Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan situasi dan kondisi di berbagai negara-negara di dunia, khususnya di


negara-negara berkembang, dari waktu ke waktu tidak luput dari berbagai permasalahan
yang menjadi sorotan dan perhatian masyarakat internasional. Masalah tersebut mulai dari
adanya konflik, kekerasan, sampai silih bergantinya berbagai bencana alam. Namun
perhatian masyarakat terhadap hal tersebut, umumnya bersifat si ngkat atau jangka pendek,
sedangkan untuk yang berjangka panjang sering kali kurang mendapat perhatian. Pada hal,
bencana, konflik, dan tindakan kekerasan lain sering kali menyisakan persoalan psikologis
yang dapat berjangka panjang, yaitu timbulnya Ganguan Stress Pasca Trauma -GSPT
(Post Traumatic Stress Disorder - PTSD). Menurut Ibrahim (Pitaloka, 2006) kemungkinan
terjadiya GSPT ini dapat sampai dengan jangka 30 tahun. Bahkan menurut Rice (Fahrudin,
2005) dapat berlangsung sepanjang hayat.

Namun, peristiwa Tsunami di NAD pada tahun 2004 seolah menjadi momentum
bagi sebagian kalangan pakar psikologis, social, dan kesehatan untuk menaruh kepedulian
terhadap pentingnya upaya-upaya yang bersifat jangka panjang dalam bentuk rehabilitasi
mental bagi para penyandang GSPT, sehingga masalah tersebut mendapat perhatian luas dari
berbagai kalangan secara internasional.

Dalam perspektif konseling, telaah mengenai dampak psikologis dari timbulnya


bencana, konflik, dan perilaku kekerasan lainnya, tampaknya memerlukan pengkajian yang
lebih mendalam guna menumbuhkan kepedulian bersama untuk membantu mengatasinya.

Berdasarkan hal di atas, makalah ini bermaksud untuk menelaah lebih jauh tentang
GSPT tersebut dari kacamata konseling, dengan fokus pembahasan meliputi konsep dasar
GSPT dan implikasinya terhadap konseling.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang faktor trauma


karena bencana pada klien gangguan jiwa/ stres.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Salah satu teka teki akibat PTSD adalah melibatkan tinggi dan rendahnya
suatu gairah, keduanya menghindar dan merasakan kembali pengalaman yang intens
mengenai hal- hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis.Sebuah teori
menjelaskan gejala- gejala yang tampak bertentangan dari PTSD. Dalam DSM- IV
TR PTSD didefinisikan sebagai pengembangan dari tiga jenis gejala berikut paparan
kepada stressor traumatic yang ekstrim yaitu (kematian, cedera tubuh, dan ancaman
lain untuk integritas tubuh) baik sebagai korban, saksi atau teman dekat.Paparan
awalnya harus berupa menghasilkan rasa takut yang sangat, ketidakberdayaan atau
mengerikan (pada anak- anak, disagitasi atau agitasi).Secara khusus ketiga jenis gejala
tersebut mendefinisikan suatu gejala merasakan kembali pengalaman peristiwa
traumatic, menghindar, adanya gejala yang kuat dan beberapa gejala yang diperlukan
untuk keperluan diagnosis.Setidaknya gejalanya harus berlangsung selama 1 bulan
dan mengganggu fungsi Adaptif.Merasakan kembali pengalaman traumatic ditandai
dengan kenangan berulang, mimpi, kilas balik, adanya reaksi yang kuat baik terhadap
fisik maupun fisiologis dalam reaksi yang saling berhubungan.Gejala menghindar
termasuk menghindari isyarat yang terkait dengan trauma (bahkan mencapai titik
amnesia untuk aspek- aspek trauma) dan pamisahan responsif sebagaimana
dibuktikan dalam kegiatan yang biasanya.Respon dari gejala ini termasuk kesulitan
tidur, cepat marah, masalah konsentrasi dan yang lainnya.Terdapat banyak tanggapan
mengenai traumatis stressor.Sebagaimana yang kita saksikan, kehidupan yang penuh
dengan stress merupakan etiologi dari gangguan mood dan kecemasan yang paling
berpengaruh, maka kita membutuhkan stressor berbeda yang dapat meningkatkan
resiko PTSD secara spesifik. Dalam diskusi McNally (1999), uji coba lapangan dari
DSM-IV menghasilkan beberapa bukti empiris yang relevan dengan pernyataan ini,
karena ditemukannya tingkat yang rendah yaitu 0,4 % dari gejala PTSD pada individu
terhadap stress yang tidak mengancam jiwa seperti pertempuran, bencana alam atau
pemerkosaan. Keadaan yang lemah dapat mencakup, menjadi korban stress tersebut,
mengalami atau menjadi saksi mata terhadap orang lain contohnya, seorang polisi
atau prajurit yang menembak seseorang saat bertugas.

B. Isi Jurnal
1. Jurnal 1
Gangguan Stres Pasca-trauma Setelah Bencana.
Latar Belakang.
Bencana adalah peristiwa traumatis yang dapat mengakibatkan
berbagai kesehatan mental dan konsekuensi fisik. Gangguan stres pasca-
trauma (PTSD) adalah yang paling sering dipelajari kejiwaan pasca
bencana/ kekacauan. Ulasan ini bertujuan untuk menilai secara sistematis
bukti tentang PTSD berikut paparan bencana.
Cara.
Pencarian sistematis dilakukan. Studi yang memenuhi syarat untuk
ulasan ini termasuk laporan berdasarkan DSM kriteria gejala PTSD.
Kerangka waktu untuk dimasukkan laporan di review ini adalah dari tahun
1980 (ketika PTSD adalah pertama diperkenalkan pada DSM-III) dan
Februari 2007 ketika pencarian literatur untuk pemeriksaan ini dihentikan.
Hasil.
Kami mengidentifikasi 284 laporan dari PTSD berikut bencana
yang diterbitkan dalam jurnal peer-review sejak tahun 1980. Kami
mengategorikan mereka sesuai dengan klasifikasi sebagai berikut: (1)
Bencana buatan manusia (n = 90), (2) Teknologi bencana (n = 65), dan (3)
Bencana alam (n = 116). Sejak beberapa studi melaporkan temuan dari
sampel campuran (misalnya korban banjir dan kontaminasi kimia) kita
kelompokkan studi ini bersama-sama (n = 13).
Kesimpulan.
Hasil penelitian yang dilakukan setelah bencana di tiga dekade
terakhir menunjukkan bahwa beban PTSD antara orang terkena bencana
adalah substansial. PTSD pasca bencana dikaitkan dengan berbagai
berkorelasi termasuk sosiodemografi dan latar belakang faktor, acara
karakteristik paparan, faktor dukungan sosial dan sifat personality. Relatif
sedikit penelitian telah dipekerjakan penilaian memanjang memungkinkan
dokumentasi kursus PTSD. Keterbatasan metodologis dan arah masa
depan untuk penelitian di bidang ini dibahas.

2. Jurnal 2
Gangguan Stres Traumatik pada Anak-anak pada Pengaruh Faktor
Perkembangan.
Meskipun prevalensi trauma masa kecil, saat ini tidak ada perkembangan
yang berorientasi teori kognitif posttraumatic stress disorder (PTSD). Makalah
ini menguraikan masalah definisi PTSD pada anak-anak, ulasan kejadian
PTSD pada anak-anak, dan membandingkan profil PTSD di anak-anak dan
orang dewasa. Kami mengusulkan bahwa teori kognitif PTSD masa kanak-
kanak perlu mengakomodasi faktor perkembangan, termasuk pengetahuan,
perkembangan bahasa, memori, regulasi emosi, dan kognisi sosial, di samping
faktor-faktor kontekstual seperti interaksi keluarga. Implikasi ini faktor
perkembangan untuk penilaian dan pengobatan anak trauma yang dibahas.
Ulasan ini telah mengindikasikan bahwa diagnosis psikopatologi pada
anak harus dilakukan dengan pengakuan proses perkembangan yang normal.
Selanjutnya, faktor-faktor kontekstual yang kritis penting dalam
konseptualisasi, menilai, dan mengobati PTSD. Penelitian empiris diperlukan
untuk mengidentifikasi sejauh mana faktor-faktor perkembangan adalah risiko
atau faktor pelindung dalam tanggapan trauma anak-anak. Konseptualisasi
saat PTSD masa kanak-kanak adalah beberapa jarak jauh dari pendekatan
yang benar-benar perkembangan (Cicchetti & Lynch, 1995). Seperti
pendekatan akan menyusun penilaian dan pengobatan protokol yang tidak
hanya sensitif terhadap anak usia dan tahap perkembangan, tetapi yang berasal
dari pengetahuan berinteraksi proses perkembangan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan setelah bencana di tiga dekade terakhir
menunjukkan bahwa beban PTSD antara orang terkena bencana adalah substansial.
PTSD pasca bencana dikaitkan dengan berbagai berkorelasi termasuk sosiodemografi
dan latar belakang faktor, acara karakteristik paparan, faktor dukungan sosial dan sifat
personality.
Ulasan ini telah mengindikasikan bahwa diagnosis psikopatologi pada anak
harus dilakukan dengan pengakuan proses perkembangan yang normal. Selanjutnya,
faktor-faktor kontekstual yang kritis penting dalam konseptualisasi, menilai, dan
mengobati PTSD. Penelitian empiris diperlukan untuk mengidentifikasi sejauh mana
faktor-faktor perkembangan adalah risiko atau faktor pelindung dalam tanggapan
trauma anak-anak. Konseptualisasi saat PTSD masa kanak-kanak adalah beberapa
jarak jauh dari pendekatan yang benar-benar perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Post+Traumaic+Stress+Disorder
Keperawatan Jiwa
Factors Influence Disorders in
Psychiatric
Disusun Oleh :

NUR AZIZAH FAELASUFAH

P1337420114004

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Jl.Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik,Semarang Indonesia
T.A 2015

Anda mungkin juga menyukai