatan serta kekuasaan dari perempuan, dan masih banyaknya anggapan dari masyarakat
bahwa perempuan kedudukannya lebih rendah dari laki laki.

Pada Pasal 1 ayat (3) Undang Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga menyebutkan, korban adalah orang yang mengalami kekerasan
dan/ancaman kekerasan dalam rumah tangga. Korban yang dimaksud bisa suami, anak,
istri, orang orang yang mempunyai hubungan darah atau kerabat dalam rumah tangga.
Namun yang akan menjadi penekanan dalam pembahasannya adalah perempuan sebagai
korban kekerasan dalam rumah tangga. (Wiyantaka e.t.c, )

Bentuk-bentuk kekerasan sebagaimana diatur dalam UU PKDRT sesungguhnya merupakan


cermin dari berbagai bentuk kekerasan yang sering terjadi dan menjadi fenomena umum di
tengah-tengah masyarakat. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana
disebutkan dalam Bab III pasal 5-9 UU PKDRT ini terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu:

Kekerasan Fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
Dalam konteks relasi personal, bentuk- bentuk kekerasan fisik yang dialami perempuan
korban, mencakup antara lain: tamparan, pemukulan, penjambakan, penginjak- injakan,
penendangan, pencekikan, lemparan benda keras, penyiksaan menggunakan benda tajam,
seperti pisau, gunting, setrika serta pembakaran. Sedangkan dalam konteks kemasyarakatan,
kekerasan fisik terhadap perempuan bisa berupa penyekapan ataupun pemerkosaan terhadap
pembantu perempuan oleh majikan ataupun pengrusakan alat kelamin (genital mutilation)
yang dilakukan atas nama budaya atau kepercayaan tertentu.
Kekerasan Psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Bentuk kekerasan secara psikologis yang dialami perempuan, seperti
caci makian, penghinaan, bentakan dan ancaman untuk memunculkan rasa takut.
Kekerasan Seksual. Bentuk kekerasan seksual, seperti pelecehan seksual dan perkosaan.
(Rahmawati, 2013)

Pada Kasus Ny. Y yang mendapatkan perlakuan dalam bentuk Cyber Pornography oleh
suaminya sendiri, dapat menyebabkan Kekerasan Psikis, karena Cyber Pornography
merupakan salah satu tindak kriminal atau tindak kejahatan yang sangat merugikan pihak
korban. Ada beberapa kasus cyber crime yang mempunyai dampak lebih besar dari pada
tindak kriminal didunia nyata karena kerugian dari cyber crime berupa data-data yang tidak
ternilai harganya dapat dirusak bahkan dicuri. Selain itu cyber crime tidak hanya memberi
dampak dari segi materiil saja. Akan tetapi juga memberi dampak psikis yakni di bidang
kesusilaan (Nisrina etc, 2015).
Pornografi, pada dasarnya memiliki substansi yang sama, yaitu setiap bahan atau materi yang
mengandung unsur penggambaran hal-hal mengenai seksual, sensualitas, alat kelamin dan
cabul, yang tidak senonoh, melanggar kesusilaan dan dapat merusak moral serta
merendahkan kemanusiaan.
Ada beberapa ancaman yang dibawa UU ITE tahun 2008 yang berpotensi menimpa
seseorang melakukan pencemaran nama baik dalam bentuk Cyber Pornography tersebut
yaitu ancaman pelanggaran kesusilaan:

Pasal 27 UU ITE TAHUN 2008

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Pasal 34 UU ITE TAHUN 2008

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau
memiliki:
perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau
secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;
sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu
yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan
memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk
melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem
Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.
.

Dapat di kenakan sanksi seperti dalam:

Pasal 45 ayat (1) UU ITE TAHUN 2008

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 51 ayat (2) UU ITE TAHUN 2008

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Selain itu delik yang berkaitan dengan pornografi juga diatur dalam Pasal 282 KUHP, yang
bunyinya sebagai berikut:

1) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan, gambaran atau benda,


yang diketahui isinya dan melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau
benda tersebut, memasukkan ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri,
atau mempunyai dalam persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannva atau menunjukkannya sebagai bisa
didapat. Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau denda
paling tinggi tiga ribu rupiah.

2) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan,


gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau barangsiapa dengan maksud untuk
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikinnya, memasukkannya
ke dalam negeri, meneruskan, mengeluarkannva dan negeri atau mempunyai dalam
persediaan, atau barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa
diminta, menawarkan atau menunjukkan sebagai bisa didapat, diancam jika ada alasan kuat
baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah.

3) Kalau yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama, sebagai
pencaharian atau kebiasaan, dapat dijatuhi pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak lima ribu rupiah.
Dalam pandangan hukum Islam, pengharaman pornografi terkait erat dengan pengaturan
menutup aurat dengan pemahaman tentang perzinahan. Dengan demikian, kriteria porno
dalam kamus Islam adalah semua produk (gambar, tulisan, suara dsb) yang
mempertontonkan, mendeskripsikan, menguraikan segala hal tentang aurat pria dan wanita,
atau proses hubungan rumah tangga tanpa tujuan yang dibenarkan syari seperti untuk
pendidikan, medis, hukum atau penelitian. (Saabah, )

Segala perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan dan melecehkan kehormatan seperti


cyberporn dan segala hal yang dapat mengarahkan kepada perzinahan adalah hal yang
diharamkan dalam Islam. Beberapa hal yang diatur dalam hukum Islam yang dapat
digunakan untuk menyimpulkan pengharaman tersebut yakni:
Islam mengharamkan melihat, memperlihatkan aurat dan mengatur tata cara berbusana.
Islam memerintahkan untuk menjaga kehormatan.
Islam mengharamkan tabarruj (memperlihatkan kecantikan).
Islam mengharamkan qurbuzzina (mendekati perbuatan zina).

Pengharaman zina misalnya, selain tentu saja melarang perbuatan zina itu sendiri, namun al-
Quran dengan sangat tegas melarang perbuatan-perbuatan yang akan membuat pelakunya
akan berbuat zina karena perbuatan pengantar zina yang dia lakukan. Allah SWT berfirman :



artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS.Al Israa 32)

Allah juga memberi terapi awal agar kaum mukminin terhindarkan dari
perilaku seks menyimpang dalam firman-Nya :

artinya:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan


pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (Q.S an-Nuur :
30).
Tidak boleh bagi seorang wanita menampakkan aurat, kecuali kepada orang-orang yang
merupakan mahram baginya. Dan kewajiban bagi para lelaki pun menutup dan menjaga aurat
wanita yang menjadi mahramnya.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Q.S
an-Nuur : 31)

Islam tidak mentoleransi berkembangnya pornografi dan pornoaksi di tengah masyarakat.


Segala tindakan yang dapat mengantarkan masyarakat pada perzinaan dan hancurnya akhlak
masyarakat wajib dihilangkan.

Pelaku cyber pornography jelas telah merusak akhlak, akal dan kehormatan yang merupakan
tujuan dari agama Islam yakni akhlaqul karimah. Jadi, dalam hal ini perbuatan cyber
pornography hukumnya haram. Tidak ada satupun ayat Al-Quran atau Hadist Nabi yang
mengatakan boleh mendekekati zina. Sesuai dengan fatwa MUI tentang pornografi dan
pornoaksi No. 287 tahun 2001, bahwa pornografi dan pornoaksi dalam bentuk apapun
hukumnya haram (Tahido, 2005)

KESIMPULAN
Terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sangat rentan untuk menjadi korban
adalah kaum perempuan, hal ini terjadi karena ketidak mampuan fisik serta tidak memiliki
kekuatan serta kekuasaan dari perempuan, dan masih banyaknya anggapan dari masyarakat
bahwa perempuan kedudukannya lebih rendah dari laki laki. Salah satu kejahatan di Era
Teknologi digital ini adalah Cyber Pornography. Cyber Pornography merupakan salah satu
tindak kriminal atau tindak kejahatan yang sangat merugikan. Cyber Pornography dapat
dilakukan oleh siapa saja atau individual yang bertujuan untuk mempertontonkan lekukan
tubuh telanjang seorang wanita dan mencemarkan nama baik wanita tersebut, termasuk pada
kasus ini dilakukan oleh suami dan yang menjadi korban adalah istrinya sendiri.
Di Indonesia telah di resmikan UU ITE tahun 2008 yang berpotensi menimpa seseorang
melakukan pencemaran nama baik dalam bentuk Cyber Pornography tersebut yaitu ancaman
pelanggaran kesusilaan Pasal 27, Pasal 34, Pasal 45, serta Pasal 51.
Menurut Hukum Islam perbuatan Pornografi dalam bentuk apapun, termasuk Cyber
Pornography, Haram dilakukan. Selain karena mempertontonkan aurat seseorang, Cyber
Pornography juga bisa mendekatkan diri pada zinah, yang jelas dilarang dalam Q.S Al- Israa
ayat 32 dan Fatwa MUI tahun 2001.

Anda mungkin juga menyukai