Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
Latar Belakang
Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh
setiap warga negara, sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam upaya bela
negara. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam
rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3): Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, dan Pasal 30 Ayat (1):
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Di lihat dari kondisi geografinya, Indonesia dengan wilayah yang sangat luas yang
terdiri dari pulau-pulau menuntut strategi yang tepat untuk mempertahankan kedaulatan
NKRI. Selain itu Indonesia masih mempunyai sejumlah persoalan batas wilayah, baik
perbatasan darat maupun maritim yang hingga kini belum tuntas, sehingga menjadi sumber
potensi ancaman yang berdimensi pertahanan negara. Diantara ancaman faktual yang
menuntut sinergisme yang tinggi dan harus mendapat perhatian yang serius dan wajib
dipertahankan kedaulatannya, adalah ancaman terhadap konflik di wilayah perbatasan dan
keamanan pulau-pulau kecil terluar.
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang bela negara, dasar hukum bela negara dan bentuk-
bentuk usaha bela negara
2. Mengetahui hubungan antara kondisi infrastruktur di wilayah perbatasan dengan
loyalitas warga terhadap Indonesia
Bahan Presentasi
REPUBLIKA.CO.ID, KRAYAN -- Mata uang ringgit Malaysia (RM) berjaya dalam transaksi
perdagangan di perbatasan Indonesia-Malaysia. Sedangkan mata uang rupiah tidak berlaku
karena warga Malaysia enggan menggunakannya.
Hal itu terjadi di dua sisi tapal batas Indonesia-Malaysia, yaitu Desa Long Midang,
Kecamatan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, dan warga Desa
Bakalalan, Bandar Lawas, Negara Bagian Serawak (Malaysia).
"Mereka datang ke sini bawa ringgit dan kami ke sana harus bawa ringgit pula. Ini karena
posisi kami yang lebih banyak membutuhkan barang-barang mereka," kata Camat Krayan
Induk, Samuel St Padan, kepada Republika di Bandara Yuvai Semaring, Desa Long Bawan,
Senin (28/5).
WNI di sana banyak berbelanja sembako, bahan bangunan, hingga bahan bakar minyak ke
warga Malaysia. WNI juga juga menjual beras kualitas unggulan, kerbau, garam, dan
kerajinan rakyat ke sana.
"Kadang warga Malaysia datang ke wilayah Indonesia untuk jemput bola beli kerbau," kata
Samuel.
Dari Bandara Yuvei Semarik jarak ke perbatasan tersebut sekitar 10 km. Namun waktu
tempuh bisa mencapai 1 jam dengan sepeda motor atau dua jam dengan mobil.
"Jalan ke sana belum di aspal dan kondisinya banyak lubang," ungkap Bripka Pangeran L,
anggota Polres Nunukan.
Kondisi itu berbeda dengan jalanan di Desa Bakalalan (Malaysia). "Jalan di sana sudah
disemenisasi, sehingga bisa dilalui kendaraan dengan mulus," kata Pangeran.
"Ketergantungan itu antara lain terlihat dalam pemenuhan kebutuhan pokok yang dikonsumsi
setiap harinya, hampir seluruhnya merupakan produk asal Malaysia," kata Sannari, seorang
warga perbatasan di Ajikuning, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Senin.
Menurut Sannari, kondisi itu masih sulit dihindari mengingat masyarakat Pulau Sebatik dan
Kabupaten Nunukan secara umum, suplai sembako masih tergantung dari Malaysia, karena
sulitnya mendapatkan produk kebutuhan sehari-hari asal Indonesia. Selain mudah
mendapatkannya juga harganya lebih murah daripada produk asal Indonesia.
Sementara harga gula pasir asal Indonesia harganya mencapai Rp11.000 sampai Rp12.000
per kg bahkan lebih dari itu. Selain itu, untuk mendapatkan produk asal Indonesia sangat sulit
karena hanya ada di Kota Tarakan.
Bukan hanya sembako yang diperoleh dari Malaysia, Sannari yang mengaku berasal dari
Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan itu menambahkan juga bahan bangunan seperti
batu gunung, kerikil, semen, dan lain-lainnya semuanya berasal dari Malaysia.
Oleh karena itu, ketergantungan dengan negeri jiran Malaysia sangat sulit dihindari.
Februari 2016____Ada beberapa masalah yang sampai saat ini masih menjadi prioritas
pembenahan kata Tjahjo. Misalnya, masih ada 39 titik jalur tikus di Kepulauan Riau yang
menjadi pintu masuk narkoba dan barang ilegal. Kata Tjahjo, ada sekitar 120 WNA yang
bebas keluar masuk melalui perbatasan.
Tjahjo mengatakan selain masih banyak titik titik rawan yang menjadi pintu masuk illegal,
hingga kini masih ada beberapa perbatasan yang masih bermasalah dengan negara tetangga.
Hal ini mengakibatkan tak jarang dari warga sekitar yang memiliki identitas ganda, baik
identitas Indonesia maupun Malaysia.
Masalah perbatasan antara sepanjang Kalimantan dengan Malaysia. Tjahjo mengatakan salah
satu kendalanya adalah tapal batas yang masih menjadi perdebatan. "Satu langkah bisa
langsung masuk ke Malaysia, langkah mundur ke Indonesia," ujar Tjahjo saat meresmikan
gedung baru BNPP, Kamis (19/5).
Tjahjo mengatakan hal tersebut harus segera diselesaikan pada tahun depan. Sebab
menurutnya, hal ini sesuai dengan tujuan pemerintah yang ingin menjaga kedaulatan bangsa.
Ia mengatakan, salah satunya adalah dengan menugaskan kepada Badan Nasional
Pengelolaan Perbatasan (BNPP) untuk menggarap komponen seperti membangun Gapura,
membenahi tapal batas dan membangun tugu yang mencirikan Indonesia. Meski begitu,
nantinya BNPP bertugas untuk mengkordinir seluruh rencana program pembangunan yang
Kementerian Lembaga lakukan untuk membangun dan mengelola perbatasan.
Untuk menjaga perbatasan sendiri, Tjahjo mengatakan sudah berkordinasi dengan Panglima
TNI untuk mengerahkan kekuatannya untuk membangun perbatasan. Salah satu tugas dari
TNI adalah membuka jalan yang selama ini masih berupa hutan dan rawa. TNI nantinya
selain bertugas berjaga di seputaran perbatasan, juga akan membangun pangkalan udara dan
pelabuhan.
Tjahjo mengatakan, saat ini sendiri sudah ada pembangunan paralel yang dikerjakan oleh TNI
di poros perbatasan sepanjang 400 kilometer. Selain itu, sudah ada 10 pangkalan udara
ukuran sedang yang bisa memuat pesawat militer dan pesawat perintis. Selain itu, juga
peremajaan 10 fasilitas pelabuhan.
"Akan ada penambahan Kodam di Moratai, Kodam di Sultra, Kodam di Kalbar dan di NTT.
Ini target kita sehingga perbatasan harus dijaga dengan baik," ujar Tjahjo.