Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti :
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Peningkatan nilai tambah
batubara yang paling sederhana adalah melalui operasi peremukan atau crushing dari
bongkahan besar menjadi ukuran yang masuk dalam persyaratan dan pencampuran
atau blending antara batubara kualitas rendah atau tidak masuk dalam spesifikasi
dengan batubara kualitas relative tinggi sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi
teknis pembeli.
Peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan pencuci
atau washing dengan tujuan untuk menurunan kadar abu. Pencucian dapat
menghilangkan mineral-mineral yang mengandung abu dan sulfur. Peningkatan juga
dapat dilakukan dengan mengolah batubara menjadi briket atau menjadikan produk
dengan bentuk fisik dan kimiawinya telah berbeda, seperti menjadi bahan bakar cair
atau liquefaction dan bahan bakar gas atau gasifikasi. Preparasi batubara adalah
mempersiapkan batubara sedemikian rupa dengan ukuran tertentu untuk proses
selanjutnya
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana proses pembentukan batubara
b) Bagaimana proses pencucian batubara
c) Bagaimana tahap preparasi pada batubara
1.3 Tujuan
a) Mengetahui proses pembentukan batubara
b) Mengetahui proses pencucian batubara
c) Mengetahui tahap preparasi pada batubara
1.4 Manfaat
Dapat mempelajari proses pembentukan batubara hingga mengetahui cara
meningkatkan kualitas batubara dengan pencucian dan preparasi.

TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pembentukan Batubara

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti :
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :

Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-
situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan
sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan
batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak
pengotor (kandungan abu cenderung tinggi).

Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang


terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 -
10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam
bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut. Tahap pembatubaraan (coalification)
merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh
pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu
terhadap komponen organik dari gambut. Pada tahap ini prosentase karbon akan
meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses ini
akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya
mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta
antrasit.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu
dan tekanan.

Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara
dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai
zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun
yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat
(C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut
pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis
maturitas organik rendah.

Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk
bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara.
Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan.

Disamping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara,
maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu
rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang
rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga
rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.

2.1.1 Jenis-Jenis Batubara


Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses
coalification, maka secara umum dikenal beberapa rank batubara yaitu

1. Peat/ gambut, (C60H6O34) dengan sifat :

a) Warna coklat

b) Material belum terkompaksi

c) Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi

d) Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah

e) Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi

f) Sangat mudah teroksidasi

g) Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.

2. Lignit/ brown coal, (C70OH5O25 ) dengan ciri :

a) Warna kecoklatan
b) Material terkornpaksi namun sangat rapuh
c) Mempunyai kandungan air yang tinggi
d) Mempunyai kandungan karbon padat rendah
e) Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
f) Mudah teroksidasi
g) Nilai panas yang dihasilkan rendah.
3. Subbituminous (C75OH5O20) - Bituminous (C80OH5O15) dengan ciri :

a) Warna hitam
b) Material sudah terkompaksi
c) Mempunyai kandungan air sedang
d) Mempunyai kandungan karbon padat sedang
e) Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
f) Sifat oksidasi rnenengah
g) Nilai panas yang dihasilkan sedang.

4. Antrasit (C94OH3O3) dengan ciri :

a) Warna hitam mengkilat

b) Material terkompaksi dengan kuat

c) Mempunyai kandungan air rendah

d) Mempunyai kandungan karbon padat tinggi

e) Mempunyai kandungan karbon terbang rendah

f) Relatif sulit teroksidasi

g) Nilai panas yang dihasilkan tinggi.

2.1.2 Peningkatan Nilai Tambah Batubara

Peningkatan nilai tambah batubara yang paling sederhana adalah melalui operasi
peremukan atau crushing dari bongkahan besar menjadi ukuran yang masuk dalam
persyaratan dan pencampuran atau blending antara batubara kualitas rendah atau
tidak masuk dalam spesifikasi dengan batubara kualitas relative tinggi sehingga
memenuhi persyaratan spesifikasi teknis pembeli.
Peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan pencuci atau
washing dengan tujuan untuk menurunan kadar abu. Pencucian dapat menghilangkan
mineral-mineral yang mengandung abu dan sulfur. Peningkatan juga dapat dilakukan
dengan mengolah batubara menjadi briket atau menjadikan produk dengan bentuk
fisik dan kimiawinya telah berbeda, seperti menjadi bahan bakar cair atau
liquefaction dan bahan bakar gas atau gasifikasi.

2.2 Preparasi

Preparasi batubara adalah mempersiapkan batubara sedemikian rupa dengan ukuran


tertentu untuk proses selanjutnya. Berikut beberapa tahap preparasi :

2.2.1 Pengeringan udara/Air Drying


Pengeringan udara jika batubara tersebut terlalu basah untuk diproses.
Pengeringan udara dilakukan pada suhu ambient sampai suhu maksimum yang
dapat diterima. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan ini bervariasi
tergantung dari typical batubara yang akan dipreparasi, hanya prinsipnya
batubara dijaga agar tidak mengalami oksidasi saat pengeringan.
2.2.2 Pengecilan ukuran
Pengecilan ukuran adalah proses pengurangan ukuran tanpa menyebabkan
perubahan apapun pada massa.

Contoh: Batubara dari tambang (ROM) diangkut ke pabrik pengolahan lalu di


masukkan ke dalam hopper dan diumpankan ke grizzly. Grizzly berfungsi
memisahkan fraksi bartubara berukuran +300 mm dengan -300 mm dan posisinya
tepat dibawah hopper. Ukuran batubara yang lebih kecil dari 300 mm akan jatuh
melewati grizzly dan akan menjadi umpan pada proses selanjutnya (crushing).
Sementara ukuran yang lebih besar dari 300 mm tidak akan tembus grizzly
sehingga dilakukan pengecilan secara manual menggunakan hammer breaker
sebelum memasuki proses selanjutnya. Kemudian dilakukan proses peremukan
awal ( primary crushing) yang bertujuan unutk mereduksi fraksi batubara -300
mm menjadi ukuran 150mm dengan menggunakan alat seperti single roll crusher
selanjutnya dilakukan pengayaan (screening ) tahap awal yang bertujuan untuk
mengelompokkan batubara berdasarkan ukurannya dengan menggunakan alat
vibrating screen untuk memisahkan fraksi ukuran +150 mm dan -150 mm. Fraksi
-150 mm adalah umpan untuk secondary crusher sedangkan +150 mm
diresirkulasi sebagai umpan crusher primer untuk diremuk ulang. Proses
perumukan sekunder ini bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara -150
mm menjadi ukuran rata rata 50 mm dengan menggunakan alat seperti double roll
crusher. Tahap selanjutnya yaitu pengayakan tahap akhir dengan menggunakan
alat vibrating screen untuk memisahkan ukuran -50 mm dan +50 mm. Fraksi -50
mm adalah produk dari proses pengolahan ini yang digunakan untuk tahap
selanjutnya sedangan +50 mm di resirkulasi sebagai umpan crusher sekunder
untuk diremuk ulang.

2.2.3 Mixing atau Pencampuran


Mixing / pencampuran adalah proses pengadukan agar diperoleh campuran yang
homogen.
Pencampuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
a. Metode manual : menggunakan riffle atau dengan membentuk dan
membentuk kembali timbunan berbentuk kerucut
b. Metode Mekanis : menggunakan Alat Rotary Sample Divider (RSD)

2.2.4 Pembagian atau Dividing


Proses untuk mendapatkan sample yang representatif dari gross sample tanpa
memperkecil ukuran butir. Sebagai aturan umum, pengurangan sample ini harus
dilakukan dengan melakukan pembagian sample.
Pembagian dilakukan dengan metode manual (riffling atau metode increment
manual) dan metode mekanis (Rotary Sample Divider)
2.3 Pencucian

Pencucian ialah usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas batubara, agar
batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu. Termasuk didalamnya
pembersihan untuk mengurangi impurities anorganik.

Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian secara
mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis dari
material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relatif dari batubara dan
impuritiesnya serta kekuatan dan kekerasan.

Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada
sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania,
West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat
batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-
negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari
1%) dari berat batubara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum
mencapai cerobong asap.

Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah memecah
batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada
sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini
dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai
"fool's gold dapat dipisahkan dari batubara.

Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam
tangki besar yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran
sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batubara dari pengotor- pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada
batubara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe
sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya.
Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batubara dengan bahan kimia yang
membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah
terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari proses
pencucian kimia ini.

Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun
setelah 1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk
membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum gas ini naik menuju
cerobong asap.

Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang
menyebutnya "scrubbers" karena mereka menggosok sulfur keluar dari asap yang
dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.

Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah metode pencucian


mana yang akan diterapkan untuk mempersiapkan batubara sesuai keperluan pasar,
dan apakah pencucian masih diperlukan, karena pada prinsipnya batubara dapat dijual
langsung setelah ditambang. Kenyataannya penjualan langsung setelah ditambang
tidak berarti produsen memperoleh keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam
memutuskan ini perlu dimasukan juga pertimbangan komersial.

Untuk menentukan kesesuaian alat yang digunakan dalam mencuci batubara syarat
yang diperlukan adalah ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik gravity
dan kapasitas produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara lain dapat dipilih
Dense Medium Separation, Concentration Table, Jig dan Flotasi.

Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor, dipakai
berbagai jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat-sifat batubara dari mineral
pengotor. Perbedaan tersebut dapat berupa sifat fisik atau mekanik dari butiran
tersebut, seperti halnya berat jenis, ukuran, warna, gaya sentripetal, gaya sentrifugal
ataupun desain peralatan itu sendiri.
Pencucian batubara dilakukan karena batubara hasil penambangan bukanlah batubara
yang bersih, tetapi masih banyak mengandung material pengotor. Pengotor batubara
dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di alam saat pembentukan batubara itu
sendiri, yang disebut dengan Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan
dari operasi penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous impurities.

Dengan demikian pencucian batubara bertujuan untuk memisahkan dari material


pengotornya dalam upaya meningkatkan kualitas batubara sehingga nilai panas
bertambah dan kandungan air serta debu berkurang.

Batubara yang terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan kualitas batubara
itu sendiri sehingga tidak dapat diandalkan dalam upaya penjualan ke konsumen.
Pada umumnya persyaratan pasar menghendaki kandungan abu tidak lebih dari 10 %,
dan pada umumya menghendaki nilai panas yang berkisar antara 6000-6900 kcal/kg.

Batubara dari tambang terbuka dan tambang dalam harus dipisahkan terlebih dahulu
dari material pengotornya yang ditimbun terlebih dahulu di Coal Yard.

Dengan bantuan Whell Looader, raw coal dimuat ke hopper, umpan dari hopper ini
dipisahkan melalui grizzly, sehingga batubara yang memiliki ukuran diatas 75 mm
akan dimuat ke Picking Belt yang selanjutnya akan dipisahkan dari material
pengotornya melalui hand picking secara manual, sedangkan batubara yang
berukuran -75 mm akan dijadikan umpan pencucian.

Proses pencucian batubara pada washing plant dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap preparasi umpan (persiapan umpan) pada pencucian perlu dilakukan dengan
tujuan :
a. Memperoleh ukuran butir yang cocok dengan desain peralatan pencucian.
b. Supaya kotoran mudah terliberasi dari tubuh batubara.

Dalam tahap preparasi kegiatan yang dilakukan pemisahan Raw Coal kasar (+75
mm) pemisahan raw coal kasar ini terjadi di Chain Conveyor yang dibawahnya di
pasang grizzly yang berukuran 75 mm.

2. Tahap Pra pencucian Tujuan dari tahap ini adalah menghilangkan material
pengotor yang melekat pada batubara dan mengurangi batubara yang berukuran
-0,5 mm.

Dalam tahap pra pencucian kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Prewetting (pembahasan awal)


b. Descliming

3. Tahap pencucian dan pengurangan kandungan air


Tahap pencucian ini terjadi di dalam baum jig dan hydrocyclone

1. Alat-alat pada pencucian batubara


Hydrocycl Ji
one g
2.

2. Alat-alat pada preparasi batubara

Hopp RS
er D

Hammer Double Roll


Breaker Crusher
III. KESIMPULAN

Dari makalah yang telah kami buat,kami menyimpulkan bahwa batubara


adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik.
Batubara terbentuk melalui 2 tahap yaitu penggambutan dan pembatubaraan.
Dalam nyatanya, batubara dapat langsung dijua dalam bentuk bongkahan yang
barusaja di tambang, namun tidak menghasilkan keuntungan yang besar, oleh
sebab itu diperlukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaiki mutu btubara guna
memenuhi permintaan pasar. Perbikan mutu ini dapat dilakukan dengan
pencucian yang sebelumnya dilakukan prepaasi telebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

https://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/pengolahan-batubara/

http://infostudikimia.blogspot.co.id/2016/07/proses-pembentukan-batu-bara.html

http://sopyanyusuf.blogspot.co.id/2011/01/preparasi-batubara.html

https://www.academia.edu/5448002/Proses_Pencucian_batubara

http://www.ptba.co.id/id/knowledge/index/5/terjadinya-batubara

http://www.slideshare.net/dayatlamp/pengaruh-permintaan-konsumen-terhadap-
preparasi-dan-pencucian-batubara-dari-rom-run-of-mine-hingga-ke-pemasaran
MAKALAH

TEKNOLOGI BATUBARA

Disusun oleh

Andini Gabriella Rante Tasak 121150124


Zaera Regitta P 121150131

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai