Anda di halaman 1dari 1

DEMAM TIFOID

No.Dokmen :
No. Revisi :
Tgl.Terbit :
SOP Halaman :

PUSKESMAS DESY FEBRIYANA, SST


BATUAN NIP.19840214 200801 2 008
1. Pengertian Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan.
Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik.
2. Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan di puskesmas BLOOTO
dapat melakukan penanganan penderita Demam tifoid dengan baik dan benar
3. Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Demam Tifoid wajib sesuai dengan langkah- langkah
SPO ini.
4. Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5. Alat Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter
6. Prosedur 1. PENATALAKSANAAN
A. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
b. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
d. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
B. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
C. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk
penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
D. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat
diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu
Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak), Kuinolon
(tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang).
Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau rawat jalan:
1. Pasien dengan gej ala klinis yang ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi
serta tidak ada komorbid yang membahayakan.
2. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan minum dengan baik.
3. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang cara-cara merawat serta
cukup paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
4. Rumah tangga pasien memiliki atau dapat melaksanakan sistem pembuangan
ekskreta (feses, urin, muntahan) yang mememenuhi syarat kesehatan.
5. Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan perawatan pasien.
6. Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan menghadapi bahaya-bahaya
yang serius.
7. Dokter dapat mengunjungi pasien setiap hari. Bila tidak bisa harus diwakili
oleh seorang perawat yang mampu merawat demam tifoid.
8. Dokter mempunyai hubungan komunikasi yang lancar dengan keluarga
pasien.
2. KONSELING DAN EDUKASI
Edukasi pasien tentang tata cara:
1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang harus
diketahui pasien dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai