Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Diabetes

Gestasional
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES GESTASIONAL
DI PUSKESMAS WIYUNG SURABAYA

Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Desember 2012


Waktu : 20 menit
Tempat : Puskesmas Wiyung ruang BKIA
Sasaran : Klien (Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus)
E : Diabetes Melitus Gestasional (DMG)/ DM dalam kehamilan

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan/ health education (HE) diharapkan klien mengetahui tentang
pengetahuan penyakit Diabetes Melitus Gestasional (DM dalam kehamilan) dan mengetahui gejala,
komplikasi serta tindakan yang dilakukan.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan HE diharapkan klien mampu :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian Diabetes Melitus Gestasional
b. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala, klasifikasi, komplikasi dan penanganan Diabetes
Melitus Gestasional
c. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada klien dengan Diabetes Melitus
Gestasional.
3. Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Sebagai media untuk periintraksi klien diabetes gestasional
2) Bagi Klien
Menambah wawasan klien yang melakukan pemeriksaan kehamilan khususnya penderita penyakit
diabetes mellitus dalam kehamilan/diabetes mellitus gestasional, cara penanganan serta diit yang
tepat tanpa mengurangi kebutuhan nutrisi dan kecukupan gizi ibu dan janin..

B. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Klien (ibu hamil dengan diabetes melitus) yang menjalani pemeriksaan.

MATERI

1. Pengertian
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau
retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam
urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin
secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin (Kapita Selekta, jilid II, 2006 dan
catatan kuliah pemenuhan kebutuhan gizi reproduksi, 2006).
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat
keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan. Jadi diabetes mellitus
gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu hamil sehingga
mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun berat yang baru diketahui selama
mengalami kehamilan (ADA, 1990).

2. Etiologi

Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin

dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam

kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan Menyebabkan perubahan-perubahan

metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes

akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Factor Predisposisi :

Umur sudah mulai tua

Multiparitas

Penderita gemuk

Kelainan anak lebih besar dari 4000 g

Bersifat keturunan

Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine

Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering

mengalami keguguran

Glokusuria

3. Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
3.1 DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus yang
memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3.2 DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1) yaitu
kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3.3 Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.

4. Patogenesis
Patogenesis Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
a. Pada penyakit DM 1 didapat kerusakan (dekstruksi) sel beta pankreas dengan penggunaan glukosa
sebagai energiakibat menurunnya produksi insulin tubuh menggunakan lemak dan protein sebagai
sumber energi.terganggu ketosis dan ketoasidosis.Metabolisme tidak sempurna
b. Pada fungsi insulin menurun. penyakit DM 11 didapat retensi insulin Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi ini
sepenuhnya sehingga terjadi defisiensi relatif insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolisme endokrin dan karbohidrat sehingga terjadi inadekuatnya pembentukan dan penggunaan
insulin yang berfungsi memudahkan glukosa berpindah ke dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang
adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan tetap
berada dalam daerah sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal yang
menyebabkan air tertarik dari sel-sel ke dalam jaringan/darah sehingga terjadi dehidrasi seluler.
Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan
bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus
dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini
meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan
dehidrasi ekstreaoseluler. karena glukosa dan energi dikeluarkan dari tubuh bersama urine, tubuh
mulai menggunakan lemak dan protein untuk sumber energi yang dalam prosesnya menghasilkan
keton dalam darah. Pemecahan lemak dan protein juga menyebabkan lelah, lemah, gelisah yang
dilanjutkan dengan penurunan berat badan mendadak ditambah terbentuknya keton akan cepat
berkembang keadaan koma dan kematian.

5. Tanda dan gejala klinis


- Polifagia. - Mata kabur .
- Poliuria. - Pruritus vulva.
- Polidipsi. - Ketonemia.
- Lemas. - Glikosuria.
- BB menurun. - Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
- Kesemutan. - Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
- Gatal. - Gula darah puasa > 126 mg/dl.

6. Komplikasi
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006. Meskipun
tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan
menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
o Abortus dan partus prematurus.
o Pre eklamsia.
o Hidroamnion.
o Insufisiensi plasenta.
2. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
o Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
o Cacat bawaan.
o Dismaturitas.
o Janin besar (makrosomia)
o Kematian dalam kandungan.
o Kematian neonatal.
o Kelainan neurologik dan psikologik.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006
1. Mangatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr
protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG
tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus sebagai berikut ;
a. Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah sekitar normal,
dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG, makanan
disajikan menarik dan mudah diterima.
b. Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara (snack) dengan
interval tiga jam.
c. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat,
semangka, dan kedondong.
d. Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;
J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
e. Penentuan jumlah kalori
Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang hamil/menyusui secara empirik dapat digunakan
umus sebagai berikut ;

( TB 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300


T2 + 200 L + 400
Keterangan :
TB : Tinggi badan.
T1 : Trimester I
T2 : Trimester II
T3 : Trimester III
L : Laktasi/menyusui
2. Pengobatan insulin.
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh
kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi
insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu
ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan
darah yaitu kadar post pandrial, terrutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis
insulin tidak dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan hiperemisis gravidarum.
Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah dalam trimester II apabila sudah mulai suka makan , lebih-
lebih dalam trimester III.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin barkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang
kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan
sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan dan nifas
dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa dan insulin pada
hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4
satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
3. Penanggulangan Obstetri
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak
mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40
minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk.
Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri
lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan
untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih
dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan
induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus
menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Chamberlain, Geofferey. 1994. Obstetrik dan Ginekologi Praktis. Jakarta : Widya Medika

Ledewig. W. Patricia. 2005. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir.

Jakarta :EGC

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi

Jakarta : EGC

Oxorn, Harry. 1990. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan . Yayasan

Esentia Medika

Anda mungkin juga menyukai