Anda di halaman 1dari 14

IUD POST PLACENTA Sebagai Solusi Ber-KB

A. Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2002/2003 menjadi 270 pada tahun 2004, 262 pada tahun 2005, dan 248 pada tahun
2007. Akan tetapi apabila dilihat dari angka target Millennium Development Goals (MDGs)
2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi
target atau perlu diturunkan lagi. Terlebih bila dibandingkan dengan AKI di negara-negara
ASEAN, AKI di Indonesia 3-6 kali lipat jumlahnya. Sedangkan bila dibandingkan dengan AKI
di Negara maju, jumlah AKI di Indonesia 50 kali lipatnya. (Depkes RI, 2009 )
1

Oleh karena itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap
merupakan salah satu prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan. Departemen
Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang
dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra
ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap
untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah
yang dikenal dengan nama "Making Pregnancy Safer (MPS)". Strategi MPS ini mengacu
pada 3 pesan kunci yaitu : 1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga bidan terlatih, 2) Setiap
komplikasi obstetrik neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan 3) Setiap wanita usia
subur dapat akses terhadap pencegahan kehamilan serta penanganan aborsi yang tidak
aman. (Depkes RI, 2009 )
Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan angka
pertumbuhan penduduk yakni melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB
memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan,
penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah
Pasangan Usia Subur (PUS). Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka
program KB telah berkembang menjadi gerakan Keluarga Berencana Nasional yang
mencakup gerakan masyarakat. Gerakan Keluarga Berencana Nasional disiapkan untuk
membangun keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang
optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB. Salah satu strategi dari pelaksanaan program
KB sendiri seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD merupakan
salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka
panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD
yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan
biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke
seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD
dilepas. (BKKBN, 2009 )
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007), bahwa kontrasepsi
yang banyak digunakan adalah metode suntik (31,8%), pil (13,2%), AKDR (4,9%), MOW
(3%), kondom (1,3%), dan MOP (0,2%). Dapat dilihat bahwa presentase peserta KB MKJP
masih tergolong rendah yang berarti pencapaian target program dan kenyataan di lapangan
masih berjarak lebar. Bahkan prevalensi peserta AKDR menurun selama 20 tahun terakhir,
dari 13 % pada tahun 1991 menjadi 5 % pada tahun 2007. (BPS,2009)
Berbagai Usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok
pembangunan keluarga sejahtera telah di lakukan baik oleh pemerintah, swasta, maupun
masyarakat sendiri. Salah satunya dengan Mensosialisasikan metode kontrasepsi terkini
IUD Post Placenta oleh BKKBN. Metode IUD Post Placenta mempunyai keuntungan
tersendiri, selain pemasanganya lebih efektif karena dilakukan setelah plasenta lahir
sekaligus mengurangi angka kesakitan Ibu. Pada hasil expert meeting tahun 2009 dikatakan
bahwa penggunaan IUD post placenta dan post abortus perlu terus digalakkan karena
sangat efektif, mengingat angka kelahiran rata-rata 4.000.000 per tahun (BKKBN, 2010).
Data dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2007 peserta KB baru
sebesar 8,75% dan belum sesuai target Nasional. Di kota Yogyakarta sendiri, jumlah
akseptor alat kontrasepsi Intrauterine Device (IUD) baru sebanyak 22,98 % atau 9.565
orang dari jumlah total akseptor sebanyak 31.872 orang. Jumlah yang tergolong rendah dan
menduduki peringkat kedua terbawah sebelum kabupaten Bantul (22,77 %) (Profil Dinas
Kesehatan DIY, 2010).

IUD Post Plasenta


IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya
plasenta pada persalinan pervaginam (EngenderHealth, 2008).
a) Cara Kerja
IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang
dipasang saat siklus menstruasi. Pada pemasangan IUD post plasenta, umumnya
digunakan jenis IUD yang mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya
perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.
b) Jenis
Ada 3 macam IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper T 380A, Multiload Copper 375,
dan IUD dengan levonorgestrel. IUD jenis Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada
program pilihan KB Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling banyak digunakan
karena selain karakteristiknya yang baik, harga IUD jenis ini juga lebih terjangkau dibanding
dengan jenis IUD yang lain. IUD dengan levonorgestrel (misal Mirena) belum terlalu banyak
tersedia dan jika tersedia harganya mahal, dan IUD jenis ini biasanya tidak
direkomendasikan sebagai IUD post partum (Category 3 in WHOs medical eligibility criteria,
2010).

c) Efektivitas
Efektivitas sangat tinggi. Tiap tahunnya 3-8 wanita mengalami kehamilan dari 1000 wanita
yang menggunakan IUD jenis Copper T 380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada
pasca insersi IUD post plasenta sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan setelah
pemasangan. Setelah 1 tahun, penelitian menemukan angka kegagalan IUD post plasenta
0.8 %, dibandingkan dengan pemasangan setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan WHO,
IUD dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan tercantum efektifitasnya hanya
4 tahun (BKKBN, 2010).

d) Keuntungan
1) Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan
2) Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3) Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
4) Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5) Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6) Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150
sampai 3800 wanita
7) Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
8) Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu menstruasi

e) Kelemahan
Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga kesehatan yang
memasang, dan teknik pemasangannya. Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah
keluarnya plasenta memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan
ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan
sampai ke fundus juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan.

f) Efek Samping dan Komplikasi


1) Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun pertama setelah
pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum juga tinggi, pada insersi setelah
plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih rendah daripada pada insersi yang dilakukan
setelahnya. Gejala ekspulsi antara lain kram, pengeluaran per vagina, spotting atau
perdarahan, dan dispareni.
2) Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi antara 2.0-2.8 per
100 akseptor pada 24 bulan. Setelah 1 tahun, studi menyatakan angka kegagalannya 0,8 %
dibandingkan dengan pemesangan IUD saat menstruasi.
3) Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai 1,1 %.
4) Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150 sampai 3800
wanita.

g) Kontraindikasi pemasangan
1) Ruptur membrane yang lama (lebih dari 24 jam)
2) Demam atau ada gejala PID
3) Perdarahan antepartum atau post partum yang berkelanjutan setelah bayi lahir
4) Gangguan pembekuan darah, misal DIC yang disebabkan oleh pre eklampsi atau eklampsi
5) Perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya
6) Penyakit tropoblas dalam kehamilan (jinak atau ganas)
7) Abnormal uterus
8) Adanya dugaan kanker uterus (TBC pelvic)
9) AIDS Tanpa Terapi Antiretroviral

http://bidanhana.blogspot.co.id/2011/04/iud-post-placenta-sebagai-solusi-ber-kb.html

27-12-2016 9.30
Jakarta, CNN Indonesia -- Mencapai norma keluarga kecil yang bahagia sejahtera
memerlukan pengaturan jumlah keluarga. Alat kontrasepsi adalah salah satu
instrumennya.

Di samping dengan mematangkan usia pernikahan, mencegah pernikahan usia


dini, dan memberikan peluang kerja adalah cakupan lain dari program Keluarga
Berencana.

Memberikan peluang kerja dianggap penting karena orang-orang yang bekerja


dapat mengelola jumlah anaknya dengan lebih rasional.

Pada 26 September 2014 diperingati Hari Kontrasepsi Sedunia 2014. Kali ini
kampanye global World Contraception Day mengangkat tema It's Your Life, It's
Your Future. Sementara itu, di Indonesia Hari Kontrasepsi Sedunia 2014 ini
mengusung topik Kontrasepsi Membantu Keluarga Merencanakan Masa Depan.

Sejumlah pihak yang turut memprakarsai acara tersebut adalah Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Asia Pacific Council on
Contraception, Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, dan
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Saat ini BKKBN sedang menggalakkan program terutama untuk meningkatkan


cakupan ber-KB.

"Saat ini cakupan ber-KB baru 57,9 persen. Kita ingin menuju paling tidak di
dalam pembangunan jangka menengah ini tidak boleh kurang dari 63 persen
dari 46 juta pasangan usia subur di Indonesia," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di
acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2014, di Hotel Bidakara, Jakarta,
Selasa (30/9).

Tugas besar BKKBN adalah bagaimana agar pasangan-pasangan ini diberikan


informasi dan edukasi tentang Keluarga Berencana. Peran para bidan, penyuluh
lapangan keluarga berencana, dan para kader BKKBN sangat besar untuk
mengkomunikasikan pentingnya keluarga berencana.

"Kalau kita lihat kader di tingkat kelurahan dan di bawahnya seperti RT dan RW
jumlahnya adalah 1,1 juta. Kita ingin menekankan kembali bahwa mereka adalah
garda terdepan dari upaya memberikan edukasi dan informasi," kata Fasli di
acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2014.

Harapan lain juga berada di pundak para bidan yang jumlahnya secara nasional
saat ini mencapai 300 ribu orang.

Menurut Emi Nurjasmi, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
menurut data Riskesda sebanyak 76,6 persen kelahiran dilayani oleh bidan yang
penyebarannya sampai ke desa-desa. "Bidan adalah garda terdepan dalam
pelayanan reproduksi perempuan."
Saat ini IBI telah bekerjasama dengan POGI untuk melatih sekitar 35 ribu bidan.
Para bidan dilatih memasang IUD dan implan. Ke depannya memang diutamakan
menggunakan metode KB jangka panjang.

Apalagi sejak 1 Januari tahun ini, pelayanan KB sudah termasuk dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional. Maka bagi anggota JKN semua bentuk pelayanan
yang dipilih adalah gratis karena ditanggung oleh JKN, sementara alat
kontrasepsinya disediakan oleh BKKBN.

"Tidak ada hambatan biaya dan bidan punya keterampilan untuk melayani dan
memberikan penyuluhan atau konseling agar pasangan usia subur tersebut bisa
memilih cara ber-KB yang cocok," kata Fasli.

IUD pasca salin

Selain itu obgyn sebagai dokter spesialis yang menangani reproduksi dan
ginekologi punya peran penting.

Seperti disampaikan oleh Nurdadi Saleh, Ketua Perkumpulan Obstetri dan


Ginekologi Indonesia, POGI memberikan pelatihan kepada anggotanya untuk
melakukan Indonesia Advanced Labor dan Risk Management (IN-ALARM) tentang
pemasangan IUD pasca bersalin.

"Kita menambahkan pelatihan pemasangan IUD pasca salin. Jadi ketika ari-ari
sudah keluar, dari bawah atau cesar, kita pasang spiral atau IUD. Itu adalah
sesuatu hal yang baru sekitar lima tahun terakhir ini," kata Nurdadi.

Pemasangan IUD pasca salin adalah ilmu baru. "Kita berpikir spiral akan keluar
dengan rahim yang masih besar. Tapi ternyata saat kita minta ibu yang habis
melahirkan datang tiga bulan kemudian setelah melahirkan saat datang dia
bukan mau datang pasang spiral tapi hamil lagi," Nurdadi menjelaskan.

Setelah itu dilihat apakah mungkin memasang IUD pasca bersalin. Sejak hamil
para ibu sudah diberikan informasi tentang pemasangan IUD pasca salin. Oleh
karena IN-ALARM adalah ilmu baru, banyak juga dokter obgyn yang belum
terampil memasangnya.

"Harapannya ibu itu pulang dari rumah sakit sudah terlindungi dengan metode
kontrasepsi jangka panjang, tidak menggangu produksi air susu, dan boleh pakai
lupa," kata Nurdadi seraya berguyon.

"Program ini wajib dilakukan oleh obgyn setiap lima tahun sekali sebagai
prasyarat untuk mendapatkan rekomendasi izin praktik," kata Nurdadi
melanjutkan.

Dari hasil studi menurut Nurdadi, seharusnya kehamilan diberi jarak 2 - 3 tahun.
"Kita berharap ibu selama 2 sampai 3 tahun jangan hamil lagi, oleh karena itu
diperlukan metode kontrasepsi jangka panjang."

Menurutnya metode KB sebaiknya memiliki keamanan di atas 95 persen. Seperti


metode KB pil jika digunakan dengan baik, keamanannya bisa mencapai 95
persen. Namun kelemahannya justru terletak pada para pemakainya yang sering
lupa mengonsumsi pil KB.
(win/mer)
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141001113206-255-4908/lebih-
aman-dengan-iud-pasca-salin/

27-12-2016 9.30 am

KB PASCA PERSALINAN

Isi Setiap kehamilan selayaknya memang direncanakan dan


diharapkan keberlangsungannya. Namun, banyak orang yang
nyatanya tak mampu mencapai kondisi ideal tersebut. Alhasil,
mereka menerima karunia luar biasa itu dengan terpaksa. Oleh
karena itu, agar tidak timbul keterpaksaan tersebut, hendaknya
dilakukan antisipasi terlebih dahulu, antara lain dengan
penggunaan kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontarsepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas. Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda
kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin
tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau
metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan
antenatal maupun pasca persalinan. Konseling tentang KB
dimulai pada saat kunjungan asuhan antenatal (perawatan
kehamilan) ke fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan (dokter / bidan). Dimana pada saat melakukan
asuhan antenatal tersebut ibu akan mendapatkan konseling
selain konseling KB, juga tentang gizi dan ASI eksklusif, serta
konseling tentang persiapan persalinan oleh tenaga kesehatan.
KB pasca persalinan merupakan suatu program yang
dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak
kehamilan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan alat / obat
kontrasepsi setelah melahirkan. Pasca persalinan / masa nifas
adalah suatu masa yang dimulai sejak bayi lahir diikuti dengan
ke luarnya plasenta (ari-ari). Berakhir sampai rahim pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya 40 hari.
Berikut adalah kontrasepsi bagi ibu pasca persalinan yang
menyusui : Kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal
merupakan pilihan utama. - Segera setelah plasenta lahir : MAL,
IUD, MOW - Sebelum 2 X 24 jam : MOW - 6 minggu : IUD, MOW,
Kontrasepsi progestin ( Pil, Suntik, Implant ) - 3 bulan : IUD,
MOW, Kontrasepsi progestin ( Pil, Suntik, Implant ) - 6 bulan :
semua jenis kontrasepsi baik hormonal maupun non hormonal
sesuai dengan pilihan dan kondisi ibu. Kontrasepsi bagi ibu
pasca persalinan yang tidak menyusui Jenis alat kontrasepsi
yang dapat diberikan sama dengan jenis alat kontrasepsi untuk
ibu menyusui, kecuali MAL. Pil kombinasi estrogen-progesteron
dapat diberikan lebih awal, tidak diberikan sebelum minggu ke-3
pasca persalinan, implant dan suntikan KB 3 bulanan diberikan
segera setelah melahirkan. A. Metode amenorea laktasi ( MAL )
MAL adalah suatu cara yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apa pun lainnya. MAL dapat dipakai
sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh dan lebih
efektif bila pemberian 8x sehari sampai 6 bulan, belum haid,
umur bayi kurang dari 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja :
penundaan/penekanan ovulasi Keuntungan MAL : Efektivitas
tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan) /
Segera efektif Tidak mengganggu senggama Tidak ada efek
samping secara sistemik Tidak perlu pengawasan medis
Tidak perlu obat atau alat Tanpa biaya Keuntungan lain : Untuk
bayi : Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI) Sumber asupan gizi yang terbaik dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal Terhindar
dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai. Untuk ibu :
Mengurangi pendarahan pasca persalinan Mengurangi risiko
anemia Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
Keterbatasan Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan Mungkin
sulit dilaksanankan karena kondisi sosial Efektivitas tinggi
hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS)
termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS Yang dapat
menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif,
bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid
setelah melahirkan. Sebaliknya yang seharusnya tidak
menggunakan MAL adalah ibu yang sudah mendapat haid
setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayinya sudah
berumur lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari
bayi lebih lama dari 6 jam. B. Kontrasepsi kombinasi (hormon
estrogen dan progesteron) Bentuk pemberian kontrasepsi
kombinasi dapat berbentuk tablet atau injeksi. Kontrasepsi oral
biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisis 21 atau 22
tablet, dan sebagian kecil berisi 28 tablet. Minipil digunakan
tanpa masa istrahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan depo
injeksi dapat berupa injeksi mikro kristalin (depoprovera) atau
cairan minyak dari asam lemak sterioid ester. Sediaan estrogen
gestagen dibagi menjadi kombinasi monofasik, bertingkat, dan
sekuensial bifasik. C. Pil kombinasi Adalah pil kontrasepsi yang
berisi estrogen maupun progesteron. Dosis estrogen ada yang
0,05; 0,08 dan 0,1 mg per tablet. Sedangkan dosis dan jenis
progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik
pembuatnya. Cara kerja : Menekan sekresi gonadotropin dari
hipofise secara terus menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Merubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental,
sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang,
sulit, atau tidak mungkin sama sekali. Merubah peristaltik tuba
dan rahim, sehingga mengganggu motilitas tuba untuk ovum
dan transportasi sperma. Menimbulkan perubahan pada
endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi.
Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-
rangsangan gonadotropin. Manfaat : Memiliki efektivitas yang
tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya
Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan
kembali dengan cepat Tidak mengganggu hubungan seksual
Resiko terhadap kesehatan sangat kecil Siklus haid menjadi
teratur, banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri
haid Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause Mudah
dihentikan setiap saat Dapat digunakan sebagai kontrasepsi
darurat Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker
ovarium Kekurangan : Pil harus dimakan setiap hari, kurang
cocok bagi wanita yang pelupa Mual, terutama pada 3 bulan
pertama Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3
bulan pertama Pusing, nyeri payudara, berat badan naik
sedikit Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI) Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan,
sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada
vena dalam sedikit meningkat Tidak mencegah IMS Yang dapat
menggunakan pil kombinasi : Usia reproduksi, telah memiliki
anak ataupun belum memiliki anak Gemuk atau kurus
Setelah melahirkan dan tidak menyusui Setelah melahirkan 6
bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua
cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut
Pascakeguguran, anemia, nyeri haid hebat, siklus haid tidak
teratur Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak,
DM tanpa komplikasi, penyakit tiroid, penyakit radang panggul
dll Varises vena Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :
Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif Perdarahan
pervaginam yang belum diketahui Penyakit hati akut Perokok
usia > 35 tahun Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan
darah > 180/110 mmhg, riwayat gangguan pembekuan darah
atau DM > 20 tahun, kanker payudara, migrain dan gejala
neurologi fokal Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.
Waktu mulai menggunakan pil kombinasi : Setiap saat selagi
haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid Boleh
menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain mulai hari ke-8 sampai hari ke-14
atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket pil
tersebut habis. Setelah melahirkan : Setelah 6 bulan
pemberian ASI eksklusif Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) Bila
berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan
tanpa perlu menunggu haid. D. IMPLANT Keuntungan
Kontrasepsi Implan : Sangat efektif (0.0511 kehamilan per
100 wanita dalam tahun pertama pemakaian) Segera bekerja
efektif (< 24 jam) Metode jangka panjang (perlindungan s/d 5
tahun) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum
pemakaian Tidak mengganggu proses sanggama Tidak
berpengaruh pada produksi ASI Kesuburan segera pulih
setelah dilepaskan Efek samping minimal Klien hanya
kembali apabila ada masalah Tidak perlu pemeriksaan
tambahan untuk klien Dapat dipasang oleh petugas kesehatan
terlatih (dokter, bidan atau perawat) Tidak mengandung
estrogen Waktu Penggunaan : Setiap waktu wanita tersebut
dinyatakan tidak hamil Dalam 7 hari pertama menstruasi
Pascapersalinan: sesudah 6 bulan jika memakai metode
laktasi amenorea (MLA) setelah 6 minggu jika memberikan ASI
tetapi tidak memakai MLA Segera setelah 6 minggu jika tidak
memberikan ASI Dalam 11 hari pertama pascakeguguran E.
IUD Jenis IUD di Indonesia ada beberapa macam, diantaranya :
Lippes Loop CuT 380A --------- jenis ini yang digunakan oleh
BKKBN Nova T Cara kerja IUD : CuT-380A mencegah
fertilisasi ion tembaga menurunkan motilitas dan fungsi
sperma, mengganggu cairan tuba dan uterus, mencegah sperma
mencapai tuba dan membuahi sel telur. IUD tembaga
menyebabkan trauma lokal di endometrium karena respon
tubuh terhadap benda asing perubahan biokimiawi sehingga
dihasilkan lingkungan dalam uterus yang toksik dan letal
terhadap sperma dan embrio. Keuntungan penggunaan IUD :
Efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang dari kehamilan
(10-12 th). Fertilitas cepat kembali setelah pengangkatan.
Tidak ada efek samping hormonal. Secara ekonomis tidak
mahal dibandingkan jangka waktu pemakaian. Nyaman, tidak
membutuhkan tindakan setiap hari dan tidak ada kunjungan
ulang untuk kontrol. Tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI. Rumor dalam masyarakat : * Ngeri ada benda asing
dalam badan. * Dapat geser2 sampai keluar dari kandungan. *
Harus dilepas 5 tahun lagi. * Ada yang keluar sendiri. * Ada yang
masih bisa hamil. Waktu pemasangan IUD : 1. Dalam 48 jam
pasca persalinan (termasuk segera setelah plasenta lahir) 2. Bila
4 minggu/lebih pasca persalinan belum haid langsung dipasang
IUD (tidak perlu kontrasepsi perlindungan). 3. Bila 4
minggu/lebih pasca persalinan sudah haid dipasang dalam 7 hari
haid, atau jika dipasang >7 hari haid perlu menunda hubungan
seks atau kontrasepsi perlindungan selama 7 hari. 4. Persalinan
bedah cesar IUD dipasang setelah plasenta lahir, sebelum
menjahit dinding rahim. WHO (Medical Eligibility Criteria for
Contraceptive Use, 2008) Daftar Pustaka 1. Biran Affandi, Prof,
dr, SpOG(k) ; Hasil Workshop Peningkatan KB di RS, Bandung,
2009. 2. dr. Hartanto Hanafi 2002. Keluarga Berencana dan KB.
Pustaka Sinar Harapan Jakarta. 3. Prawirohardjo S. 2003. Buku
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, EGC. Jakarta. 4.
Grimes DA, Lopez LM, Schulz KF, Van Vliet HAAM, Stanwood NL
up-to-date : 31 March 2010. 5. Selected Practice
Recommendations For Contraceptive Use ; 2 ed, 2004

JudulInggris

IsiInggris

Kategori BkkbN

TanggalArtikel 9/4/2012

http://jateng.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=62

27-12-2016 9.30 am

N Masalah Target Aktual


o Nilai (%) Konversi (%) Nilai (%) Konversi (%)
1 Rendahnya
pengetahuan ibu
tentang metode
kontrasepsi jangka
panjang
2 Pendidikan Pasangan
Usia Subur (PUS) yang
rendah
3 Sikap dan pandangan
negatif masyarakat
4 Sosial budaya dan
ekonomi

Pengertian SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals,
yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara di dunia.

Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di


mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan yang
berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang
diganti SDGs.

Tujuan SDGs
Ada banyak tujuan dari konsep SDGs. Namun ada tiga tujuan yang dirangkum redaksi
Berberita.com dari materi yang disampaikan Menteri Sosial Republik Indonesia (RI)
Khofifah Indar Parawansa.

Pertama, SDGs diharapkan bisa mengakhiri segala bentuk kemiskinan di semua negara
manapun.

Kedua, SDGs bertujuan mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan
dan meningkatkan gizi dan mendorong pertanian secara berkelanjutan.

Ketiga, target SDGs adalah menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong
kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia.

Target SDGs
Target utamanya mengentaskan kemiskinan. Tapi, Indonesia akan menggunakan tiga
indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia atau human
development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam skala kecil atau
social economic development dan lingkungan yang besar atau environmental development
berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

Perbedaan dengan MGDs


Pada dasarnya MDDs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan yang sama. Yakni,
SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang ingin konsen menganggulangi kelaparan dan
kemiskinan di dunia.

Namun, dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut habis pada tahun
2015. Para pemimpin dunia merasa agenda Millenium Development Goals perlu dilanjutkan,
sehingga muncul sebuah dokumen usulan bernama sustainable development goals.

Namun, ada sejumlah perbedaan dan pengembangan konsep yang lebih mendalam lagi.
Untuk mempelajari lebih lanjut perbedaan antara MDGs dan SDGs, sebaiknya Anda cari
format dalam bentuk PDF yang diunggah instansi yang memiliki otoritas. Biasanya berbentuk
bahasa Inggris.
http://www.berberita.com/2015/11/pengertian-tujuan-target-sdgs-menggantikan-
mdgs.html 27/12/16 12.41

KB atau singkatan dari Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah Indonesia
sejak tahun 1970 yang bertujuan untuk membatasi jumlah kelahiran guna menciptakan
keluarga yang sehat dan sejahtera. Adapun tujuan umum dari perencanaan KB adalah untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya bagi ibu dan anak serta mengendalikan
pertambahan penduduk suatu negara sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) yaitu dengan jalan mengendalikan jumlah kelahiran.

Sedangkan tujuan khusus dari program tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
suatu keluarga yaitu dengan jalan penjarangan angka kelahiran atau jumlah kelahiran bayi
yaitu dengan jalan menggalakkan pemakaian alat kontrasepsi. Hingga saat ini program KB
yang dicanangkan memberikan manfaat yang besar, beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Menurunkan resiko terjangkitnya kanker rahim dan kanker servik

Kanker ovarium merupakan tumor ganas yang terdapat dalam endometium, yaitu lapisan
dalam rahim tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi. Sedangkan kanker servik
merupakan sejenis kanker yang menyerang bagian reproduksi wanita terutama leher rahim.

Penelitian

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Catala dOncologia di Catalonia,
Spanyol, yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan The Lancet Oncology menyatakan
bahwa para wanita yang menggunakan alat kontrasepsi seperti IUD dapat mengalami
penurunan yang signifikan terhadap risiko terjadinya kanker serviks dan kanker rahim. Hal
ini disebabkan oleh IUD yang ditanam dalam rahim wanita dapat menimbulkan respons
terhadap terjadinya peradangan, sehingga dapat menghilangkan virus Human papillomavirus
(virus HPV) sebagai penyebab utama kanker serviks.

2. Menurunkan angka kematian maternal serta peningkatan IPM

Kematian yang terjadi pada ibu dan anak, masih sering kita jumpai, baik pada saat proses
persalinan, pasca persalinan, maupun hari-hari pertama kehidupan bayi. Untuk itu, perlu
diadakan upaya serta berbagai macam inovasi guna mengatasi hal tersebut.

Menurut mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Sugiri Syarief, Program Keluarga Berencana (KB) berperan kuat menurunkan angka
kematian tersebut, beliau juga menambahkan bahwa KB juga dapat menjadi salah satu
solusi untuk peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM). Dimana pada saat ini IPM
Indonesia menunjukkan penurunan ke peringkat 124 dari 187 negara.

3. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

Kasus kehamilan yang tidak diinginkan sering kali kita temukan disekitar kita. Hal tersebut
bisa disebabkan oleh kecerobohan, maupun faktor-faktor lainnya. Hal tersebut akan
berdampak baik bagi kesehatan, maupun bidang ekonomi, seperti tindakan aborsi yang dapat
membahayakan jiwa, maupun keadaan ekonomi yang semakin sulit. Dengan mengikuti
program KB, masalah tersebut dapat diminimalisir.

4. Dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak

Perencanaan kelahmilan yang menjadi salah satu tujuan KB dapat menurunkan resiko
kehamilan yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan tingkat
kesehatan serta kelangsungan hidup pada ibu, bayi, dan anak.

5. Mencegah penularan penyakit berbahaya

Manfaat KB dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom sebelum melakukan


hubungan intim dapat mencegah peyebaran atau penularan virus-virus berbahaya seperti HIV
AIDS. Selain itu, manfaat daun sirih bagi wanita juga mampu mengatasi penularan penyakit
berbahaya.

6. Lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan anak

Perencanaan kehamilan yang tepat dapat membantu tumbuh kembang bayi dan anak-anak
lebih terjamin, karena mereka mendapatkan lebih banyak perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya. Lain halnya jika dalam sebuah keluarnya terdapat banyak anak. Kasih sayang
dan perhatian orang tua akan lebih terbagi-bagi keseluruh anak-anaknya. Hal tersebut bisa
menimbulkan rasa iri diantara anak-anak, serta kondisi mereka menjadi kurang terurus.

7. Dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga


sponsored links

Manfaat memiliki banyak anak tentu akan berbeda dengan memiliki 2 anak saja, begitu pula
dengan dampak negatifnya. Dampak negatifnya antara lain adalah banyak anak membuat
mereka kurang terurus, orang tua harus bekerja lebih keras guna mencukupi kebutuhan
keluarganya, sehingga waktu untuk mencurahkan kasih sayang pada anak menjadi berkurang.

Hal ini seringkali menimbulkan anak-anak kurang pendidikan, anak-anak menjadi lebih
nakal, kasar, dan bahkan berani melakukan tindakan kriminal. Lain halnya dengan keluarga
yang hanya memiliki 2 anak, mereka akan lebih santai dalam bekerja, lebih banyak waktu
untuk memberikan perhatian serta mendidik anak-anak mereka dirumah. Sehingga anak
merasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya.

8. Pendidikan anak lebih terjamin

Sekarang ini, banyak sekali kita jumpai anak-anak dibawah umur yang harus ikut banting
tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mereka harus rela meninggalkan bangku
sekolah hanya untuk bekerja membantu kedua orang tuanya yang kurang mampu. Pepatah
yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rejeki tak selamanya benar, banyak anak justru
dapat membuat anak-anak kurang mendapatkan pendidikan yang layak.

9. Dapat menentukan kualitas sebuah keluarga

Dengan manfaat KB berarti keluarga dapat menyelamatkan kehidupan serta meningkatkan


status kesehatan ibu dan anak. Terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan,
menjarangkan jarak kelahiran, serta mengurangi tingkat risiko kematian pada bayi. Selain itu,
program KB juga dapat memberi keuntungan bagi kehidupan ekonomi sebuah keluarga dan
masyarakat. Selain itu,program KB juga telah mebuktikan bahwa pria juga ikut bertanggung
jawab dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya.

Namun diantara banyak manfaat yang diberikan oleh progarm ini, masih banyak kendala
yang perlu diatasi dalam pelaksanaannya, seperti :

Masih sempitnya pemahaman masyarakat tentang progarm ini, baik dari


masyarakat sendiri, para tokoh agama, maupun tokoh masyarakat.

Masih dianggap sesuatu yang tabu, karena pelaksanaannya harus dengan


membuka aurat.

Masih adanya persepsi bahwa kematian ibu dan anak pada saat proses
kelahiran adalah mati sahid serta anggapan bahwa banyak anak akan
membawa banyak rezeki bagi keluarga

http://manfaat.co.id/manfaat-kb 27/12/16 13.23

Anda mungkin juga menyukai