Draft Pergub Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Draft Pergub Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB II
Pasal 1
Maksud ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah agar terwujud suatu
mekanisme kerja yang mengatur secara effektif dan efisien alur pasien
sesuai kebutuhan dan kewenangan medis melalui jalur rujukan, sehingga
dapat mengoptimalkan sumber daya yang terbatas
Pasal 2
BAB III
Pasal 3
(1). Pelayanan kesehatan bersumber masyarakat.
a. Kader dan dukun bayi.
b. Posyandu.
(2). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai
Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 1 (PPK 1)
a. Praktik Bidan
b. Praktik Perawat
c. Klinik Bersalin
d. Klinik
e. Praktik Dokter Umum
f. Praktik Dokter Gigi
g. Puskesmas dan jaringannya (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Poskesdes dan Polindes)
h. Puskesmas DTP mampu PONED
(3). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua/spesialistik
sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 2 (PPK 2)
a. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Rumah Sakit Swasta
c. BKKM
d. BKPM
e. Laboratorium Klinis/Kesehatan Kabupaten/Kota
f. Laboratorium Klinis/Kesehatan Swasta
(4). Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga/sub spesialistik
sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan tingkat 3 (PPK 3)
a. Rumah Sakit Vertikal :
Rumah Sakit Rujukan Tertinggi (Top Referal) :
- Rumah Sakit Hasan Sadikin
- RS Jantung Harapan Kita
- RS Kanker Dharmais
Rumah Sakit Jiwa Cisarua
Rumah Sakit Paru Rotinsulu
Rumah Sakit Marzuki Mahdi
b. Rumah Sakit Provinsi :
Rumah Sakit Al Ikhsan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Rumah Sakit Paru Sidawangi
c. Rumah Sakit Wilayah :
Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
Rumah Sakit Karawang Kabupaten Karawang
Rumah Sakit Cibinong Kabupaten Bogor
Rumah Sakit Syamsudin Kota Sukabumi
Rumah Sakit Tasikmalaya Kota Tasikmalaya
d. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
BAB IV
WILAYAH CAKUPAN RUJUKAN
Pasal 4
(1)Untuk memudahkan keterjangkauan masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu Daerah dan
Kabupaten/Kota mengembangkan Wilayah Cakupan Rujukan.
(2)Wilayah cakupan rujukan dapat ditentukan berdasarkan :
a. Target jumlah penduduk, menurut jarak dan waktu
tempuh.
b. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibina, seperti
puskesmas, Klinik pengobatan, Balai kesehatan, praktek swasta,
rumah bersalin, Laboratorium klinik/kesehatan dan RS
Kabupaten/Kota, RS Swasta, dan RS Provinsi serta RS Vertikal .
c. Wilayah administratif kabupaten/kota dan Provinsi
d. Data kunjungan pasien dari dalam dan luar wilayah
administratif.
(3)Wilayah Cakupan Rujukan meliputi :
a. Wilayah Cakupan Rujukan Provinsi yang terdiri dari :
Wilayah Cakupan Rujukan 1 (satu) meliputi Kota
Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok dengan
Fasilitas Pelayanan Rujukan Tertinggi adalah Rumah
Sakit Daerah Cibinong sebagai Rumah Sakit Rujukan
Wilayah Provinsi 1.
Wilayah Cakupan Rujukan 2 (dua) meliputi Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi
dan Kota Bekasi dengan Fasilitas Pelayanan Rujukan
Tertinggi adalah Rumah Sakit Daerah Karawang
sebagai Rumah Sakit Rujukan Wilayah Provinsi 2.
Wilayah Cakupan Rujukan 3 (tiga) meliputi Kabupaten
Sukabumi, Kota Sukabumi dan Kabupaten Cianjur
dengan Fasilitas Pelayanan Rujukan Tertinggi adalah
Rumah Sakit Daerah Samsudin SH sebagai Rumah
Sakit Rujukan Wilayah Provinsi 3.
Wilayah Cakupan Rujukan (4) meliputi Kabupaten
Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
dengan Fasilitas Pelayanan Rujukan Tertinggi adalah
Rumah Sakit Daerah Gunung Jati dan RS Sidawangi
sebagai Rumah Sakit Rujukan Wilayah Provinsi 4.
Wilayah Cakupan Rujukan 5 (lima) meliputi Kabupaten
Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Garut dan Kota Banjar dengan Fasilitas
Pelayanan Rujukan Tertinggi adalah Rumah Sakit
Daerah Kota Tasikmalaya sebagai Rumah Sakit
Rujukan Wilayah Provinsi
Wilayah Cakupan Rujukan 6 (enam) meliputi
Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi
dengan Fasilitas Pelayanan Rujukan Tertinggi adalah
Rumah Sakit Provinsi Al Ikhsan dan RS Jiwa Provinsi
sebagai Rumah Sakit Rujukan Wilayah Provinsi 6.
b. Wilayah Cakupan Rujukan Kabupaten/Kota meliputi
seluruh wilayah Kabupaten/Kota dengan Fasilitas
Pelayananan Rujukan Tertingginya Rumah Sakit
Pemerintah atau Swasta minimal Kelas B dan
Laboratorium Klinik Utama Pemerintah/Swasta
ditentukan dengan SK Bupati/Walikota.
c. Wilayah Cakupan Rujukan Wilayah Kabupaten/Kota dan
Fasilitas Pelayananan Rujukan Tertingginya Rumah Sakit
Pemerintah atau Swasta minimal Kelas C dan
Laboratorium Klinik Madia ditetapkan dengan SK
Bupati/Walikota yang paling banyak meliputi 5
Kecamatan di Kabupaten dan 5 Kelurahan di Kota.
d. Wilayah Cakupan Rujukan Kecamatan/Kelurahan dan
Fasilitas Pelayananan Rujukan Tertingginya bisa Rumah
Sakit Pemerintah atau Swasta Kelas D, Puskesmas DTP
mampu PONED, Klinik Utama dan Laboratorium Klinik
Pratama ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota.
(4)Pemerintah Daerah menentukan Rumah Sakit yang ada di
Jawa Barat dan di luar Jawa Barat menjadi rujukan tertinggi
di Daerah sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis
tertinggi.
(5)Pemerintah Daerah mengembangkan Rumah Sakit Provinsi
sebagai Rumah Sakit Rujukan Provinsi dengan klasifikasi
Kelas A/B Pendidikan sebagai PPK 3.
(6)Pemerintah Daerah mengembangkan Rumah Sakit Rujukan
Wilayah sebagai Rumah Sakit Rujukan dengan klasifikasi
Kelas A/B Pendidikan sebagai jejaring PPK 3,
(7)Pemerintah Daerah menetapkan Rumah Sakit Rujukan
Wilayah berdasarkan Kelas Rumah Sakit minimal Kelas B,
utility Rumah Sakit tinggi terutama dari Kabupaten/kota
disekitarnya dan kemudahan akses transportasi di wilayah
sekitarnya, yaitu RSD Karawang, RSD Cibinong, RSD Gunung
Jati, RSD Tasikmalaya, dan RSD Syamsudin dengan Surat
Keputusan Gubernur
(8)Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota mengembangkan
RSD Kabupaten/Kota menjadi Rumah Sakit Rujukan bagi
seluruh Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar atau PPK 1 yang ada di Kabupaten/Kota dengan
Klasifikasi Kelas B sebagai PPK 2 dengan Surat Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota
(9)Daerah dan Kabupaten / Kota mengembangkan Rumah
Sakit Pemerintah maupun Swasta Mampu PONEK dengan
ratio minimal 1 berbanding 500.000 penduduk.
(10) Daerah dan Kabupaten/Kota mengembangkan
Puskesmas menjadi Puskesmas Dengan Tempat Perawatan
(DTP) minimal 10 Tempat Tidur, dan mampu PONED minimal
1 (satu) perkecamatan sebagai PPK 1 yang menjadi pusat
rujukan dari Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar (tingkat pertama) di wilayah kecamatan.
(11) Kabupaten/Kota mengembangkan Puskesmas sebagai
PPK 1 yang sesuai standar dan melayani persalinan serta
mempunyai Unit Gawat Darurat yang berfungsi.
BAB V
ALUR RUJUKAN
Pasal 5
(1) Alur pertama pasien adalah pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1) yang berada pada
wilayah cakupan rujukan di kecamatan.
(2) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan secara vertical
dan horizontal sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
pelayanan.
(3) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan pada fasilitas
pelayanan kesehatan dalam 1 (satu) wilayah cakupan
rujukan berdasarkan jenjang fasilitas pelayanan kesehatan
dimulai dari PPK 1 ke PPK 2 dan seterusnya.
(4) Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan pasal (2)
dalam keadaan sebagai berikut :
a. Dalam keadaan kegawat daruratan
b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah cakupan
rujukan tidak mempunyai sarana / tenaga yang sesuai
dengan kebutuhan.
(5) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi
ketentuan alur rujukan dan wilayah cakupan rujukan dapat
diberikan sanksi sesuai ketentuan.
BAB VI
SYARAT RUJUKAN
Pasal 6
BAB VII
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 7
Kewajiban Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengirim Rujukan :
a. memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya
bahwa karena alasan medis pasien harus dirujuk, atau karena
ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk;
b. melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
c. membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil
diagnosis pasien dan resume catatan medis;
d. mencatat pada register dan membuat laporan rujukan
e. sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan
lebih dahulu dan stabilitas pasien dipertahankan selama dalam
perjalanan;
f. pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang
mengetahui keadaan umum pasien dan mampu menjaga
stabilitas pasien sampai pasien tiba di tempat rujukan;
g. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan
surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasilitas
pelayanan kesehatan (PPK 2 dan PPK 3) tempat rujukan.
h. surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan
kesehatan dasar (PPK 1) kecuali dalam keadaan darurat;
i. ketentuan-ketentuan yang ada pada Askes, Jamkesmas,
Jamkesda dan SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya
tetap berlaku;
Pasal 8
Kewajiban sarana pelayanan kesehatan yang menerima rujukan :
a. menerima surat rujukan dan membuat tanda terima pasien;
b. mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan
rujukan
c. membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang
diperlukan, serta melaksanakan perawatan;
d. melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan;
e. memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan
pengirim rujukan;
f. membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi, apabila kondisi pasien tidak dapat diatasi, dan
mengirim tembusannya kepada sarana pelayanan kesehatan
pengirim pertama;
g. membuat rujukan balik ke PPK 2 atau PPK 1 untuk
menindaklanjuti perawatan selanjutnya yang tidak
memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik
setelah kondisi pasien stabil.
BAB VIII
PENANGGUNG JAWAB SISTEM RUJUKAN
Pasal 9
(1)Daerah dan Daerah Kabupaten/Kota bertanggungjawab
terhadap tersedianya infrastruktur yang menunjang dapat
terselenggaranya system rujukan secara bermutu dan sesuai
standar di Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat
(2)Kepala Dinas adalah penanggung jawab sistem
rujukan pelayanan kesehatan di Provinsi Jawa Barat.
(3) Direktur RSHS/FK UNPAD adalah koordinator pelayanan
sistem rujukan Provinsi Jawa Barat.
(4)Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
penanggung jawab sistem rujukan pelayanan
kesehatan di Kabupaten/ Kota
(5)Direktur RSUD Kabupaten/Kota adalah koordinator pelayanan
sistem rujukan Kabupaten/Kota
(6)Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme koordinasi
pelayanan sistem rujukan diatur dengan Keputusan Kepala
Dinas.
BAB IX
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Pasal 10
(1)Daerah dan Kabupaten/Kota harus menjamin ketepatan
rujukan dengan mengembangkan sistem informasi rujukan
yang bersifat dinamis dan online serta tersedia di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, yang memuat informasi
tentang :
a. Jenis dan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan
b. Jenis dan kemampuan tenaga medis yang tersedia
pada saat tersebut
c. Keberadaan tempat tidur yang kosong di semua Kelas
(2)Fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah wajib mengakses
sistem informasi rujukan untuk mengetahui kondisi fasilitas
pelayanan kesehatan yang akan dirujuk
(3)Daerah dan Kabupaten/Kota berkewajiban untuk
mengkomunikasikan sistem rujukan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat melalui berbagai media.
(4)Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan pemerintah dan
swasta di Daerah wajib untuk mengkomunikasikan sistem
rujukan pelayanan kesehatan di Jawa Barat ini kepada
seluruh peserta didiknya dan menyebarluaskan pada
masyarakat pada kegiatan pengabdian masyarakat.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 11
(1)Daerah menentukan tariff regional biaya pelayanan
kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi
masyarakat dan harga setempat sumber daya kesehatan
dengan Peraturan Daerah/SK Gubernur.
(2)Daerah menetapkan jasa pelayanan sesuai dengan jenjang
fasilitas pelayanan kesehatan, jenis pelayanan, kompetensi
dan kewenangan tenaga kesehatan (medis dan non medis)
dengan Surat Keputusan Gubernur.
(3)Biaya transportasi rujukan merupakan bagian dari jasa
pelayanan yang menjadi tanggung jawab pihak penjamin
(Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan Assuransi lain)
(4)Bagi pasien korban kecelakaan lalulintas, biaya rujukan
ditanggung oleh PT Asuransi Jasa Raharja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di perusahaan asuransi tersebut.
BAB XI
KETENAGAAN
Pasal 12
(1)Daerah bekerjasama dengan FK UNPAD dan Rumah Sakit
Hasan Sadikin berkewajiban untuk mengupayakan
ketersedian tenaga medis di wilayah Jawa Barat.
(2)Daerah mengupayakan keberadaan tenaga dokter di
Puskesmas dan Rumah Sakit di Derah dengan
mengoptimalkan pendayagunaan dokter internsip yang
ditempatkan di wilayah Jawa Barat.
(3)Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi di Derah harus
meningkatkan mutu dan jumlah dokter dan mengadakan
perlakuan khusus bagi putra daerah untuk mendapatkan
kesempatan pendidikan dokter.
(4)Rumah Sakit Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Wilayah
menjadi jejaring pendidikan subspesialitik dan di jadwalkan
untuk kunjungan subspesialistik sesuai dengan kondisi sarana
prasarana Rumah Sakit.
(5)Rumah Sakit Daerah Kabupaten/Kota menjadi jejaring
pendidikan spesialis dan di jadwalkan untuk kunjungan
spesialis dan atau subspesialistik sesuai dengan kondisi
sarana prasarana Rumah Sakit.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Dinas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bekerjasama dengan Assosiasi Rumah Sakit
dan Organisasi Profesi di Daerah dan di Kabupaten/Kota
melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada seluruh
sarana pelayanan kesehatan bersumber masyarakat,
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan
tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(2) RS Hasan Sadikin dan FK UNPAD
sebagai koordinator pembinaan teknis medis melaksanakan
pembinaan sistem rujukan kepada fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat kedua dan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat ketiga (PPK 2 dan PPK 3) di wilayah Provinsi Jawa
Barat.
(3) RSD Kabupaten/Kota sebagai
koordinator pembinaan teknis medis melaksanakan
pembinaan sistem rujukan kepada rumah sakit swasta dan
Puskesmas.
(4) Puskesmas melaksanakan pembinaan
kepada sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
sarana pelayanan kesehatan bersumber masyarakat di
wilayah kerjanya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pembinaan diatur dengan Keputusan Kepala Dinas.
BAB XIII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 14
Dinas melaksanakan monitoring terhadap penyelenggaraan
sistem rujukan pelayanan kesehatan, mulai dari fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama, fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat kedua sampai dengan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.
Pasal 15
Dinas melaksanakan evaluasi terhadap teknis operasional sistem
rujukan, mutu pelayanan dan pelaksanaan pembiayaan sistem
rujukan, termasuk pencatatan dan pelaporannya.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatnya
dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal
GUBERNUR PROVINSI JAWA BARAT
H. AHMAD HERYAWAN
Diundangkan di Bandung
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT
LEX LAKSAMANA