Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel darah merah adalah sel darah yang paling banyak yang berada dalam
tubuh kita yang membawa oksigen dan zat-zat lainnya dimana sel darah merah
merupakan sel-sel mikroskopis dan tidak memili inti sel.
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah
dari normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran
atau jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum
ditemukan di masyarakat adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam
makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya
parasit dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, kehilangan banyak
darah akibat kecelakaan atau operasi karena penyakit (Wirakusumah, 1999). Anemia
gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya,
konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan
sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Semakin berat
kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat anemia yang diderita.
Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi golongan rawan gizi
yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pekerja
terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena anemia
gizi akan terganggu 2 pertumbuhan fisik dan perkembangan. Selain itu, aktivitas
fisiknya juga akan menurun (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia (< 12g/ dl)
adalah sebesar 27% (remaja desa) dan 22% (remaja kota) pada saat tidak sedang
menstruasi. Sebanyak 24% (remaja desa) dan 27,8% (remaja kota) pada saat
menstruasi. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar hemoglobin lebih tinggi pada
remaja desa pada saat menstruasi, sedangkan kadar hemoglobin lebih rendah pada
remaja desa pada saat tidak sedang menstruasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan trombosit?
b. Berapa nilai normal Hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan trombosit?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan trombosit
b. Untuk mengetahui nilai normal dari Hemoglobin, leukosit, eritrosit, dan trombosit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemoglobin
2.1.1 Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau
eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi
yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan
berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak
dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti
sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain
(oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri
klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode
yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang
stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin.
Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan
umur seseorang.
a. Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
b. Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
c. Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
d. Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
e. Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
f. Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih. Selanjutnya,
darah beredar ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Umur sel darah
merah yakni kurang lebih hanya 120 hari. Sel darah merah yang telah tua akan
dibongkar oleh hati dan limpa. Di dalam hati, hemoglobin diubah menjadi zat warna
empedu (bilirubin) yang kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini

3
berfungsi memberi warna kepada feses. Zat besi ada pada hemoglobin kemudian
dilepas dan digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Fungsi utama sel
darah merah adalah mengikat oksigen dan karbon dioksida. Bagian sel darah merah
yangsangat berperan dalam mengikat oksigen yakni hemoglobin. Proses dalam
mengikat oksigen oleh hemoglobin dalam paru-paru dapat diikhtisarkan sebagai
berikut.
Hb(hemoglobin) + O2(oksigen) HbO2
Karbon diokasida lebih mudah larut dalam air daripada oksigen. Karbon
dioksida tidak sukar tetapi mudah dalam terikat dengan air dalam plasma darah
membentuk asam karbonat. Asam karbonat lalu membebaskan ion hidrogen yang
menyebabkan pH darah akan turun (asam). Apabila karbon dioaksida hanya diangkut
dengan cara ini, metabolisme tubuh akan mengalami gangguan. Agar tidak
membahayakan, tidak lebih dari 5%-10% karbon diokasida yang dihasilkan jaringan
mengalami pengangkutan dengan cara ini. Sisanya, pengangkutan karbon dioksida
dilakukan oleh sel darah merah. Sekitar 25% karbon dioksida berikatan dengan
hemoglobin dalam sel darah merah membentuk karbominohemoglobin. Karbon
dioksida tidak bergabung dengan hemoglobin di tempat yang sama pada oksigen. Sel
darah merah dari jantung yang sampai ke sel-sel tubuh akan membebaskan oksigen
dan meningkatkan pengangkutan karbon dioksida dari sisa-sisa oksidasi sel. Sel darah
merah yang ada dalam tubuh sampai ke paru-paru akan mengikat oksigen.
Pengikatan oksigen ini dilakukan oleh hemoglobin ini akan menaikkan pembebasan
karbon dioksida. Dengan adanya dua mekanisme penting tersebut, pengangkutan
karbon dioksida dapat berlangsung dengan aman dan cepat.
Pada kondisi yang normal, jumlah sel darah merah dalam tubuh manusia
kurang lima juta tiap milimeter kubim (mm3) darah. Lingkungan juga memengaruhi
jumlah sel darah dalam tubuh seseorang. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigen di
atmosfer makin berkurang. Orang yang hidup di dataran tinggi mengadakan adaptasi
dengan cara memperbanyak jumlah sel darah merah agar kebutuhan oksigen tubuh
tetap tercukupi.

4
2.1.2 Fungsi Sel Darah Merah
Fungsi sel darah merah memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, antara lain.
a. Mengantarkan Oksigen ke Seluruh Tubuh : setelah dibentuk oleh tumbuh
sumsum merah tulang, sel darah merah akan menyebar ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh dengan membawa oksigen dari paru-paru lalu mengedarkannya
dan membawanya kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan.
b. Penentuan Golongan Darah : Penentuan golongan darah ini dapat terjadi
karena ditentukan oleh ada tidaknya antigen aglutinogen dalam sel darah merah.
Golongan sel darah adalah A, B, AB, dan O
c. Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh (Antibodi) : Menjaga sistem kekebalan
tubuh ini dapat terjadi karna adanya peran serta hemoglobin yang menangkal
patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas
yang dapat menghancurkan dinding dan membran sel patogen dan membunuh
bakteri
d. Pelebaran Pembuluh Darah : Pelebaran pembuluh darah dapat terjadi karena
eritrosit melepaskan senyawa dinamakan S-Nithrosothiol yang dilepaskan saat
hemoglobain mengalami terdeogsigenerasi sehingga akan melebarkan pembuluh
darah dan melancarkan darah menuju ke seluruh tubuh khususnya pada daerah
yang kekurangan darah.
2.1.3 Ciri-Ciri Sel darah Merah
Dari hasil pembahasan diatas tadi dapat diketahui ciri-ciri sel darah merah
antara lain.
a. Bentul Sel darah merah yakni bulat pipih yang bagian tengahnya cekung atau
bikongkaf,
b. Sel darah merah tidak memiliki inti sel
c. Berwarna merah karna mengandung hemoglobin
d. Umur sel darah merang kurang lebih 120 hari
e. Sel darah merah berjumlah 4-5 juta sel/mm3 darah
f. Sel darah merah berdiameter 7-8 um dan tebalnya 1-2 um

5
g. Sel darah merah bersifat elastic
2.1.4 Proses Terbentuknya Sel Darah Merah
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih. Selanjutnya,
darah beredar ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Umur sel darah
merah kurang lebih yakni120 hari. Sel darah merah yang sudah tua akan dibongkar di
hati dan limpa.diemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang
kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini berfungsi memberi warna
pada feses. Zat besi yang terdapat pada hemoglobin kemudian dilepas dan digunakan
untuk membentuk sel darah merah baru.
Proses Terbentuknya Sel Darah Merah Berdasarkan Tahapan-Tahapannya :
a. Darah terbentuk atau diproduksi dalam sumsum merah tulang pipih.
b. Setiap detik sumsum merah tulang pipih membentuk sekitar dua juta sel
c. Sel-sel yang telah diproduksi oleh sumsum merah tulang pipih dan
dikeluarkan dinamakan retikulosit. Retikulosit memiliki kurangl ebih 1% dalam
dari sirkulasi darah
d. Sel-sel yang mulai matang akan mengalami perubahan pada selaput
plasmanya, sehingga fagosit dapat mengetahui sel-sel yang sudah tua yang akan
menghasilkan fagositosis
e. Hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang kemudian
ditampung dalam kantong empedu.
2.1.5 Dasar Penetapan
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan
aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%,
sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode
oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah
ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb
ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri

6
pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin
tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode sianmethemoglin didasarkan pada
pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri.
Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida
(K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada
hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian
bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin.
Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540
nm. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium
dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi
menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat.
Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang
terjadi oleh protein plasma.
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah
dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa
mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah
melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan
Hb yaitu :
1. Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil
daripada normal yang disebut anemia mikrositik.
2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang
daripada normal yang disebut anemia hipokromik.
Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara
atau metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan
besi atau kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut.

2.1.6 Implikasi klinik :

7
1. Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia Karen
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan
cairan dan kehamilan.
2. Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka
bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang
hidup di daerah dataran tinggi.Konsentrasi Hb berfl uktuasi pada pasien yang
mengalami perdarahan dan luka bakar.
3. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons
terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia.
2.2 Leukosit
2.2.1 Pengertian Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak
bergranula (mononuklear).
Leukosit mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara
memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Fungsi utama menghancurkan kuman
(mikroorganisme), bakteri dan virus asing, bahkan sel darah putih dapat memainkan
peran dalam reaksi alergi. Begitu tubuh mendeteksi adanya infeksi maka sumsum
tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan infeksi.
Berdasarkan ada tidaknya granula dalam plasmanya, leukosit ada 5 (lima) jenis, yaitu
leukosit yang bergranula (granulosit) yaitu
1. Neutrofil, Neutrofil akan melakukan fagositosis terhadap erythrosit, kuman dan
jaringan mati.
2. Eosinofil, Eosinofil akan meningkat jumlahnya jika tubuh terkena infeksi.
3. Basofil, Basofil mempunyai zat kimia anti penggumpalan darah yang disebut
heparin.
4. Leukosit yang tidak bergranula disebut agranulosit yaitu
5. Limfosit, Limposit berfungsi membentuk antibodi, Mononosit, Monosit akan
menganggap zat asing atau mikroba yang masuk ke dalam pembuluh darah
sebagai antigen.

8
Sel-sel darah putih akan memproduksi antibodi untuk melawannya. Ketika
ada peningkatan neutrofil dalam darah menunjukkan adanya infeksi, kanker dalam
tubuh, atau tubuh sedang dalam kondisi stres.
Peningkatan Monosit dan Eosinofil menunjukkan adanya infeksi bakteri. Bila
ada peningkatan yang tinggi pada Limfosit menunjukkan adanya penyakit AIDS.
Semakin tinggi leukosit akan semakin berat infeksinya. Limfosit terdiri atas T-
limfosit (T-sel) dan B-limfosit (B-sel) yang dihasilkan sumsum tulang dan kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh. Keduanya akan menghasilkan antibodi yang disesuaikan
dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh akan menghasilkan interferon
yang menghalangi terbentuknya replikasi virus baru. Kemampuan inilah yang
mencegah terjadinya serangan lanjutan dari virus.
Penyebab Leukosit Tinggi, Jumlah sel darah putih yang tinggi bukanlah
indikasi penyakit tertentu. Adanya sel darah putih berlebih (leukositosis) menjadi
indikator penting untuk kesehatan. Hal ini menunjukan ada yang tidak normal dalam
tubuh, seperti
a. Terjadi infeksi bakteri dan jamur,
b. Stres,
c. Radang (inflamasi),
d. Trauma,
e. Keganasan,
f. TBC,
g. atau penyakit sumsum tulang.
Termasuk juga bisa disebabkan karena stres, alergi, atau reaksi terhadap
beberapa obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi sel. Leukositosis
merupakan sebuah sinyal dari adanya infeksi atau penyakit dalam tubuh. Biasanya
dalam leukositosis jumlah sel darah putih meningkat.
Leukosit tinggi bisa karena gangguan penyakit tertentu seperti tuberkulosis,
batuk rejan, radang usus, campak, dan penyakit lainnya. Hal itu merupakan respon
balik dari tubuh untuk melawan infeksi. Selain itu bisa juga karena perilaku tidak
sehat seperti pada orang merokok, stres baik itu stres karena emosional atau fisik

9
Kadar leukosit tinggi banyak ditemukan pada infeksi sistem urine, terutama
pada infeksi saluran kemih, infeksi kandung kemih, infeksi ginjal atau bahkan tumor.
Leukosit yang tinggi dalam urine menjadi indikasi adanya infeksi mikroorganisme
dalam tubuh. Infeksi pada sistem urin juga menyebabkan leukosit tinggi.
Leukositosis pada orang normal terjadi karena infeksi seperti cacingan.
Nilai normal leukosit berbeda pada bayi, anak, dan dewasa. Ambang batas
jumlah sel leukosit pada anak-anak bervariasi tergantung usia dan berat badan.
Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4000-10.000/mm3
Bayi / anak : 9000-12.000/ mm3
Bayi baru lahir : 9000-30.000/mm3
Sel-sel ini hanya berjumlah 1% dari total volume darah. Leukosit dalam tubuh
biasanya diproduksi sekitar 100 miliar leukosit dalam sumsum tulang. Peningkatan
jumlah leukosit menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya
Leukemia.
Pada kasus leukemia atau kanker darah, leukosit akan naik sangat tinggi lebih
dari 10.000 (5-6 kali jumlah sel darah path=-v normal). Sel-sel darah putih justru
memakan sel darah tubuh orang itu sendiri.
Penyebab leukemia salah satunya terpapar oleh bahan kimia tertentu, sinar
radiasi, serta obat-obatan (pengobatan kanker), atau karena adanya kromosom yang
abnormal (down syndrome). Bahan-bahan tersebut akan menyebabkan terjadinya
mutasi dan mempengaruhi proses pembelahan sel darah putih.
Tingginya leukosit pada tubuh merupakan indikasi peningkatan produksi sel
sel untuk melawan infeksi pada tubuh. Pada saat terjadi infeksi, leukosit secara
otomatis akan melakukan fagositosis atau menghancurkan organisme yang
menyebabkan infeksi. Adanya gangguan sistem kekebalan tubuh akan menyebabkan
peningkatan jumlah sel-sel darah putih.
Salah satu contoh penyakit yang terjadi ketika Leukosit meningkat adalah
Kanker Darah (Leukemia). Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi

10
tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Naiknya produksi leukosit
dalam tubuh karena terjadi infeksi. Tubuh memerlukannya untuk melawan infeksi
yang terjadi. Infeksi bisa datang akibat virus, bakteri, atau penyebab lain. Leukosit
yang meninggi menjadi jalan bagi pemeriksaan lanjutan. Di antaranya untuk
mendeteksi kanker darah atau leukemia. Leukemia adalah penyakit yang disebabkan
oleh kelebihan produksi sel darah putih.
Kelainan Sumsum Tulang. Tubuh akan merangsang sumsum tulang agar
memproduksi lebih banyak sel darah putih untuk mengatasi infeksi. Sumsum tulang
akan bekerja ekstra keras memproduksi leukosit. Sumsum tulang akan terus dipaksa
memproduksi leukosit sampai tercapai kondisi aman. Hanya saja, pada saat ada
masalah pada sumsum tulang, kadar sel darah putih pun akan semakin meningkat.
Terjadi Peradangan. Setiap terjadi peradangan, alergi, infeksi akan
menyebabkan kenaikan jumlah sel darah putih. Ini merupakan reaksi lanjutan
terhadap obat yang dikonsumsi untuk meningkatkan produksi sel-sel darah putih.
Demam berulang. Seseorang dengan leukosit tinggi bisa mengeluhkan adanya
demam yang berulang. Saat diperiksa di laboratorium, leukosit-nya cenderung tinggi.
Kenaikan leukosit yang menyertai keadaan demam bisa menjadi petunjuk ke arah
proses infeksi bakteri, serta penanda kelainan dari leukosit itu sendiri.
Kram dan Gangguan Limpa. Leukosit yang tinggi juga akan diiringi demam,
disertai kram pada perut, mual, gangguan pada organ Lien (limpa) atau juga hati.
Tubuh mudah merasa lelah dan wajah terlihat pucat.
Timbulnya penyakit infeksi. Penyakit-penyakit infeksi seperti tifoid, hepatitis,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, telinga bahkan infeksi kulit bisa
menunjukkan hal yang sama.
Gejala yang ditimbulkan penderita leukosit tinggi ialah sebagai berikut :
a. Demam tinggi dan menggigil
b. Adanya darah pada urin
c. Saat kencing terasa sakit, panas, dan nyer
d. Sering buang air
e. Wajah pucat

11
f. Sering merasa lelah
Meski leukosit menjadi alat pertahanan utama tubuh, namun efek dari
penyerangan mikroorganisme, bakteri, atau virus terhadap leukosit pun juga
bervariasi tergantung kondisi tubuh kita. Tubuh bisa menang dalam pertempuran,
alias pasien menjadi sehat dan sembuh. Atau bisa juga justru kalah yang membuat
tubuh sakit.
Leukosit atau sel darah putih ini sangat penting sekali dalam tubuh, karena
dapat bermanfaat sekali untuk kesehatan tubuh. Sel darah putih ini dapat berfungsi
untuk melindungi berbagai serangan dari virus, jamur, bakteri yang menyerang tubuh,
dan juga dapat bermanfaat untuk menjaga sistem kekebalan tubuh anda, akan tetapi
bila sel darah putih ini terlalu banyak di dalam tubuh maka akan beresiko bagi
kesehatan tubuh anda yaitu dapat terganggunya fungsi ginjal, dan saluran kencing.
Leukosit ini tinggi dapat disebabkan karena adanya penyakit leukimia, alergi, obat-
obatan kimia, infeksi sinus, infeksi kemih, radang usus, merokok, tuberkolosis,
infeksi bakteri dna jamur.
2.2.2 Implementasi Klinik
1. Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai
leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh
leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi)
menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan
infeksi.
2. Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofi l). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan
leukemia.
3. Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
4. Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis,
toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain leukositosis.
5. Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih

12
6. Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab
leukopenia antara lain:
a. Infeksi virus, hiperplenism, leukemia.
b. obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
c. Anemia aplastik/pernisiosa
d. Multipel mieloma
7. Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofi l; Pewarnaan asam untuk
eosinofil; Pewarnaan basa untuk basofil Konsentrasi leukosit mengikuti ritme
harian, pada pagi hari jumlahnya sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore
hari.
8. Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun) 10.000-
20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun
9. Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya nilai
leukosit
2.3 Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) merupakan salah satu komponen darah yang
jumlahnya paling banyak dalam susunan komponen darah manusia. Fungsi utama
eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan
mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk
cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen
yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel
berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen
menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Bila kebutuhan
eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir
rmasa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di
limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikuloendotelial).
Nilai normal:
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
2.3.1 Penuaan Eritrosit dan Katabolisme Hemoglobin

13
Masa hidup Eritrosit selama 120 hari, perjalanan sekitar 200 sampai 300 mil
sehingga penurunan metabolism sel darah merah lambat, 1 % eritrosit disingkirkan
dari sirkulasi ke retikuloendotel ekstravaskular setiap harinya oleh sistem
Retikuloendotel akan diganti Retikulosit dari sumsum tulang. Sekitar 5-7 g
hemoglobin dikatabolisme setiap hari, Konponen Porifirin diuraikan oleh reaaksi
katabolic mejadi senyawa bilirubin kemudian terikat ke albumin dan diangkut ke hati,
di hati zat ini dikonjugasikan melalui penambahan glukuronida untuk membentuk
senyawa diglukuronida yang larut di air dan diekskresikan di empedu sebagian kecil
dari senyawa ini direabsorbsi dan direekskresikan melalui kerja bakteri di usus,
konjugat bilirubin diuraikan lebih lanjut menjadi urobilinogen dan sterkobilinogen
dan diekskresikan melalui tinja. Sejumlah kecil dari senyawa ini direabsorbsi melalui
sirkulasi enterohepatik dan diekskresikan melalui urine.
2.3.2 Pengukuran kelangsungan hidup sel darah merah
Metode acak, Label Radiaktifnya dilekatkan secara acak ke sel sel darah
merah dari semua usia setelah pengeluaran suatu aliquot darah dari pasien. Kecepatan
menghilangnya label bersesuaian dengan destruksi progresif populasi sel. Titik akhir
yang lazim digunakan adalah Half- disappearance time (waktu yang diperlukan untuk
menghilangnya separuh radioaktivitas) yang pada kondisi normal adalah 28 35 hari,
dekstuksi dipercepat titil akhir mungkin kurang dari 1 minggu dan bahkan beberapa
jam. Kromat radioaktif efektif karena berikatan secara spesifik dengan hemoglobin,
waktu paruh yang tidak terlalu lama, memancarkan sinar energy gama yang mudah
diukur, tidak mempengaruhi kelangsungan hidup sel pasien sendiri atau sel homolog
yang ditransfusikan. Setelah pemasukan sel sel berlabel , tingkat radioaktivitas basal
menunjukkan proporsi sel total dalam sirkulasi yang mengandung label tersebut.
Angka ini memperlihatkan volume sel darah merah pasien. Kelangsungan hidup
diukur dengan mengamati sampel darah pada interval tertentu untuk menentukan
tingkat radioaktivitas yang tersisa dalam sirkulasi.
2.3.3 Implementasi Klinik

14
1. Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta
respon terhadap terapi anemia
2. Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi
ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi
karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
3. Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,
diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.
2.3.4 Susunan Sel Darah Merah
1) Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata rata)
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV
menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran
normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL).
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L)
Nilai normal : 80 100 (fL)
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia
pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
2. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi
antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga
anemia makrositik.
3. Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang
abnormal.
4. MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi
berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
5. MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan
sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung.
2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata
rata)
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam
sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik,
hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk
mendiagnosa anemia.

15
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28 34 pg/ sel
Implementasi Klinik
1. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
2. Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi
Hemoglobin Korpuskuler rata rata)
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah;
semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung
pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran
sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH.
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 36 g/dL
Implementasi Klinik
1. MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia
karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
2. MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
2.3.5 Gangguan Pembentukan sel darah merah
a. Anemia defisisensi besi
b. Anemia Pernisiosa
c. Anemia hipoproliferatif dan sindrom kegagalan sumusum tulang
d. Anemia aplastik
e. Anemia Hipoproliferatif yang berkaitan dengan penyakit lain
f. Anemia refrakter dan eritripiesis yang tidak efektif
g. Anemia hemoltik
h. Anemia hemolitik intrinstik
i. Gangguan herediter enzim eritrosit
j. Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
2.3.5 Kehilangan sel darah merah yang berlebihan
Pengeluaran darah yang akut dan dalam jumlah besar tidak segera
menimbulkan anemia. Perdarahan yang cepat akan segera menurunkan volume darah
intravaskuar dan memacu penyesuaian-penyesuaian kompensantorik sirkulasi.
Mungkin hemoglobin yang tersedia masih cukup untuk mempertahankan kehidupan,
apabila mekanisme sirkulasi gagal, hemoglobin tidak dapat mencapai jaringan dan

16
terjadi gangguan jaringan oksigenasi. Setelah pengeluaran darah akut, tubuh
menyesuaikan diri dengan memepertahankan sirkulasi agar tetap mengaliri jaringan
vaskular yang paling vital dengan meningkatkan keccepatan denyut jantung
danmemperbesar volume sirkulasi dengan mengorbankan cairan ekstravaskular.
Penyesuaian volume inilah yang menyebabkan anemia. Sewaktu masuk kealiran
darah, cairan eksrasel mengencerkan sel-sel yang tersisa dan hematokrit turun selama
48 sampai 72 jam berikutnya.
2.4 Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang tak berinti dihasilkan oleh
fragmentasi megakariosit pada sumsum tulang dan berfungsi utama dalam proses
pembekuan darah. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikel dalam
sitoplasma sel yang menyatu membentuk membrasn pembatas trombosit. Tiap sel
megakariosit menghasilkan 1.000-1.500 trombosit, sehingga diperkirakan akan
dihasilkan 35.000/ul trombosit per hari.
Jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam darah tepi sangat bergantung pada
jumlah sel megakariosit, volume sitoplasma megakariosit, volume sitoplasma
megakariosit, umur trombosit dan sekuestrasi oleh limpa. Jumlah trombosit normal
antara 150-400 X 109 /ltr, sedangkan umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini
memegang peranan penting pada hemostatis karena trombosit membentuk sumbat
hemostatik untuk menutup luka.pembentukan sumbat hemostatik terjadi melalui
beberapa tahap, yaitu: Adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan reaksi pelepasan.
Dalam keadaan tidak teraktivasi, trombosit berbentuk cakram bikonveks
dengan diameter 2-4 m dan volumenya 7-8 fl. Selubung eksternal trombosit lebih
tebal dan padat dari sel dan banyak mengandung glikoprotein yang berfungsi sebagai
reseptor. Glikoprotein I dan V adalah reseptor untuk trombin, glikoprotein I B
merupakan reseptor untuk faktor Von Willebrand, sedangkan glikoprotein II b dan III
a adalah reseptor untuk fibrinogen
Dibagian dalam trombosit terdapat kalsium, nukleotida (terutama ADP, ATP
dan serotonin) yang terkandung dalam granula padat. Granula alfa mengandung

17
antagonis heparin, faktor pertumbuhan (PDGF), -tromboglobulin, fibrinogen, vWF.
Organel spesifik lain meliputi lisosom yang mengandung enzim hifrolitik, dan
peroksisom yang mengandung katalase
Trombosit terbagi menjadi 4, diantaranya:
1. Zona perifer : terdiri atas glikokalik, yaitu suatu membran ekstra yang terletak
dibagian paling luar, didalamnya terdapat membran plasma dan lebih dalamnya
lagi terdapat sistem kanal terbuka, berguna umtuk adhesi dan agregasi
2. Zona sol gel terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padat (berisi
nukleotida adenin dan kalsium), selain itu juga terdapat trombostenin, yaitu suatu
protein penting untuk fungsi kontraktil
3. Zona organel terdiri atas granula padat, mitokondria, granula dan organella
(lisosom dan retikulum endoplasmik). Granula padat berisi dan melepaskan
nukleotida adenin, serotonin, katekolamin dan faktor trombosit. Sedangkan
granula berisi dan melepaskan fibrinogen, PDGF (platelet-derived growth
factor), enzim lisosom
4. Zona membranyang keluar dari isi granula saat pelepasan
Agregasi trombosit adalah perlekatan antar sesama trombosit. Dalam keadaan
tidak aktif, trombosit tidak mudah melekat karena glikoprotein pada permukaan
trombosit mengandung molekul sialic acid yang mengakibatkan permukaan
trombosit bermuatan negatif sehingga trombosit saling tolak menolak
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respons
hemostatis normal terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran
darah spontan melalui pembulu darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi,
agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulan yang sangat penting untuk fungsinya.
2.4.1 Implementasi Klinik
1. Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
2. Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma
dan multipledysplasia syndrome.

18
3. Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat
menyebabkan trombositopenia
4. Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan
dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan
petekia/ekimosis.
5. Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
6. Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah
platelet.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau
eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Leukosit adalah sel darah putih
yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula
(polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula
(mononuklear). Sel darah merah (eritrosit) merupakan salah satu komponen darah
yang jumlahnya paling banyak dalam susunan komponen darah manusia.
Trombosit adalah komponen sel darah yang tak berinti dihasilkan oleh
fragmentasi megakariosit pada sumsum tulang dan berfungsi utama dalam proses
pembekuan darah.
2. Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4000-10.000/mm3
Bayi / anak : 9000-12.000/ mm3
Bayi baru lahir : 9000-30.000/mm3
Nilai normal Hemoglobin
Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Nilai normal Eritrosit
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Jumlah trombosit normal antara 150-400 X 109 /ltr
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pengetahuan tentang materi ini, maka
diharapkan bagi para pembaca untuk mengkaji lebih lanjut khususnya ke studi kasus.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R. 1999. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

KEMENKES RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Murray, R.K. dkk. 2003. Biokimia Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC.

Sutedjo, A.Y. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium.


Yogyakarta: Amara Books.

Syamsuri, Istamar. 2004: Biologi XI. Jakarta: Erlangga.

22

Anda mungkin juga menyukai