Css Airway Management
Css Airway Management
AIRWAY MANAGEMENT
DISUSUN OLEH :
Preceptor:
PENDAHULUAN
Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam
suatu tindakan anestesi. Beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam
anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan napas untuk berjalan dengan baik.
muscle relaxant. Obat ini dapat menyebabkan lumpuhnya semua otot lurik,
termasuk otot pernapasan. Oleh karena itu, pada tindakan anestesi perlu dilakukan
Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan
PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Anatomi
karena daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring.
Batas hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.
Bila hipofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini
Hilangnya tonus otot jalan nafas bagian atas pada pasien yang dianestesi
menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh kebelakang kearah dinding posterior
faring. Jaw thrust merupakan teknik yang sering dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas. Untuk membebaskan jalan nafas, jalan nafas buatan (artificial airway)
dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung untuk menimbulkan adanya aliran
udara antara lidah dengan dinding faring bagian posterior (Gambar 5-4).
Bila face mask dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan digunakan
untuk melakukan ventilasi dengan tekanan positif dengan memeras breathing bag.
Face mask dipasang dimuka pasien dan sedikit ditekan pada badan face mask
dengan ibu jari dan telunjuk. Jari tengah dan jari manis menarik mandibula.
Tekanan jari-jari harus pada mandibula, bukan pada jaringan lunak yang
menopang dasar lidah karena dapat terjadi obstruksi jalan nafas. Jari kelingking
ditempatkan dibawah angulus mandibularis dan digunakan untuk jaw
thrust manuver yang paling penting untuk dapat melakukan ventilasi pasien.
Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw
thrust yang adekuat dan face mask yang rapat. Karena itu diperlukan seorang
asisten untuk memompa bag (gambar 5-8). Obstruksi selama ekspirasi dapat
disebabkan karena tekanan kuat dari face mask atau efek ball-valve dari jaw
thrust.
LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask atau TT.
Kontraindikasi untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring (misalnya
abses), sumbatan faring, lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia hiatal),
atau komplikasi pada penyakit paru rendah (misalnya penyakit restriksi jalan
nafas) yang memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30 cm H2O.
Laringoskop
Terdapat dua jenis laringoskop yang dapat digunakan bila laringoskop biasa tidak
bisa digunakan, yaitu Laringokop Bullard dan laringoskop Wu.
Keduanya memiliki sumber cahaya fiberoptic dan blade yang melengkung
dengan ujung yang panjang, dan didesain untuk membantu melihat muara glotis
pada pasien dengan lidah besar atau yang memiliki muara glotis anterior. Banyak
dokter anestesi percaya bahwa alat dapat mengantisipasi pasien yang memiliki
jalan nafas sulit.
Intubasi Trakea
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. American Society of Anesthesiologists: Practice guidelines for
management of the difficult airway: An updated report. Anesthesiology
2013; 118:xxxx
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. 2009. Ilmu dasar Anestesi in
Petunjuk Praktis Anestesiologi 2nd ed. Jakarta: FKUI.
3. Mangku G dan Tjokorda G, 2010. Ilmi Anestesia dan Reanimasi. Jakarta :
Macanan Jaya Cemerlang.
4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Breathing System in Clinical
Anesthesilogy 4th ed. McGraw-Hill; 2007.
5. Stock MC. Respiratory Function in Anesthesia in Barash PG, Cullen BF,
Stelting RK, editors. Clinical Anesthesia 5th ed. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins; 2006, p. 791-811