Anda di halaman 1dari 67

Mata Kuliah : PKKDM II

Koordianator M.K : Ns. Grace B. Polii, S. Kep.


Kelas : A Kelompok Praktek RS Tondano

ASKEP STROKE NON HEMORAGIC

Disusun oleh :
Makfud Boham (09061009)
Shintia Mangodeng (09061012)
Ivone Pande (09061013)
Desy Bawiling (09061016)
Endang Wangkanusa (09061019)
Dianasranni Tampanguma (09061023)
Fernando Hengkelare (09061030)
Nadia Runtunuwu (09061032)
Alfiester Reppi (09061037)
Ofrida Goyugut (09061052)
Feby R. Bawinti (09061055)
Dety Nusali (09061060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2011

i
PRA KATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya tim penulis telah berhasil menyusun dan menyelesaikan

ASKEP ini dengan baik. ASKEP ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas

yang diberikan oleh dosen mata kuliah PKKDM II untuk praktek RS.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen

Pembimbing RS yang sudah memberikan arahan dalam menyusun makalah ini,

juga buat Orang Tua tim penulis yang sudah memberi dukungan dalam menyusun

ASKEP ini, dan tidak lupa juga buat teman-teman kelas A Fakultas Keperawatan

2009 Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan ASKEP ini, serta semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam

proses pembuatan tugas ini.

Akhirnya, harapan tim penulis semoga Asuhan Keperawatan Kepada Pasien

dengan Stroke Non Hemoragik ini bermanfaat bagi pembaca. Tim penulis telah

berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan ASKEP ini, namun penulis

menyadari ASKEP ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

menyempurnakan ASKEP ini.

Manado, 01 Juni 2011

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

PRA KATA................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Definisi......................................................................................................1
1.2 Etiologi......................................................................................................1
1.3 Anatomi dan Fisiologi...............................................................................4
1.4 Patofisiologi...............................................................................................6
1.6 Patoflow.....................................................................................................8
1.6 Manifestasi Klinis....................................................................................10
1.7 Pemeriksaan Diagnosis............................................................................11
1.8 Terapi.......................................................................................................12
1.9 Komplikasi..............................................................................................14
1.10 Prognosis.................................................................................................14
1.11 Pencegahan..............................................................................................15
BAB II ASKEP TEORI..........................................................................................16
2.1 Data Dasar Pengkajian............................................................................16
2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional.....................22
BAB III ASKEP PADA KLIEN.............................................................................31
3.1 Pengkajian Data Dasar............................................................................31
3.2 Analisis Data Dan Diagnosa....................................................................42
3.3 Perencanaan/ Intervensi...........................................................................47
3.4 Implementasi Dan Evaluasi.....................................................................56
DAFTAR ISTILAH...............................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................63

ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak
atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.
Menurut Feigin, 2006 Stroke atau sering disebut juga dengan
cerebrovasculer accident adalah gejala kelainan neurologi akibat dari
penyakit pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling
destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan
keuangan yang besar pada pasien, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
(Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002, hal 2131).

1.2 Etiologi
1. Penyebab-penyebabnya antara lain:
a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih
distal disebut embolus.
b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan
iskemik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh

1
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,
benda asing. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang
yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri.
c. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).
Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan
kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau
permanen.
d. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan
menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah
yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau
irama jantung yang abnormal.

2
2. Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a. Aterosklerosis, Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan
ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh
darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin
karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima)
karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya
diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.
b. Infeksi, Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
c. Obat-obatan, Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat
menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan
mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d. Hipotensi, Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
3. Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
a. Hipertensi
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
c. Kelainan jantung / penyakit jantung,
d. Diabetes mellitus (DM),
e. Usia lanjut,
f. Polocitemia,
g. Peningkatan kolesterol (lipid total),
h. Obesitas,
i. Perokok,
j. kurang aktivitas fisik,

3
1.3 Anatomi dan Fisiologi
1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar
100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari
berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata
digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak
mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan
aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada
dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan
fungsi intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas
informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar
ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
temporalis, dan lobus oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi
gerakan dan
keseimbangan.
c. Batang otak,
Berhubungan dengan
tulang belakang,
mengendalikan
berbagai fungsi tubuh
termasuk koordinasi
gerakan mata,
menjaga
keseimbangan, serta
mengatur pernafasan
dan tekanan darah. Batang otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula
oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan
ke otak.

4
c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati
untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf
pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak
mata.
e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf
ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris )
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen, Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya
sebagai saraf penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis, Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di
dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis)
untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk
menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris, Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai
saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus, Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi
faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak.
j. Nervus vagus, Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung
saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru,
esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius, Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.

5
l. Nervus hipoglosus, Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai
saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

1.4 Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
a. Keadaan pembuluh darah.
b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran
darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke
otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksiakarena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotikatau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolusmenyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan
dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat

6
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

7
1.6 Patoflow Faktor-faktor penyebab / pencetus
Stroke Non Hemoragik

Terganggunya Kerja Jantung

Suplai darah dari ventrikel kiri

Jantung memompa darah ke seluruh tubuh/sistemik

Arteroklerosis

Trombosis Emboli

TIA

Suplai darah ke serebral menurun

Iskemia
NDx: Perubahan Perfusi
Jaringan

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan Otak NDx:


NDx:
Defisit Jar. Otak Kurang
Kurang Perawatan
Perawatan diri
diri
NDx: Kerusakan
Menelan

Reversibel Hemaparasis Ireversibel


Paralisis Afasia
Koma

Menurunnya Kesadaran Edema Jar. Otak


Bed Rest NDx: Gangguan Harga
diri NDx:
Kerusakan
Menelan
Dekubitus
Pneumonia 8
NDx:
NDx: NDx:
NDx: Kerusakan
Kerusakan
Kurang
Kurang Perawatan
Perawatan diri
diri Mobilitas
Mobilitas Fisik
Fisik

Inkontinensia Uri
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan
gangguan visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi
abnormal ; sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir
dan mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia,
bicara mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki)
disisi yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi
motorik dan sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7. Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat
hemoragi atau inarksi dan bisa memburuk.
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik.

9
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria
(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa

1.7 Pemeriksaan Diagnosis


1. Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan
luasnya perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis
dengan segera tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik
selama 48-72 jam.
c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema,
infark, hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu
mengidentifikasi area yang mengalami iskemia atau infarksi dan
pembengkakan serebral. MRI menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.

10
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan
aterosklerotik dalam arteri retina.
b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
d. Fungsi Lumbal
1) menunjukan adanya tekanan normal
2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

1.8 Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek
postur mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk
melakukan gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.

11
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan
untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan
mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan
maka perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)
2. Latihan weight bearing
Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.
Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada
persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).
3. Latihan keseimbangan dan koordinasi
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat
melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi
normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas
postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti,
2003).
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik
stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat
kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi.
4. Latihan aktifitas fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi
dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan
aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh
kepada orang lain.
Terapi suportif awal :
1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.
2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.
3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.
4. Pantau kadar glukosa darah
5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.

1.9 Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:

12
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,
terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus

1.10 Prognosis
Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat beraktifitas
semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal. Prognosis stroke
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe
stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan
keluarga.
Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk menurunkan
kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara fisik, mental,
emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di otak
yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk
kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia
(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan
melakukan kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara,
kehilangan penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi
tertentu seperti bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.

1.11 Pencegahan
1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan
tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui
berikut:
a. Berhenti merokok
b. Minum alcohol
c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.
d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.
e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.
f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.
g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.

13
h. Fokus pada diet rendah garam.
i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala
termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari
wajah atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi
adalah penyebab utama stroke.
2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:
a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.
b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.
c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat
dan meningkatkan sirkulasi.
d. Fokus pada diet yang sehat.
e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.

14
BAB II ASKEP TEORI

2.1 Data Dasar Pengkajian


1. Adapun hal yang perlu di kaji pada klien dengan penyakit SNH yaitu :
a. Identitas diri klien
1) Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Lama bekerja, Tgl Masuk RS.
2) Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat
yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
b. Status kesehatan saat ini
1) Alasan Kunjungan/Keluhan Utama,
2) Faktor Pencetus,
3) Lamanya keluhan,
4) Timbulnya Keluhan,
5) Faktor yang memperberat,
6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
7) Diagnosa Medik.

c. Riwayat kesehatan yang lalu


1) Penyakit yang pernah dialami,
2) Alergi,
3) Imunisasi,
4) Kebiasaan,
5) Obat obatan,
6) Pola Nurtisi,
7) Pola Eliminasi,
8) Pola tidur dan istirahat,
9) Pola Aktifitas dan Latihan,
10) Pola bekerja.
d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram
e. Riwayat lingkungan
f. Aspek psikososial
1) Pola piker dan persepsi
2) Persepsi diri
3) Suasana hati
4) Hubungan/ komunikasi
5) Kehidupan berkeluarga
6) Pertahanan koping
7) System nilai kepercayaan
8) Tingkat perkembangan

15
g. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit
2) pemeriksaan persistem
a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),
b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu & tempat),
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas),
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan
frekuensi),
e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peritaltik, eliminasi),
f) Sistem integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien),
g) Sistem reproduksi,
h) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) .
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
3. Pengkaian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subjektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data objektif:

16
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subjektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data objektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subjektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subjektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subjektif:
- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,
kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,
Peningkatan lemak dalam darah

17
Data objektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).
Obesitas ( faktor resiko )
f.Sensori neural
Data Subjektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan
fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.

18
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subjektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subjektif:
- Perokok ( faktor resiko )
i. keamanan
Data objektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j. Interaksi social
Data objektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
k. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah.

19
20
2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi,
vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Menunjukan tidak adanya kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan - Mempengaruhi penetapan intervensi.
keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi Kerusakan/kemunduran tanda/gejala neorologis atau kegagalan
serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK. memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan
pembedahan daan/atau pasien harus dipindahkan ke ruang
perawatan kritis untuk melakukan pematangan terhadap
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan peningkatan TIK.
bandingkan dengan keadaan normalnya/standar. - Mengetahui kecenderungan tingakat kesadaran
dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat : merupakan tanda terjadi thrombosis CVS baru.
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang - Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan
terbaca pada kedua lengan. serebral pada daerah vasomotor otak. Hipertensi/hipotensi
postural dapat menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi
karena syok. Penningkatan TIK dapat terjadi karena edema
adanya faktor pembekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia
dapat dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada ke dua
Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adnaya mur-mur. lengan.
- Perubahan terutama adanya bradikardia dapat
terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak. Distrimia dan
mur-mur mungkin mencerminkan adanya penyakit jantung
Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode yang mungkin telah menjadi pencetus CSV.
apnea setelah pernapasan hiperpentilas, pernapasan cheyne- - Ketidakteraturan pernapasan dapt memberikan
strokes. gambaran lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK dan
kebutuhan untuk intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan
4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi perlunya dukungan terhadap pernapasan.
terhadap cahaya. - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor
dan berguna dalam menentukan apakah batang otak tersebut
masih baik. Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya. Respon terhadap refleks cahaya
mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus dan saraf
5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kranial okulomotor.
gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi. - Gangguan penglihatan yang spesifik
mencerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasikan
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika keamanan yang harus mendapat perhatian dan mempengaruhi
pasien sadar. intervensi yang akan dilakukan.
- Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
7. Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam merupakan indikator dari lokasi/derajat gangguan serebral dan
posisi anatomis/netral. mungkin mengindikasikan penurunana/peningkatan TIK.
8. Pertahankan keadaan tirah baring ; ciptakan lingkungan yang - Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
tenang; batasi pengunjung/aktivvitas pasien sesuai indikasi. drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan, - Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat
batasi lamanya setiap prosedur. meningkatkan TIK istirahat total dan ketenangan mungkin
9. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dan pernapasan diperlukan untuk pencegahan terhadap pendarahan dalam kasus
yang memaksa (batuk terus-menerus). stroke hemoragik/pendarahan lainnya.
10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat, - Maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK dan
peka rangssang dan serangan kejang. memperbesar resiko terjadinya pendarahan
- Merupakan indikasi adanya iritasi maningeal.
Kejang dapt mencerminkan adanya peningkatan TIK/trauma
Kolaborasi : serebral yang memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.
11. Berikan oksigen sesuai indikasi.
12. Berikan obat sesuai indikasi :
antikoagulasi, seperti natrium warfarin (coumadin), heparin. - Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya
edema.
- Dapat digunakan untuk meningkatkan/
memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat
Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid (amicar). mencegah pembekuan saat embolus/trombus merupakan faktor
masalahnya. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
hipertensi sebagai akibat dari peningkatan resiko perdarahan.
Antihipertensi - Pengunaan dengan hati-hati dalam perdarahan
untuk mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan
berulang yang serupa.
- Hipertensi lama/ kronis memerlukan penanganan
yang hati-hati, sebab penenganan yang berlebihan
Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, papaverin, meningkatkan resiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan.
isoksupresin. Hipertensi sementara seringkali terjadi selama fase stroke akut
Steroid, deksametason. dan penangulangannya seringkali tanpa intervensi terapeutik.
- Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral
Fenitoin, fenobarbital. atau menurunkan vasospasme.
- Pengunaannya kontrolversial dalam
mengendalikan edema serebral.
Pelunak feses. - Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan /
atau untuk aktivitas sedatif. Catatan : Fenobarbital memperkuat
13. Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass kerja dari anti epilepsi.
mikrovaskuler. - Mencegah proses mengejan selama defekasi dan
14. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti yang berhubungan dengan peningkatan TIK.
masa protrombin, kadar dilantin. - Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi.

- Memberikan informasi tentang keefektifan


pengobatan/ kadar terapeutik.

2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis
hipotonik (awal), Paralisis spastis.
Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Mempertahankan integritas kulit.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal - Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat
dan dengan cara yang teratur. memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda
digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan - Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia
sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika jaringan. Daerh yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu. yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar
menimbulkan kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari - Membantu mempertahankan ekstensi pinggul
jika pasien dapat mentoleransinya. funngsional; tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas
terutama mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada - Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
semua ekstermitas saat masuk. Anjurka melakukan latihan membantu mencegah kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
seperti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak. perdarahan. Catatan; stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
pencetus adanya perdarahan berulang.
5. Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan - Mencegah kontrakur/footdrop dan memfasilitasi
papan kaki (footboard) selama periode paralisis flaksid, kegunaannya jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat
pertahankan posisi kepala netral. mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain
pihak paralisis spastik dapat mengarah pada deviasi kepala
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi kesalah satu sisi.
tegak, sesuai indikasi. - Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga
dapat menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat bantu untuk sindrom bahu-lengan.
pengaturan posisi atau alat pembalut selama periode paralisis - Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot
spastik. fleksor lebih kuat dibandingkan dengan otot ekstensor.
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi
pada tangan. - Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
9. Tinggikan tangan dan kepala
- Meningkatkan aliran balik vena dan membantu
10. Tempatkan hand roll keras pada telapak tangan dengan jari- mencegah terbentuknya edema.
jari dan ibu jari saling berhadapan. - Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi
jari-jari, mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi
11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi. normal (posisi anatomis).
12. Pertahankan kaki dalam posisi netral dengan - Mempertahankan posisi fungsional.
gulungan/bantalan trokanter. - Mencegah rotasi eksternal pada pinggul.
13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika memungkinkan.
- Penggunaan yang kontinu (setelah perubahan dari
paralisis flaksid ke spastik) dapat menyebabkan tekanan yang
berlebihan pada sendi peluru kaki, meningkatkan spastisitas,
14. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti dan secara nyata meningkatkan fleksi plantar.
meninggikan bagian kepala tempat tidur) - Membantu dalam melatih kembali jaras saraf,
15. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau meningkatkan respons propioseptik dan motorik.
tanda lain dari gangguan sirkulasi. - Jaringan yang mengalami edema lebih mudah
16. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol mengalami trauma dan penyembuhannya lambat.
secara teratur. - Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol
paling beresiko untuk terjadinya penurunan perfusi/iskemia.
Stimulasi sirkulasi dan memberikan bantalan membantu
17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin setelah tanda-tanda mencegah kerusakan kulit dan berkembangnya dekubitus.
vital stabil kecuali pada hemoragik serebral. - Membantu menstabilkan tekanan darah (tonus
vasomotor terjaga), meningkatkan keseimbangan ekstrenitas
dalam posisi normal dan pengosongan kantung kemih /ginjal
menurunkan resiko terjadinya batu kandung kemih dan infeksi
18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air dan bantu pasien karena urine yang statis.
untuk memindahkan berat badan dengan interval yang teratur. - Mencegah/menurunkan tekanan
19. Susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi koksigeal/kerusakan kulit.
dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi.
20. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan - Meningkatkan harapan terhadap
dengan menggunakan eksternitas yang tidak sakit untuk perkembangan/peningkatan dan memberikan perasaan
menyokong/menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kontrol/kemandirian.
kelelahan. - Dapat berespons dengan baik jika daerah yang
Kolaborasi sakit tidak menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan
21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate serta latihan aktif untuk menyatukan kembali sebagai bagian
mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus dari tubuhnya sendiri.
(seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi.
- Meningkatkan distribusi merata berat badan yang
menurunkan tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu
untuk mencegah kerusakan kulit/terbentuknya dekubitus.
Tempat tidur khusus membantu dengan letak pasien obesitas
(kegemukan), meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
22. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan terjadinya vena stastis untuk menurunkan resiko terhadap
resistif, dan ambulasi pasien. cedera pada jaringan dan komplikasi seperti pneomonia
ortostatis.
23. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperti TENS sesuai - Program yang khusus dapat dikembangkan untuk
indikasi. menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan
24. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesaui indikasi, tersebut dalam keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.
seperti baklofen, dantrolen. - Dapat membantu memulihkan kekuatan otot dan
meningkatkan kontrol otot volunter.
- Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
spastisitas pada ekstremitas yang terganggu.
3. Diagnosa : Kerusakan menelan, resiko tinggi terhadap kerusakan neuromuskuler/perseptual.
Tujuan : Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspirasi tercegah.
Mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri :
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara - Intervensi nutrisi/pilihan rute makanan di tentukan oleh faktor-
individual, catat luasnya paralisis fasial, gangguan lidah, faktor ini
kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB - Menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan
sesuai kebutuhan. meningkatkan kemampuan untuk menelan.
2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan - Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan
yang efektif, seperti : dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
3. Bantu pasien dengan mengontrol kepala. - Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
4. Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah kontrol muskuler.
makan. - Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang
5. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan
manual dengan menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu masukan.
jika di butuhkan. - Dapat meningkatkan gerakan dan kontrol lidah (pentingnya
6. Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu. untuk menelan) dan menghambat jatuhnya lidah.
7. Sentuh bagian pipih bagian dalam dengan spatel - Pasien dapat berkosentrasi pada mekanisme makan tanpa
lidah/tempatkan es untuk mengetahui kelemahan lidah. adanaya distraksi/gangguan dari luar.
8. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang. - Makanan lunak/cairan kental lebih mudah untuk
9. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair, mengendalikannya di dalam mulut, menurunkan resiko
makanan lunak ketika pasien dapat menelan air. Pilih/bantu terjadinya aspirasi.
pasien untuk memilih makanan yang kecil/tidak perlu - Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan
mengunyah dan mudah di telan, contoh : telur, agar-agar, resiko terjadinya tersedak.
makanan kecil yang lunak lainnya. - Menstimulasi upaya makan dan meningkatkan
10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum menelan/masukkan.
cairan. - Jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi
11. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan kebutuhan cairan dan makanan, harus dicarikan metode
pasien. alternatif untuk makan.
12. Pertahanakan masukan dan keluaran dengan akurat, catat - Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang
jumlah kalori yang masuk. meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu
13. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan atau makan.
kegiatan - Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
Kolaborasi: juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan
14. Berikan cairan melalui IV dan/atau makanan melalui selang. segala sesuatu melalui mulut.
BAB III ASKEP PADA KLIEN

3.1 Pengkajian Data Dasar


I. Identitas Diri Klien
N a m a : Ny. AN Tanggal masuk RS : 28 April 2011
Tempat/Tgl. Lahir : Tondano, 14 Oktober 1927 Pukul 12.15
U m u r : 83 tahun Sumber Informasi : Anak pasien
Jenis Kelamin : Perempuan Keluarga terdekat yang dapat
Alamat : Watulambot Ling III segera dihubungi (Orang Tua/Wali,
Suami, Istri, dan lain-lain): Anak
Status Perkawinan : Janda Pendidikan : SMA
A g a m a : Kristen Protestan Pekerjaan : Swasta
S u k u : Minahasa Alamat : Watulombat
Alamat : Kec. Singkil
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja :-

II. Status Kesehatan Saat ini


1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :
Penuruna kesadaran dialami sejak + 6 jam. Awalnya pasien sedang tidur,
setelah keluarga berusaha membangunkan pasien tidak sadar, lemah dan tidak
bergerak.
2. Faktor Pencetus :
Fakor usia, obat-obatan yg dikonsumsi sebelum sakit, riwayat penyakit yang
lalu (hipertensi), faktor makanan.
3. Lamanya Keluhan : + 6 jam SMRS
4. Timbulnya Keluhan : ( ) bertahap
() mendadak
5. Faktor yang memperberat : kondisi kesehatan
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri: -
Oleh orang lain langsung dibawa RS
7. Diagnosa Medik :
1. SNH Tanggal : 2 Mei 2011

II. Riwayat Kesehatan yang lalu


1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kanak Kanak : Tidak
b. Kecelakaan : Tidak
c. Pernah dirawat penyakit waktu Hipertensi + 5 tahun lalu
d. Operasi : tidak
2. Alergi :
Tipe Reaksi Tindakan
- - -
3. Imunisasi :
Tipe Reaksi Tindakan
Tidak ingat
4. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain
5. Obat obatan :
Amdixal 10 mg (1x1- 1/2 tab), Neurodex (1x1- 1 tab), Ranitidin, sandox
Lamanya: perbulan
Sendiri :
Orang lain (resep): Dokter
6. Pola Nurtisi :
Frekwensi makan :
Berat Badan : 46 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Jenis makanan : Makanan bergizi
Makanan yang disukai : Daging ayam, ikan mujair dan sayur ca.
Makanan yang tidak disukai : Tidak
Makanan pantang : Tidak
Nafsu makan : () baik
( ) Sedang alasan : mual/muntah/sariawan
( ) Kurang alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah kg
( ) tetap
() berkurang 3 kg
7. Pola Eliminasi :
1. Buang air besar
Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kekuningan
Konsistensi : padat
2. Buang air kecil
Frekwensi : normal
W a r n a : kuning encer
B a u : normal

8. Pola tidur dan istirahat


Waktu tidur (jam) : 10 malam
Lama tidur/hari : 6 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur : tidak
Kebiasaan saat tidur : tidak
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tidak puas setelah bangun
tidur
9. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : -
2. Olah Raga : - Jenis : tidak
- Frekwensi : tidak
3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : ()pergerakan tubuh
( ) mandi
( )mengenakan pakaian
( )bersolek
( )berhajat
( )sesak napas setelah mengadakan
aktifitas
()mudah merasa kelelahan
10. Pola bekerja :
1. Jenis pekerjaan : IRT Lama : sejak menikah
2. Jumlah jam kerja :- Lama : -
3. Jadwal Kerja :-
4. Lain-lain (sebutkan) :-

VI. Riwayat Keluarga


Genogram :

Ket: Laki-laki

Perempuan
Pasien SNH

Meninggal

V. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : baik
Bahaya : tidak
Polusi : baik

VI. Aspek Psikososial


1. Pola pikir & persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
() Kaca mata
( ) alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
( ) sering pusing
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( ) menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin
() membaca/menulis
2. Persepsi Diri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :
-
Harapan setelah menjalani perawatan:
-
Perubahan yang dirasa setelah sakit :
-

3. Suasana Hati : -
Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian
4. Hubungan/komunikasi
1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia
( ) jelas
( ) relevan Bahasa Daerah: dialek Manado
( )mampu mengekspresikan
( )mampu mengerti orang lain
2. Tempat Tinggal
( )sendiri
()bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu
3. Kehidupan Berkeluarga
- Adat istiadat yang dianut :
- Pembuat keputusan dalam keluarga : Pasien
- Pola komunikasi : baik
- Keuangan : () memadai
( ) Kurang
4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak saudara
( ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
( ) fertilitas ( ) menstruasi
() Libido ( ) kehamilan
( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi
2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :
-

6. Pertahanan Koping
1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri
() dibantu orang lain :
sebutkan Anak
2. Yang disukai tentang diri sendiri : -
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : -
4. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( ) lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : -
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :-
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan
2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
() Ya ( ) Tidak
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekwensi)
sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit, Sebutkan :
Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Last Age
Karakteristik : normal sesuai usia dan kulit keriput

VII. Pengkajian Fisik


Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhu tubuh : 370 C
- Denyut Nadi : 92 kali /menit
- Pernafasan : 26 kali /menit
- Tekanan Darah : 130/60 mmHg

Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan


Kepala : bentuk : simetris
Keluhan yang berhubungan : -
Pusing/sakit kepala : -

M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor:


Reaksi terhadap cahaya : pupil tidak bereaksi terhadap cahaya
Akomodasi : kurang baik
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : -
- Baik/kabur/tidak jelas : -
- Dua bentuk: -
- Rasa sakit : -
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah
Operasi tidak
Kaca mata : pasien mengguanakan kacamata untuk membaca
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak

Hidung : Reaksi Alergi : tidak


Cara mengatasinya tidak
Pernah mengalami flu : Pasien pernah mengalami
influensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering
Sinus normal perdarahan tidak ada

Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 4 bawah tercabut


Kesulitan/gangguan berbicara pasien tidak dapat berbicara
Kesulitan menelan paasien sulit untuk menelan
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah

Pernafasan : Suara paru : vesikuler


Pola Nafas : abdomen Batuk tidak
Sputum: tidak Nyeri: -
Kemampuan melakukan aktifitas sulit
Batuk darah -
Rontgen Foto terakhir tidak dilakukan Hasil tidak ada
Sirkulasi : Nadi Perifer 92 kali pemenit
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung normal
Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan
Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan
Nyeri : - Edema : tidak
Palpitasi Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan
Clubbing tidak ada
Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)
Syncobe Tidak
Rasa pusing : -
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm H2O

Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : baik


Rasa mual : - Muntah : tidak
Intake Cairan 6-7 gelas/hari

Eliminasi : Pola rutin ------


(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan
Colostomy Tidak diterapkan
Ileostomy Tidak diterapkan
Konstibasi tidak diterapkan
Diare tidak
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi Tidak ada
Nematuri - Catheter digunakan
Urine Output > 2000 ml
Reproduksi : Kehamilan ______________________
Buah dada _______________ Perdarahan
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil ________________________________________
Keputihan _____________________________________
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat tidak ada
Penggunaan Kateter digunakan

Neurologis : Tingkat kesadaran koma


Orientasi : pasien koma
Koordinasi : pasien tidak dapat menggerakkan anggota gerak
tubuhnya
Pola tingkah laku
Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada
Refleks tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien tidak dapat menggenggam
objek
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas terganggu
Muskuloskeletal : Nyeri -
Kekakuan -
Pola latihan gerak
Kulit : Warna : kemerahan seara umum
Integritas : kering
Turgor : sedang

Data Laboratorium:
Tanggal: 29 April 2011
Ureum 38 mg/dl 10-50
Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6
Cholestrol 267 mg/dl < 226
HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35
LDL: 158 mg/dl <150
Tanggal: 30 April 2011
Hb 13,9 L: 13,5-17,5/P:11,5-16,5
Leukosit 15.900/mm3 L: 4.000-10.000
LED 50/84 L: 20/1 jam / P:15/1 jam
Ureum 40 mg/dl 10-50
Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6
Uric acid 5,2 mg/dl L:2,0-7,0/P:2,0-5,7
Cholesterol 236 mg/dl <226
HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35
LDL: 164 mg/dl <150

Pengobatan di RS:
Inj Benocetam 3 gr/ 6 jam/IV

Bralin 500 mg/hr/IV

Levoxal 1 btl/hr/IV

Cernevit 1 vial/hr/dripe

NGT

Kateter

Pemasangan Oksigen 2 L/m

IVFD RL 20 gtt/mnt
3.2 Analisis Data Dan Diagnosa

No Data Etiologi Masalah NDx


1 DS: Faktor pencetus Perfusi Perubahan
Jaringan perfusi
- Anak
jaringan
Pasien mengatakan Terganggunya Kerja berhubungan
Jantung dengan
pasien tidak sadarkan
interupsi aliran
diri + 6 jam SMRS darah
Arteroklerosis
DO:
- KU:
Berat Penurunan Suplai darah ke
- Kes: serebral

Coma
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1)
TTV:
- Td:
130/60 mmHg
- N: 92
x/m
- R: 26
x/m
Pemeriksaan lab.
Tgl 30 April 2011
Cholesterol: 236 mg/dl
HDL: 49 mg/dl
LDL: 164 mg/dl
2 DS: Faktor pencetus Mobilitas Kerusakan
- Anak Fisik mobilitas fisik
berhubungan
Pasien mengatakan Terganggunya Kerja dengan
Jantung
pasien lemah dan keterlibatan
tidak bergerak. neuromuskuler
Arteroklerosis : paralisis
DO:
- Rentang
gerak pasien Penurunan Suplai darah ke
serebral
terganggu
- KU:
Hipoxia Jar. Otak
Berat
- Kes:
Coma Kerusakan otak
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1)
Edema Jar. Otak
TTV:
- Td:
Defisit Jar. Otak
130/60 mmHg
- N: 92
x/m Hemaparisis, Paralisis
- R: 26
x/m
3 DS: Faktor pencetus Kerusakan Kerusakan
- Anak komunikasi komunikasi
verbal verbal
Pasien mengatakan Terganggunya Kerja berhubungan
Jantung
pasien tetap tidak dengan
sadar walaupun sudah kerusakan
Arteroklerosis sirkulasi
dibangunkan.
serebral
DO:
- Pasien Penurunan Suplai darah ke
serebral
afasia
- KU:
Hipoxia Jar. Otak
Berat
- Kes:
Coma Kerusakan otak
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1)
Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Afasia

4 DS: Faktor pencetus Persepsi- Perubahan


- Anak sensori persepsi-
sensori
pasien mengatakan Terganggunya Kerja berhubungan
Jantung
pasien tetap tidak dengan defisit
sadar walaupun sudah jar. otak
Arteroklerosis
dibangunkan.
DO:
- Pasien Penurunan Suplai darah ke
serebral
tidak bisa merespon
panggilan
Hipoxia Jar. Otak
- KU:
Berat
- Kes:
Coma Kerusakan otak
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1)
Edema Jar. Otak
TTV:
- Td:
Defisit Jar. Otak
130/60 mmHg
- N: 92
x/m
- R: 26
x/m

5 DS: Faktor pencetus Kurang Kurangnya


- Anak Perawatan perawatan diri
diri berhubungan
pasien mengatakan Terganggunya Kerja dengan
Jantung
pasien lemah dan kerusakan
tidak bergerak. neuromuskuler
Arteroklerosis : penurunan
DO:
kekuatan dan
- Pasien ketahanan
tidak mampu Penurunan Suplai darah ke
serebral
beraktivitas secara
normal.
Hipoxia Jar. Otak
- Aktivitas
normal dibantu orang
lain (mis: bab, bak, Kerusakan otak

dll)
- KU: Edema Jar. Otak
Berat
- Kes:
Defisit Jar. Otak
Coma
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1) Hemaparisis, Paralisis
6 DS: - Faktor pencetus Gangguan Gangguan
DO: harga diri harga diri
berhubungan
- Kapasita Terganggunya Kerja dengan
Jantung
s fisik pasien untuk kurangnya
melaksanakan peran perawatan diri.
Arteroklerosis
terganggu
- KU:
Berat Penurunan Suplai darah ke
- Kes: serebral

Coma
- GCS: 3
Hipoxia Jar. Otak
(E:1, V:1, M:1)

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Hemaparisis, Paralisis

7 DS: Faktor pencetus Gangguan Kerusakan


- Anak menelan menelan
berhubungan
Pasien mengatakan Terganggunya Kerja dengan
Jantung
pasien lemah dan penurunan
tidak bergerak kesadaran
- Pasien Arteroklerosis

tidak sadar
DO: Penurunan Suplai darah ke
serebral
- Pasien
tidak bisa menelan
Hipoxia Jar. Otak
makanan karna
penurunan kesadaran
- KU:
Berat Kerusakan otak
- Kes:
Coma
Penurunan Kesadaran
- GCS: 3
(E:1, V:1, M:1)

Diagnosa Yang Di Prioritaskan


1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah.
2. Kerusakan mobilitas fisik behubungan dengan keterlibatan neuromuskular: paralisis.
3. Kerusakan menelan berhubungan dengan penurunan kesadaran.
3.3 Perencanaan/ Intervensi
Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Perubahan perfusi Diharapkan Tingkat Mandiri
jaringan Setelah dilakukan kesadaran 1. Tentukan faktor-faktor yang - Mempengaruhi
berhubungan tindakan membaik, TTV berhubungan dengan penetapan intervensi.
dengan interupsi keperawatan stabil tidak ada keadaan/penyebab khusus
aliran darah. diharapkan selama tanda-tanda selama koma/penurunan
DS: 3 hari pasien peningkatan perfusi serebral dan potensial
- Ana dapat tekanan terjadi peningkatan TIK.
k Pasien meningkatkan intrakranial. 2. Pantau/catat status neurologis - Mengetahui
mengatakan tingkat kesadaran sesering mungkin dan kecenderungan tingkat
pasien tidak biasanya atau DO: bandingkan dengan keadaan kesadaran dan potensial
sadarkan diri + 6 membaik, fungsi - K normalnya/standar. peningkatan TIK dan
jam SMRS kognitif dan U: Normal mengetahui lokasi, luas dan
DO: motorik sensori. - Ke 3. Pantau tanda-tanda vital, kemajuan kerusakan SSP.
- KU Menunjukkan TTV s: Compos seperti catat :
: Berat stabil dan tak ada Mentis - Adanya
- Kes tanda-tanda - G hipertensi/hipotensi, - Hipertensi/hipot
: Coma peningkatan TIK. CS: Normal bandingkan tekanan darah ensi postural dapat menjadi
- GC TTV: yang terbaca pada kedua faktor pencetus.
S: 3 (E:1, V:1, -Td: 120/80 lengan.
M:1) mmHg - Frekuensi dan
TTV: -N: 60-80 x/m irama jantung : auskultasi - Perubahan
- Td: -R: 16-20 x/m adnaya mur-mur. terutama adanya bradikardia
130/60 mmHg Pemerikksaan - Catat pola dan dapat terjadi sebagai akibat
- N: Lab: irama dari pernapasan, adanya kerusakan otak.
92 x/m - Cholesterol: seperti adanya periode - Ketidakteraturan
- R: < 226 mg/dl. apnea setelah pernapasan pernapasan dapt memberikan
26 x/m - HDL: L: >45/P: hiperpentilas, pernapasan gambaran lokasi kerusakan
Pemeriksaan lab. >35 mg/dl. cheyne-strokes. serebral/peningkatan TIK.
Tgl 30 April 2011 LDL: <150 mg/dl 4. Evaluasi pupil catat ukuran,
Cholesterol: 236 bentuk, kesamaan dan reaksi - Ukuran dan
mg/dl terhadap cahaya. kesamaan pupil ditentukan
HDL: 49 mg/dl oleh keseimbangan antara
LDL: 164 mg/dl persarafan simpatis dan
5. Catat perubahan dalam parasimpatis yang
penglihatan, seperti adanya mempersarafinya.
kebutaan, gangguan lapang - Gangguan
pandang/kedalaman persepsi. penglihatan yang spesifik
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih mencerminkan daerah otak
tinggi, seperti fungsi bicara yang terkena.
jika pasien sadar.
- Perubahan
dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari
lokasi/derajat gangguan
7. Letakan kepala dengan posisi serebral dan mungkin
agak ditinggikan dan dalam mengindikasikan
posisi anatomis/netral. penurunanan/peningkatan TIK.
- Menurunkan
8. Pertahankan keadaan tirah tekanan arteri dengan
baring ; ciptakan lingkungan meningkatkan drainase dan
yang tenang; batasi meningkatkan sirkulasi/perfusi
pengunjung/aktivvitas pasien serebral.
sesuai indikasi. - Aktivitas/stimul
9. Cegah terjadinya mengejan asi yang kontinu dapat
saat defekasi, dan pernapasan meningkatkan TIK istirahat
yang memaksa (batuk terus- total dan ketenangan.
menerus).
10. Kaji ragiditas nukal, - Manuver
kedutan, kegelisahan yang valsalva dapat meningkatkan
meningkat, peka rangssang TIK dan memperbesar resiko
dan serangan kejang. terjadinya pendarahan
Kolaborasi : - Kejang dapat
11. Berikan oksigen sesuai mencerminkan adanya
indikasi. peningkatan TIK/trauma
serebral yang memerlukan
perhatian dan intervensi
selanjutnya.
12. Berikan obat sesuai indikasi - Menurunkan
dari dokter. hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan
meningkat / terbentuknya
edema.
- Dapat
13. Pantau pemeriksaan digunakan untuk
laboratorium sesuai indikasi, meningkatkan/ memperbaiki
seperti masa protrombin, aliran darah serebral dan
kadar dilantin. selanjutnya dapat mencegah
pembekuan saat
embolus/trombus merupakan
faktor masalahnya.
- Memberikan
informasi tentang keefektifan
pengobatan/ kadar terapeutik.
2 Kerusakan Diharapkan Pasien dapat Mandiri
mobilitas fisik Setelah dilakukan mempertahankan 1. Kaji kemampuan secara - Mengidentifikas
behubungan tindakan posisi yang fungsional/ luasnya kerusakan i kekuatan/kelemahan dan
dengan keperawatan optimal, terjadi awal dan dengan cara yang dapat memberikan informasi
keterlibatan diharapkan selama peningkatkan teratur. mengenai pemulihan.
neuromuskular: 3 hari kondisi kekuatan dan 2. Ubah posisi minimal setiap 3 - Menurunkan
paralisis. pasien dapat fungsi bagian jam (Terlentang,miring) dan resiko terjadinya
menunjukan tubuh yang sebagainya dan jika trauma/iskemia jaringan.
DS: peningkatan terkena, pasien memungkinkan bisa lebih Kerusakan pada
- Ana kekuatan dan dapat sering jika diletakkan dalam kulit/dekubitus.
k Pasien fungsi bagian mendemonstrasik posisi bagian yang terganggu.
mengatakan tubuh yang terkena an perilaku yang 3. Letakkan pada posisi
pasien lemah dan atau kompensasi. memungkinkan terlengkuk satu kali atau dua - Membantu
tidak bergerak. Mempertahankan aktivitas. kali sehari jika pasien dapat mempertahankan ekstensi
integritas kulit. mentoleransinya. pinggul funngsional.
DO: DO: 4. Mulailah melakukan latihan
- Ren - Re rentang gerak aktif dan pasif
tang gerak ntang gerak pada semua ekstermitas saat - Meminimalkan
pasien terganggu pasien normal masuk. Anjurkan melakukan atrofi otot, meningkatkan
- KU - K latihan seperti latihan sirkulasi, membantu
: Berat U: Membaik quadrisep/gluteal, meremas mencegah kontraktur.
- Kes (normal) bola karet, melebarkan jari-jari
: Coma - Ke dan kaki/telapak.
- GC s: Compos 5. Sokong ekstermitas dalam
S: 3 (E:1, V:1, Mentis posisi fungsionalnya, gunakan - Paralisis flaksid
M:1) - G papan kaki (footboard) selama dapat mengganggu
TTV: CS: Normal periode paralisis flaksid, kemampuannya untuk
- Td: - TT pertahankan posisi kepala menyangga kepala, dilain
130/60 mmHg V netral. pihak paralisis spastik dapat
- N: - Td 6. Gunakan penyangga lengan mengarah pada deviasi
92 x/m : 120/80 mmHg ketika pasien berada dalam kepala kesalah satu sisi.
- R: - N: posisi tegak, sesuai indikasi.
26 x/m 60-80 x/m - Selama paralisis
- R: flaksid, penggunaan
16-20 x/m penyangga dapat
7. Evaluasi penggunaan dari menurunkan resiko
kebutuhan alat bantu untuk terjadinya subluksasio lengan
pengaturan posisi atau alat dan sindrom bahu-lengan.
pembalut selama periode - Kontraktur
paralisis spastik. fleksi dapat terjadi akibat
8. Tempatkan bantal dibawah dari otot fleksor lebih kuat
aksila untuk melakukan dibandingkan dengan otot
abduksi pada tangan. ekstensor.
9. Tinggikan tangan dan kepala. - Mencegah
adduksi bahu dan fleksi siku

- Meningkatkan
10. Tempatkan hand roll keras aliran balik vena dan
pada telapak tangan dengan membantu mencegah
jari-jari dan ibu jari saling terbentuknya edema.
berhadapan. - Alas/dasar yang
11. Posisikan lutut dan panggul keras menurunkan stimulasi
dalam posisi ekstensi. fleksi jari-jari.
12. Pertahankan kaki dalam
posisi netral dengan - Mempertahanka
gulungan/bantalan trokanter. n posisi fungsional.
13. Gunakan papan kaki secara - Mencegah rotasi
berganti, jika eksternal pada pinggul.
memungkinkan.
- Penggunaan
yang kontinu (setelah
perubahan dari paralisis
flaksid ke spastik) dapat
menyebabkan tekanan yang
14. Bantu untuk berlebihan pada sendi peluru
mengembangkan kaki, meningkatkan
keseimbangan duduk (seperti spastisitas, dan secara nyata
meninggikan bagian kepala meningkatkan fleksi plantar.
tempat tidur) - Membantu
15. Observasi daerah yang dalam melatih kembali jaras
terkena termasuk warna, saraf, meningkatkan respons
edema, atau tanda lain dari propioseptik dan motorik.
gangguan sirkulasi.
16. Inspeksi kulit terutama pada - Jaringan yang
daerah-daerah yang menonjol mengalami edema lebih
secara teratur. mudah mengalami trauma
dan penyembuhannya
17. Bangunkan dari kursi lambat.
sesegera mungkin setelah - Titik-titik
tanda-tanda vital stabil tekanan pada daerah yang
kecuali pada hemoragik menonjol paling beresiko
serebral. untuk terjadinya penurunan
18. Alasi kursi duduk dengan perfusi/iskemia.
busa atau balon air dan bantu - Membantu
pasien untuk memindahkan menstabilkan tekanan darah
berat badan dengan interval (tonus vasomotor terjaga),
yang teratur. meningkatkan keseimbangan
19. Susun tujuan dengan ekstremitas.
pasien/orang terdekat untuk - Mencegah/menu
berpartisipasi dalam runkan tekanan
aktivitas/latihan dan koksigeal/kerusakan kulit.
mengubah posisi.
20. Anjurkan pasien untuk
membantu pergerakan dan - Meningkatkan
latihan dengan menggunakan harapan terhadap
eksternitas yang tidak sakit perkembangan/peningkatan
untuk dan memberikan perasaan
menyokong/menggerakkan kontrol/kemandirian.
daerah tubuh yang - Dapat berespons
mengalami kelelahan. dengan baik jika daerah yang
Kolaborasi sakit tidak menjadi lebih
21. Berikan tempat tidur dengan terganggu dan memerlukan
matras bulat (seperti egg dorongan serta latihan aktif
crate mattress), tempat tidur untuk menyatukan kembali
air,alat flotasi, atau tempat sebagai bagian dari tubuhnya
tidur khusus (seperti tempat sendiri.
tidur kinetik) sesuai indikasi.
- Meningkatkan
22. Konsultasikan dengan ahli distribusi merata berat badan
fisioterapi secara aktif, yang menurunkan tekanan
latihan resistif, dan ambulasi pada tulang-tulang tertentu
pasien. dan membantu untuk
23. Bantulah dengan stimulasi mencegah kerusakan
elektrik, seperti TENS sesuai kulit/terbentuknya dekubitus.
indikasi. - Program yang
khusus dapat dikembangkan
24. Berikan obat relaksan otot, untuk menemukan
antispasmodik sesaui kebutuhan.
indikasi, seperti baklofen,
dantrolen. - Dapat
membantu memulihkan
kekuatan otot dan
meningkatkan kontrol otot
volunter.
- Mungkin
diperlukan untuk
menghilangkan spastisitas
pada ekstremitas yang
terganggu.
3 Kerusakan Diharapkan Mendemonstrasik Mandiri :
menelan Setelah dilakukan an metode makan 1. Tinjau ulang patologi/ - Intervensi nutrisi/pilihan
berhubungan tindakan tepat untuk kemampuan menelan pasien rute makanan di tentukan
dengan penurunan keperawatan situasi individual secara individual, catat luasnya oleh faktor-faktor ini.
kesadaran. diharapkan selama dengan aspirasi paralisis fasial, gangguan
3 hari keluarga tercegah. lidah, kemampuan untuk
DS: pasien dapat Mempertahankan melindungi jalan napas.
- Ana membantu perawat berat badan yang Timbang BB sesuai kebutuhan.
k Pasien dalam memberikan diinginkan. 2. Tingkatkan upaya untuk dapat
mengatakan metode makan melakukan proses menelan - Menetralkan hiperekstensi,
pasien lemah dan tepat untuk situasi DO: yang efektif. Bantu pasien membantu mencegah
tidak bergerak dan kondisi pasien - Ke dengan mengontrol kepala. aspirasi dan meningkatkan
- Pasi dengan aspirasi luarga 3. Letakan pasien pada posisi kemampuan untuk menelan.
en tidak sadar tercegah. memahami duduk/tegak selama dan - Menggunakan gravitasi
DO: Mempertahankan metode makan setelah makan. untuk memudahkan proses
- Pasi berat badan yang yang tepat. menelan dan menurunkan
en tidak bisa diinginkan. - Pa 4. Stimulasi bibir untuk menutup risiko terjadinya aspirasi.
menelan sien dapat dan membuka mulut secara - Membantu dalam melatih
makanan karna makan tanpa manual dengan menekan kembali sensori dan
penurunan bantuan alat ringan di atas bibir/dibawah meningkatkan kontrol
kesadaran medis dagu jika di butuhkan. muskuler.
- KU (mis:NGT) 5. Letakan makanan pada daerah
: Berat - K mulut yang tidak terganggu. - Memberikan stimulasi
- Kes U: Normal sensori yang dapat
: Coma - Ke mencetuskan usaha untuk
- GC s: Compos menelan dan meningkatkan
S: 3 (E:1, V:1, Mentis 6. Sentuh bagian pipih bagian masukan.
M:1) - GS dalam dengan spatel
- Dapat meningkatkan
C: Normal lidah/tempatkan es untuk gerakan dan kontrol lidah
mengetahui kelemahan lidah. (pentingnya untuk menelan)
dan menghambat jatuhnya
7. Berikan makan dengan lidah.
perlahan pada lingkungan yang - Pasien dapat berkosentrasi
tenang. pada mekanisme makan
tanpa adanya
8. Mulai untuk memberikan distraksi/gangguan dari luar.
makanan per oral setengah - Makanan lunak/cairan kental
cair, makanan lunak ketika lebih mudah untuk
pasien dapat menelan air. mengendalikannya di dalam
mulut, menurunkan resiko
9. Anjurkan pasien terjadinya aspirasi.
menggunakan sedotan untuk - Menguatkan otot fasial dan
meminum cairan. otot menelan dan
menurunkan resiko
10. Anjurkan orang terdekat terjadinya tersedak.
untuk membawa makanan - Menstimulasi upaya makan
kesukaan pasien. dan meningkatkan
11. Pertahanakan masukan dan menelan/masukkan.
keluaran dengan akurat, catat - Jika usaha menelan tidak
jumlah kalori yang masuk. memadai untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan
makanan, harus dicarikan
metode alternatif untuk
12. Anjurkan untuk berpartisipasi makan.
dalam program latihan atau - Dapat meningkatkan
kegiatan pelepasan endorfin dalam
otak yang meningkatkan
Kolaborasi: perasaan senang dan
13. Berikan cairan melalui IV meningkatkan nafsu makan.
dan/atau makanan melalui - Mungkin diperlukan untuk
selang. memberikan cairan
pengganti.
3.4 Implementasi Dan Evaluasi
Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU
Hari/
No Waktu NDx Implementasi Waktu Evaluasi TTD
Tanggal
1 Jumat, 09.00 0 1. Mengobservasi Ku pasien dan Kes. 12.30 NDx 1
06 Mei Pasien. Hasil: S: -
2011 Ku: berat. Kes: somnolent O:
09.00 1/3 2. Mengkaji TTV. Hasil : - Ku: berat
Td : 97/54 mmHg - Kes:
N : 58 x/m somnolent
R : 20 x/m - GCS: 6
St : 36,6 0 C - TTV:
09.15 1/7 3. Mengobservasi pupil klien, catat Td : 97/54 mmHg
ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi N : 58 x/m
terhadap cahaya. R : 20 x/m
Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil St : 36,6 0 C
tidak bereaksi terhadap cahaya dan A: Masalah utama belum teratasi.
akomodasi kurang baik. P: Intervensi lanjut:
09.20 1/11 4. Mempertahankan keadaan tirah 1. Mengobservasi Ku pasien dan
baring, lingkungan yang tenang; Kes. Pasien.
memberikan istirahat secara 2. Mengkaji TTV.
periodik. Hasil: kerjasama dengan 3. Mengobservasi pupil klien.
keluarga 4. Mempertahankan keadaan
09.30 1/10 5. Meletakkan kepala dengan posisi tirah baring.
+ agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi 5. Meletakkan kepala dengan
3/4 fowler posisi agak ditinggikan.

12.00 3/9 6. Memberikan/melayani makanan per NDx 2


+ oral setengah cair/makanan lunak via S:-
3/14 NGT. Hasil: O:
- Ku: berat
11.00 2/1 7. Mengubah posisi minimal setiap 2 - Kes:
jam. Hasil: posisi miring kiri dan somnolent
miring kanan (sims) - GCS: 6
11.15 2/4 8. Menggerakkan ekstremitas atas dan A: Masalah dalam Ndx 2 belum
bawah pasien. Hasil: menghindari teratasi.
adanya kekakuan P: Intervensi Lanjut:
11.30 2/9 9. Meninggikan tangan dan kepala 1. Mengubah posisi minimal
pasien. Hasil: memberikan bantal setiap 2 jam.
sebagai penyangga kepala dan 2. Menggerakkan ekstremitas
tangan atas dan bawah pasien.
3. Meninggikan tangan dan
kepala pasien.

NDx 3
S:-
O:Pasien masih tidak bisa
menelan penurunan kesadaran
A:Masalah pada NDx 3 belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1.Meletakkan kepala dengan Jumat, 06
posisi agak ditinggikan. Mei 2011
2.Memberikan/melayani
makanan per oral setengah
cair/makanan lunak via NGT.
2 Sabtu, 07 08.00 0 4. Mengobservasi Ku pasien dan Kes. 12.30 NDx 1
Mei 2011 Pasien. Hasil: S: -
Ku: berat. Kes: somnolent O:
08.00 1/3 5. Mengkaji TTV. Hasil : - Ku: berat
Td : 130/81 mmHg - Kes:
N : 67 x/m somnolent
R : 16 x/m - GCS: 6
St : 36 0 C - TTV:
08.15 1/7 6. Mengobservasi pupil klien, catat Td : 130/81 mmHg
ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi N : 67 x/m
terhadap cahaya. R : 16 x/m
Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil St : 36 0 C
tidak bereaksi terhadap cahaya dan A: Masalah utama belum teratasi.
akomodasi kurang baik. P: Intervensi lanjut:
08.30 1/11 7. Mempertahankan keadaan tirah 1. Mengobservasi Ku pasien dan
baring, lingkungan yang tenang; Kes. Pasien.
memberikan istirahat secara 2. Mengkaji TTV.
periodik. Hasil: kerjasama dengan 3. Mengobservasi pupil klien.
keluarga 4. Mempertahankan keadaan
09.00 1/10 8. Meletakkan kepala dengan posisi tirah baring.
+ agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi 5. Meletakkan kepala dengan
3/4 fowler posisi agak ditinggikan.

12.00 3/9 9. Memberikan/melayani makanan per NDx 2


+ oral setengah cair/makanan lunak via S:-
3/14 NGT. Hasil: O:
- Ku: berat
11.00 2/1 10. Mengubah posisi minimal setiap 2 - Kes:
jam. Hasil: posisi miring kiri dan somnolent
miring kanan (sims) - GCS: 6
11.15 2/4 11. Menggerakkan ekstremitas atas dan A: Masalah dalam Ndx 2 belum
bawah pasien. Hasil: menghindari teratasi.
adanya kekakuan P: Intervensi Lanjut:
11.30 2/9 12. Meninggikan tangan dan kepala 1. Mengubah posisi minimal
pasien. Hasil: memberikan bantal setiap 2 jam.
sebagai penyangga kepala dan 2. Menggerakkan ekstremitas
tangan atas dan bawah pasien.
3. Meninggikan tangan dan
kepala pasien.

NDx 3
S:-
O:Pasien masih tidak bisa
menelan penurunan kesadaran
A:Masalah pada NDx 3 belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1.Meletakkan kepala dengan
posisi agak ditinggikan. Sabtu, 07
2.Memberikan/melayani Mei 2011
makanan per oral setengah
cair/makanan lunak via NGT.
DAFTAR ISTILAH

Atherosclerosis : Bentuk arteriosklerosis dimana ateroma mengandung kolestrol,


bahan lipoid, dan lipofag yang terbentuk di dalam intima dan
media interna arteri berukuran besar dan sedang.

Maneuver : Tindakan yang terampil atau mahir (penderita disuruh


membongkok kedepan pada pinggang dengan dagu tetap keatas
dan lengan direntangkan kearah pemeriksa)

Endocharditis : Perubahan peradangan proliferatif dan eksudatif pada


endokardium, biasanya ditandai denganh adany vegetasi
dipermukaan endokardium atau di endokardiumnya sendiri, dan
paling sering mengenai katup jantung, tapi juga menyerang
lapisan dalam rongga jantung atau pada endokardium disegala
daerah.

Policitemia : Peningkatan jumlah total masa sel darah

Incontinentia : Kelainan hereditary dimana pada mulanya terjadi lesi veskular


dan kemudian lesi verikosa serta lesi kulit pigmentasi yang aneh
dan berhubungan disertai cacat pada mata, tulang dan sistem
saraf pusat

Diplopia : Persepsi adanya dua bayangan dari satu objek

Paralysis : Kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian


akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot.

Ischemia : defisiensi darah pada suatu bagian, biasanya akibat kontruksi


fungsional atau obstruksi actual pembuluh darah.
Hematoma : Pengumpulan darah setempat umumnya menggumpal, dalam
organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding pembuluh
darah.

Pneumonia : Radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.

Apraxia : Hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan bertujuan yang


sudah biasa dilakukan walaupun tidak terdapat gangguan
motorik atau sensorik, terutama ketidakmampuan untuk
menggunakan suatu objek dengan benar.

Anosognosia : Ketidakwaspadaan atau penyangkalan dari deficit neurologis,


seperti hemiplegia.

Hemiplegia : paralisis suatu sisi tubuh.

Nausea : Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada


epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah.

Serebro Vaskuler : Stroke

Aneunisme : Kantong yang terbentuk oleh lokalisasi, dilatasi dinding suatu


arteri, vena, atau jantung.

Insuficienci : tidak mampu melaksanakan tugas yang diberikan.

Oklusi : gerakan menutup atau gerakan tertutup; obstruksi atau sumbatan.

Hubungan gigi maksilar dan mandibular pada waktu berkontak


fungsional selama aktivitas mandibula.

Embolus/emboli : bekuan darah atau sumbatan lain (besarnya fragmen udara atau
fragmen kalsium)yang terbawa oleh darah dari satu pembuluh
darah dan terdesak ke dalam pembuluh yang lebih kecil,
sehingga menyumbat sirkulasi darah.
Stenosis : penyempitan atau striktura, duktus atau kanal.

Hemisfer : separuh dari sferis/struktur/organ yang berkurang berbentuk


bulat.

TIK : Tekanan intra kranial

Obstruksi arteri : arteri tersumbat

Devisiasi okuler : penyimpangan sikap ke dua bola mata ke satu arah

Inflamasi : reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang di


tandai oleh panas, nyeri dan gangguan fungsi organ tubuh.

Aparaksia : hilangnya kemampuan melakukan koordinasi pergerakan


anggota tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E, dkk. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Cetakan I. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Akperppnisolo. 2008, Sistem Persarafan Stroke Non Hemoragik. Blogspot.
Dalam http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/stroke-non-hemoragik. Diakses
pada 05 Mei 2011 pukul 20:00 WITA.
Anonim. 2000, Manifestasi Klinik Stroke Non Hemoragik. Blogspot. Dalam
http://www.infofisioterapi.com/manisfestasi-klinik-stroke.html. Diakses pada 05 Mei
2011 20:43 wita.
Anonim. 2000, Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik . Adobe Acrobat
Dokument. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-
garniscint-5431-2-babii.pdf. Diakses pada 05 Mei 2011 Pukul 19:22 WITA.
Boy. 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. Blogspot.
Bengkulu. Dalam http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-stroke/. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:01 WITA.
Hidayat. 2009, Stroke Non Hemoragik. Wordpress. Dalam
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/. Diakses
pada 05 Mei 2011 20:17 WITA.
Indeks . 2011, Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan I.
www.indeks-penerbit.com. Jakarta Barat. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 21:00.
Fariyansyah, Nurhadi Febrian. 2009, Patofisiologi Dan Diagnosis Stroke.
Blogspot. Dalam http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/02/patofisiologi-dan-
diagnosis-stroke.html. Diakses pada 06 Mei 2011 pukul 11: 05 WITA.
Wikipedia. 2000, Stroke. Wikipedia. Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:15 WITA.

Anda mungkin juga menyukai