Manusia (IPM) Indonesia adalah sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124
dari 187 negara. Artinya, pemenuhan gizi untuk masyarakat Indonesia,
tepatnya generasi muda, masih memerlukan perhatian khusus.
Riskesdas 2010 menyebutkan, masalah gizi ganda masih terjadi pada semua
kelompok umur dan jenis kelamin di Indonesia. Sebagai informasi, pada
anak usia 6-12 tahun, sejumlah 12,2% tergolong kurus dan 9,2% tergolong
gemuk (overweight). Demikian pula, terdapat 17,9% anak balita yang
mengalami gizi kurang. Sementara itu, 36,5% mengalami stunting dan 5,8%
mengalami gizi lebih (overweight).
Dari segi konsumsi pangan, mutu gizi dan keragaman pangan penduduk juga
belum memadai. Hal tersebut ditunjukkan Skor Pola Pangan Harapan (Skor
PPH) 77,3 pada tahun 2011. Rendahnya skor PPH ini disebabkan masih
rendahnya konsumsi pangan hewani, sayur, dan buah. Data ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar
untuk menerapkan gizi seimbang.
Hari Gizi Nasional (HGN) 2013 mengambil tema besar Mewujudkan Gizi
Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda. Harapannya, momentum
ini menjadi aksi nyata untuk mendorong pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat untuk memiliki kesadaran gizi yang baik dan menerapkan
perilaku gizi seimbang.
Peluncuran Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) telah dilakukan oleh Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, bersama-sama dengan
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida S. Alisjahbana, Menteri Kesehatan,
Nafsiah Mboi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Linda Agum Gumelar pada Rapat Kerja Peluncuran Gerakan Nasional Sadar
Gizi dalam Rangka 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), Rabu
(19/9) di Ruang Serba Guna Kementerian PPN/ Bappenas. Dalam
sambutannya, Bapak Agung Laksono mengatakan Gerakan Nasional Sadar
Gizi bukan merupakan hal baru. Pada era tahun 1950-an sudah ada gerakan
perbaikan gizi ditandai oleh slogan Empat Sehat Lima Sempurna.
Kemudian tahun 1990-an, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
masalah gizi di Indonesia, perbaikan gizi ditandai dengan kampanye gizi
seimbang dan keluarga sadar gizi.
Gerakan 1000 HPK ini sejalan dengan upaya global dalam penanganan
masalah gizi melalui program Scaling-up Nutrition Movement (SUN
Movement) yang diprakarsai oleh PBB. Tujuan global SUN Movement adalah
menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan
(270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2
tahun). Sejak Desember 2011, Indonesia telah menjadi bagian dari SUN
Movement yang saat ini beranggotakan 28 negara. Di Indonesia gerakan
SUN Movement disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 Hari
Pertama KehidupanGerakan 1000 HPK, ujar Ibu Armida dalam kata
sambutannya.
Untuk merumuskan Gerakan 1000 HPK, lanjut Ibu Armida, di Indonesia telah
dilakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan pemangku kepentingan
utama yang terdiri atas kementerian dan lembaga (K/L), dunia usaha, mitra
pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), dan
didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi serta media. Dari
serangkaian kegiatan tersebut telah dihasilkan tiga dokumen yaitu: pertama,
Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK. Kedua, Pedoman Perencanaan
Program Gerakan 1000 HPK. Ketiga, Rancangan Peraturan Presiden tentang
Gerakan Nasional Sadar Gizi.
Ciri khusus kegiatan Gerakan 1000 HPK, tambah Ibu Armida, sebagaimana
digariskan dalam Global SUN Movement memerlukan penguatan intervensi
bersifat spesifik yang masih belum optimal pelaksanaannya, serta
peningkatan intervensi bersifat sensitif yang memerlukan komitmen dari
berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, setiap kegiatan Gerakan 1000
HPK harus memiliki nilai tambah dan sesuai kebutuhan (demand driven),
dilakukan secara lintas sektoral, terpadu, efisien, dan memiliki dampak luas
serta memungkinkan berbagai pemangku kepentingan bekerja sama dan
berkesinambungan, kata Ibu Armida.
Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Dra. Nina Sardjunani, MA, menjelaskan
betapa pentingnya 1000 hari pertama kehidupan. Perbaikan gizi pada
kelompok 1000 HPK akan menunjang proses tumbuh kembang janin, bayi
dan anak sampai usia 2 tahun. Oleh karena masalah gizi dan kesehatan
bukan disebabkan oleh faktor genetik semata melainkan dominan paling
besar disebabkan oleh faktor lingkungan hidup yang dapat diperbaik dengan
fokus pada masa 1000 HPK.
Salah satu faktor penentu kelanggengan sebuah negara adalah sumber daya
Gerakan Nasional sadar Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan sesungguhnya
dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari = 280 hari) sampai anak berusia 2
tahun (720 hari). Selama di dalam kandungan hingga usia 2 tahun, merupakan masa
kritis dan masa emas seorang anak. Artinya, apabila terjadi kegagalan pemenuhan
gizi, maka tumbuh dan kembang anak tidak akan optimal. Lalu bagaimana cara
menyukseskan Gerakan 1000 Hari Mencerdaskan Anak Negeri ini?