Anda di halaman 1dari 12

Paper Proses Industri Kimia

Kelompok 1
Disusun Oleh :
Fera Yulian Fitri (3335141138)
Fairas Ariq (3335140362)
Hilmi Abubakar S (3335140308)
Herlan Febrianda (3335141374)
Irfan Farid (3335140206)
Oktaviani (3335140392)
Wahyu S. (3335140644)

DESTILASI
Destilasi adalah teknik di mana dua atau lebih zat dengan titik didih yang berbeda dapat
dipisahkan satu sama lain. Sebagai contoh, air tawar dapat diperoleh dari air laut (air yang
mengandung garam) dengan distilasi. Ketika air laut dipanaskan, air berubah menjadi uap
yang dapat dikondensasikan dan ditangkap. Garam dalam air laut tetap di belakang.

Pengertian Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan keampuan zat untuk menguap. Saat suhu
dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini
akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung
pada wadah terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula
(Sutresna, 2002). Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih
cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran
dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan. Sebagai contoh ada sebuah
campuran yang didalamnya terdapat dua zat, aitu zat A dan zat B. Zat A mempunyai titik
didih sekitar 120o C sedangkan zat B mempunyai titik didih sebesar 80o C. Zat A dapat
dipisahkan dengan zat B dengan cara mendestilasi campuran tersebut pada suhu sekitar 80o C.
Pada suhu tersebut, zat B akan menguap sedangkan zat A tetap tertinggal.Pada praktiknya zat
cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin
(kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada kondensor
digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke
atas, hal ini bertujuan supaya air tersebut dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor
sehingga akan dihasilkan proses pendinginan yang sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini akan dialirkan dan
kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah
terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula. Prinsip dari
destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan dan suhu tertentu.
Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan
dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat
yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang
diinginkan adalah bagian bagian campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya
maka proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Destilasi adalah sebuah
aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama
menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan
larutanaslinya. Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi
sempurna. Tetapi jika kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan
terjadi sebagian, akan tetapi destilat atau produk akan menjadi kaya pada suatu komponen
dari pada larutan aslinya.
Misalnya, larutan garam (NaCl) dimasukkan pada lab dimana pada bagian atas dari
labu dipasang alat pengukur suhu atau thermometer. Larutan garam di dalam labu dipanasi
dengan menggunakan pembakar Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam tersebut akan
mendidih dan sebagian akan menguap. Uap tersebut dilewatkan kondensor, dan akan
terkondensasi yang ditampung pada erlemeyer. Cairan pada erlemeyer merupakan destilat
sebagai air murni. Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa
bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan
berbeda.
Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap
dipisahkan dari cairan, maka uap tersebut dikondensasikan, selanjutnya akan didapatkan
cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah
menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari
kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar
komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi.

Prinsip Destilasi
Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari
tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya
dan memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai
uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai
residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian campurannya yang tidak teruapkan dan
bukan destilatnya maka proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi
(Bernasconi, 1995)

Prinsip Umum
Berbeda dengan contoh sebelumnya, distilasi ini paling sering digunakan untuk
memisahkan dua atau lebih cairan dari satu sama lain. Bayangkan campuran tiga cairan, A, B,
dan C. A memiliki titik didih 86 F (30 C); B memiliki titik didih 104 F (40 C); dan C
memiliki titik didih 122 F (50 C). Bensin biasa adalah campuran seperti itu, kecuali bahwa
hal itu terdiri dari lebih banyak dari tiga komponen. Campuran tiga cair yang dijelaskan di
atas ditambahkan ke dalam labu destilasi, seperti yang ada di gambar terlampir dari setup
distilasi. Campuran dalam labu dipanaskan oleh kompor Bunsen atau peralatan lainnya. Suhu
campuran cairan naik hingga mencapai titik didih salah satu cairan dalam labu. Dalam contoh
kita, cairan yang A, yang mendidih pada 86 F. Liquid A mulai mendidih ketika suhu di
dalam labu mencapai 86 F. Ternyata menjadi uap pada suhu tersebut, naik dalam labu
penyulingan, dan melewati keluar dari lengan labu ke dalam kondensor. Kondensor terdiri
dari tabung panjang yang dikelilingi oleh tabung yang lebih besar. Tabung luar mengandung
air, yang masuk di dekat bagian bawah kondensor dan daun dekat bagian atas. Air melewati
jaket luar kondensor mendinginkan uap melewati ban dalam. Uap kehilangan panas dan
mengembun (berarti perubahan kembali ke cairan). Mengalir dari kondensor dan menjadi
penerima wadah-botol atau gelas kimia ditempatkan dalam posisi untuk menangkap cairan.
Cairan (liquid A) yang sekarang dikenal sebagai distilat, atau produk dari distilasi. Sementara
itu, suhu dalam labu penyulingan tidak berubah, seperti yang ditunjukkan oleh termometer di
mulut termos. Panas ditambahkan ke dalam campuran cair digunakan untuk menguapkan
cairan A, untuk tidak menaikkan suhu campuran. Suhu yang akan mulai naik hanya ketika
cairan A telah benar-benar mendidih. Dengan menonton termometer, oleh karena itu, seorang
pengamat bisa tahu kapan cair A telah sepenuhnya dihapus dari campuran cairan. Pada saat
itu, penerima yang mengandung murni cair A dapat dihapus dan diganti dengan receiver baru.
Setelah cairan A telah mendidih, suhu dalam labu penyulingan mulai bangkit kembali. Ketika
mencapai 104 F, cair B mulai mendidih pergi, dan urutan kejadian yang diamati dengan
cairan A diulang. Akhirnya, sampel murni A, B, dan C dapat dikumpulkan.

Prinsip Destilasi
Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan
salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama
dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyarannya adalah kemudahan
menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu dengan yang
lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut praktis selalu
terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak mungkin dicapai
sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan mempunyai tekanan uap
yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh jika cairan yang sukar
menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat diabaikan.

Proses Destilasi
Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini
dapat dilakukan secara tak kontinu atau kontinu, pada tekanan normal ataupun vakum. Pada
destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi taak kontinu. Dalam hal ini
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap dan dididihkan.
Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu komponen yang mudah menguap
terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya dengan kehadiran udara permukaan.
Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan uap dari larutan sama dengan tekanan
udara di permukaan cairan.
Secara umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong tanpa
perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan yang
dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali ke lat penguap.
Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap
dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
Penampungan destilat dalam sebuah bejana
Pengeluaran residu dari alat penguap
Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam sebuah
bejana.

Tipe Destilasi dan Jenis Alat Destilasi


Tipe Destilasi
1. Destilasi Konvensional
Distilasi konvensional merujuk pada distilasi sederhana yang sering dilakukan di
laboratorium pendidikan. Proses distilasi berlangsung jika campuran dipanaskan dan
sebagian komponen volatil menguap naik dan didinginkan sampai mengembun di
dinding kondensor. Destilat ini ditampung di sebuah tempat baru. Pada distilasi
sederhana ini tidak digunakan refluks sebagai kolom fraksionasi. Destilat akan
diembunkan dan dialirkan turun ke tempat penampungan seperti terlihat pada Gambar
5.9. Dalam distilasi sederhana memang tidak terjadi fraksionasi pada saat kondensasi
karena komponen campuran tidak banyak. Jika campuran terdiri dari banyak komponen
maka cara sederhana ini tidak dapat digunakan karena kondensat atau destilat yang
didapat masih merupakan campuran juga.

Pada praktiknya, distilasi sederhana sangat sulit untuk mernisahkan komponen


campuran dengan sempurna. Destilat yang tertampung masih berupa campuran dan
harus dianalisis lebih lanjut. Distilasi konvensional juga sangat tidak praktis untuk
mernisahkan campuran berkomponen banyak. Di lain pihak distilasi sederhana sering
digunakan untuk tujuan pemurnian sampel dan bukan pemisahan kimia dalam arti
sebenarnya. Distilasi sederhana juga sering digunakan untuk keperluan di laboratorium
kirnia untuk menggambarkan proses pernisahan sederhana

2. Destilasi Fraksional
Distilasi fraksional sangat bergantung pada kondisi campuran yang akan
dipisahkan. Jumlah piring teoretis yang dilukiskan dalam persamaan Fenske dan secara
operasional masih ada beberapa koreksi dari apa yang telah dikemukakan pada
persamaan Fenske. Metode McCabe- Thielle memperhitungkan garis aktual yang
berbeda dari garis operasi ideal (garis X = Y). Dengan demikian, dalam metode ini ada
garis baru di dekat garis operasi yang memperhitungkan kemungkinan perbedaan
komposisi cair dan uap yang diasumsikan konstan. Rasio refluks dalam hal ini memang
sangat bergantung pada kondisi eksperimen, campuran yang dipisahkan dan hasil yang
diharapkan.
Jika dibandingkan dengan distilasi sederhana biasa, distilasi fraksi minyak bumi
dapat digunakan sebagai contoh. Pada Gambar 5.10 digambarkan perubahan titik didih
lawan persentase destilat yang memiliki pola berbeda antara distilasi fraksional dengan
100 piring teoretis dan distilasi sederhana biasa. Pada distilasi fraksional setiap
pemisahan komponen dilukiskan dengan bagian kurva yang mendatar dan berubah
menurut temperatur. Pada distilasi biasa di mana tidak digunakan pemisahan fraksi-
fraksi destilat karena kondisi eksperimennya. Dengan sendirinya tidak ada garis
mendatar pada grafik temperatur vs persentase destilat. Untuk tujuan pemurnian sering
digunakan distilasi sederhana.
3. Destilasi Vakum
Distilasi vakum dilakukan dengan menurunkan tekanan, dari beberapa ratus
mmHg sampai 0,001 mmHg atau hampir vakum. Tujuan utamanya adalah menurunkan
titik didih cairan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan jika senyawa-senyawa target
mudah terdekomposisi pada titik didihnya atau jika titik didih senyawa target susah
untuk dicapai. Tambahan lagi, volatilitas relatif juga meningkat jika tekanan
diturunkan.
Dengan demikian, rancangan peralatan distilasi tidak sederhana karena
memerlukan sistem tertutup. Kolom distilasi biasanya mempunyai desain sebagai
kolom berisi dan tertutup (packed column) untuk distilasi fraksional. Distilasi vakum
tinggi (high vacuum distillation) dilakukan untuk tekanan 1-50 mmHg. Di bawah 1 mmHg
distilasi dilakukan dengan kolom fraksionasi khusus.
Distilasi vakum sangat berhubungan dengan distilasi fraksional. Untuk kolom
fraksionasi besaran yang digunakan untuk menentukan keberlangsungan proses adalah
HETP (height equivalent to a theoreticai plates) di mana harga HETP rendah merupakan
indikasi sistem yang baik.

4. Destilasi Uap
Distilasi uap dilakukan untuk mernisahkan komponen campuran pada
temperatur lebih rendah dari titik didih normal komponen-komponennya. Dengan cara
ini pernisahan dapat berlangsung tanpa merusak komponen-komponen yang hendak
dipisahkan. Cara ini dapat dipilih jika komponen-komponen yang dipisahkan sensitif
terhadap panas dan harus dijaga.
Ada dua cara melakukan distilasi uap. Yang pertama adalah dengan
menghembuskan uap secara kontinu di atas campuran yang sedang diuapkan. Cara
kedua adalah dengan cara mendidihkan senyawa yang dipisahkan bersama dengan
pelarut yang diuapkan. Komponen yang dipisahkan dididihkan bersama-sama dengan
pelarutnya. Tekanan parsial dari komponen ini secara bertahap akan mencapai
kesetimbangan tekanan total sistem.
Dalam model distilasi uap ini temperatur dari komponen yang dipisahkan dapat
diturunkan dengan cara menguapkannya kepada uap pembawa (carrier), biasanya uap
pelarut. Temperatur penguapan dalam hal ini lebih rendah dari temperatur didih
senyawa-senyawa yang dipisahkan. Hal ini juga untuk menjaga agar senyawa-senyawa
komponen yang dipisahkan tidak rusak karena panas. Jika pelarutnya air maka uap
pelarut adalah uap air. Uap pelarut ini akan membawa serta komponen
5. Destilasi Azeotropik
Tipe distilasi semacam ini biasa digunakan untuk campuran azeotropik di mana
komponen campuran yang dipanaskan bersama-sama membentuk titik azeotropik
karena sifat kimia yang berbeda dari komponen-komponen yang ada dalam campuran.
Dengan demikian, pemisahan bertahap dengan cara distilasi biasa tidak
menguntungkan. Biasanya hal ini diatasi dengan menambahkan sebuah senyawa lain
yang akan mengubah volatilitas relatif dari senyasenyawawa- dalam campuran agar
mudah dipisahkan. Senyawa-senyawa aditif ini biasa disebut sebagai "entrainer" yang berupa
senyawa-senyawa yang mengubah "sisa" dari proses distilasi pada komposisi tertentu.
Kebanyakan sistem azeotropik membentuk titik didih bersama di bawah titik didih normal
masing-masing komponen. Sistem ini disebut mempunyai sebuah minima. Ada beberapa
sistem azeotropik memiliki sebuah maksima, namun yang sering terjadi adalah sistem-sistem
yang memiliki minima. Gambaran mengenai proses distilasi dari campuran yang mempunyai
minima dapat dilihat pada Gambar 5.11.
Sebagai contoh, komposisi (1) dan (2) didapat dari dua buah temperatur distilasi
sistem azeotrop dengan sebuah minima. Atau dalam satu temperatur kita mendapatkan dua
buah komposisi A maupun B yang jauh berbeda. Hal ini menyulitkan pemisahan secara
teknis. Dalam temperatur yang mirip kita dapatkan dua buah komposisi A dan B sekaligus.

6. Destilasi Ekstraktif
Metode ini adalah gabungan dari metode distilasi dan metode ekstraksi.
Metode ekstraksi terjadi melalui pelarutan senyawa target pada pelarut yang dapat
memisahkan berdasarkan tipe molekul, dan dilain pihak metode distilasi terjadi
dengan pendidihan dan perubahan fase komponen menjadi gas. Walaupun demikian,
tipe distilasi ini tidak terlalu menguntungkan sehingga jarang digunakan untuk
pemisahan analitik.
Distilasi ekstraktif mirip dengan distilasi azeotropik dalam hal penambahan
senyawa lain untuk mempermudah proses pemisahan. Dalam hal ini entrainer disebut
juga pelarut yang melakukan ekstraksi karena senyawa yang ditargetkan dapat larut
dengan baik dalam pelarut yang dipilih. Pelarut yang diberikan dimaksudkan untuk
mengubah volatilitas relatif salah satu komponen dan mengubah titik didih campuran.
Namun, berbeda dengan distilasi azeotropik, pelarut atau entrainer ini sebaiknya sangat
tidak volatil dan mempunyai interaksi spesifik dengan salah satu dari komponen
campuran, dengan kata lain, pelarut sanggup melarutkan senyawa komponen dengan
baik. Dengan demikian, campuran yang menyatu dengan entrainer ini akan menempati
labu distilasi di bagian bawah karena massa jenis lebih besar sehingga mudah
dipisahkan.
Salah satu contoh penggunaan distilasi ekstraktif ini adalah untuk memisahkan
benzena dan sikloheksana dengan menggunakan fenol sebagai pelarut pengekstraksi.
7. Sublimasi
Sublimasi pada dasarnya adalah perubahan fase dari padat menjadi uap tanpa
melalui fase cair. Dengan demikian, proses perubahan fase ini dapat disebut sebagai
distilasi padatan. Biasanya cara ini ditempuh untuk menjaga keutuhan senyawa-senyawa
yang tidak tahan panas dan harus dilakukan preparasi pada temperatur rendah. Jika
tekanan uap senyawa yang disublimasi cukup rendah (di bawah tekanan atmosfir) maka
distilasi sublimasi dilakukan pada tekanan rendah pula.
Cara lain yang mempunyai prinsip ini adalah dengan eara mengalirkan gas inert
yang tidak mudah mengembun pada waktu sublimasi. Gas ini bereampur dengan uap
hasil sublimasi dan pada saat eampuran didinginkan, uap akan menyublim lagi menjadi
padatan. Proses ini juga sering disebut sebagai sublimasi ekstraktif di mana gas yang
dialirkan disebut sebagai pelarut atau ekstraktor. Distilasi sublimasi ini juga mirip
dengan distilasi uap di mana gas pembawa ini dianalogikan dengan uap pembawa yang
membantu pengembunan dan pemisahan fraksinya.

Proses sublimasi dapat diilustrasikan dengan diagram tiga fase seperti pada
Gambar 5.12. Pada kurva sublimasi (kurva AB) adalah daerah kesetimbangan gas-padat
di mana proses sublimasi terjadi. Kurva penguapan BC juga analog dengan kurva
sublimasi namun untuk perubahan fase cair-gas dan sebaliknya.
Salah satu faktor yang menyulitkan proses ini adalah memanaskan sampel padat untuk
menyublimkannya tanpa melelehkan padatan. Aliran panas yang diberikan harus
membuat gas segera terbentuk dengan kecepatan sublimasi yang tepat agar padatan
tidak melebur. Di lain pihak, proses kondensasi dari gas menuju fase padat lagi tidak
mudah juga untuk dilakukan, karena laju pemadatan kembali juga harus diatur. Hal ini
sering kali menyebabkan penumpukan padatan pada kondensor dan proses distilasi
sublimasi akan terhenti sampai kondensor dibersihkan.

8. Distilasi sederhana
Adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih komponen zat cair yang
memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer yang normal. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol.

9. Distilasi Bertingkat/Fraksionasi
Adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didihnya yang berdekatan. Distilasi ini juga dapat digunakan
untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari Distilasi jenis ini digunakan pada industri
minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan
Distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini
terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap kolomnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari kolom-
kolom di bawahnya. Sehingga komponen yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan
tetap berada di bawah dan tidak bisa melewati kolom-kolom fraksionasi tersebut sedangkan
yang titik didihnya paling rendah akan naik dan lolos dari kolom fraksinasi dan terpisah dari
zat lainnya.

Jenis Alat Destilasi

Peralatan destilasi yang paling sederhana terdiri atas :

a) Penguap ( alat penguap labu, pipa atau lapisan tipis )

b) Pipa uap

c) Siklon bila perlu

d) Kondensor berupa alat penukar panas tak langsung

e) Penampung Tergantung pada jenis destilasi, kadang-kadang diperlukan alat-alat lain seperti
pompa vakum ( untuk destilasi vakum ), pompa cairan ( pada destilasi kontinu ), dekander,
dan alat-alat penguap khusus.

Jenis-Jenis alat destilasi yang digunakan :

Destilasi Molekuler
Destilasi Uap

Destilasi refluks
Komponen Alat Destilasi dan Fungsinya
Fungsi komponen dalam distilasi

1. Labu distilasi
Sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Terdiri dari :
a) Labu dasar bulat
b) Labu erlenmeyer khusus untuk distilasi atau refluks.

2. Steel head
Sebagai penyalur uap / gas yang akan masuk ke pendingin, dan biasanya labu distilasinya
sudah dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.

3. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama proses distilasi
berlangsung dan thermometer yang digunakan harus beskala suhu tinggi diatas titik didih zat
cair yang akan didistilasi dan ditempatkan pada labu distilasi atau steel head.

4. Kondensor
Memiliki 2 celah, yaitu celah masuk untuk aliran uap hasil reaksi dan celah keluar untuk air
keran.
5. Labu didih
Biasanya selalu berasa / keset yang berfungsi untuk sebagai wadah sampel. Contohnya untuk
memisahkan alkohol dan air.

6. Aerator
Untuk menyalurkan air kedalam kondensor dan mengeluarkan air dari dalam kondensor

7. Batu didih
Untuk menyeimbangkan panas suatu sampel bahan kedalamnya.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/distilasi

http://gedehace.blogspot.com/2009/03/ kuliah/destilasi/distilasi-part-1.html

http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03

Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. 2007.

Hendayana, sumar. Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.

Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.


Khopkar, S. M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 2010.

Menggunakan Pemanas Elektrik. Manado: Teknik Elektro-FT. UNSRAT. 2013.

Purba,Michael. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Ristiyani, Janik. 2008 .Laporan praktikum Kimia Organik II . Sintesis Klorofom .


Yogyakarta: Laboratorium UIN Sunan Kalijaga

Rusli, 2013. Pemisahan Kimia Untuk Universitas. Bandung. Erlangga.

Soebagio. 2003. Kimia Analitik II. Jakarta : IMSTEP.

Walangare, K. B. A, A. S. M. Lumenta, J. O. Wuwung, B. A. Sugiarso. Rancang Bangun Alat


Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana
Auliani, 2011. Penuntun Praktikum DDPA. Gorontalo. Winda.

Anda mungkin juga menyukai