Ipi168695 PDF
Ipi168695 PDF
Oleh:
KRESNO BUNTORO
Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul
ABSTRAK
dengan garis pangkal lurus adalah garis normal baseline for measuring the
pangkal lurus kepulauan hanya dapat breadth of the territorial sea is the
dipergunakan oleh negara kepulauan low water line along the coast as
yang mempunyai perbandingan 1 : 1 marked on large scale charts
atau 1 : 9 antara wilayah darat dan officially recognized by the coastal
lautnya. Garis pangkal lurus dapat state.
ditarik sejauh 100 Mil atau dengan b. Adanya pendapat bahwa dengan
perbandingan 3 % dengan garis adanya statement berarti bahwa
pangkalnya dapat ditarik sejauh 125 Mil, ketentuan pasal tersebut tidak dipakai
sedangkan garis pangkal lurus tidak ada dalam penarikan garis pangkal
ketentuan tentang panjang garis kepulauan dalam Bab IV UNCLOS
pangkalnya, perairan yang ditutup oleh 1982. Di lain pihak, ada pendapat
garis pangkal lurus kepulauan menjadi lain yang menyatakan bahwa Pasal 5
perairan kepulauan (archipelagic tersebut tetap berlaku untuk
waters) sedangkan perairan yang ditutup penarikan garis pangkal kepulauan
oleh garis pangkal lurus menjadi jika keadaan geografisnya tidak
perairan pedalaman (internal waters). memungkinkan ditarik garis pangkal
Sedangkan jika melihat kepulauan tersebut.
konstruksi UU nomor 6 tahun 1996, Klausul dalam Pasal 5 ini sangat
telah dianut konsepsi bahwa Indonesia berlainan dengan klausul dalam pasal 8
menganut cara penarikan garis sesuai yang tertulis Except as provided in
dengan UNCLOS 1982 dengan tanpa Part IV, water on the landward side of
pengecualian antara Bab II dan bab IV the baseline of the territorial sea form
di UNCLOS yaitu bahwa Indonesia part of the internal waters of the state.
menganut 5 cara penarikan garis Dalam Pasal 8 ini memang pengecualian
pangkal, dengan mengutamakan dalam Bab IV dimana garis pangkal
penggunaan garis pangkal lurus kepulauan ke dalam/kedaratan adalah
kepulauan (Pasal 5, 6 UU nomor 6 tahun perairan kepulauan (archipelagic
1996). waters) bukan internal waters.
a. Pembahasan permasalahan kedua (2) Pengaturan tentang internal waters telah
yaitu bahwa dalam Pasal 5 Bab II diuraikan dalam penjelasan dalam di
UNCLOS 1982 tertulis sebagai atas (a).
berikut Except where otherwise c. Pembahasan permasalahan ketiga (3)
provided in this Convention, the adalah penafsiran pasal 47 ayat 1
yang tertulis Archipelagic state may hukum laut internasional. Point to point
draw straight archipelagic baseline theory merupakan exercise Indonesia
joining the outermost point of the dalam menyatukan wilayah nusantara
outermost islands and drying reefs pada waktu itu. Konsep ini belum
of the archipelago provided that diterima sebagai konsep hukum
within such baselines are included internasional. Sehingga untuk me-
the main islands and an area in nyatukan wilayah nusantara (kepulauan
which the ratio of the area of the Indonesia) harus digunakan cara
water to the area of the land, penarikan garis pangkal yang terdapat
including atolls, is between 1 to 1 dalam UNCLOS 1982.
and 9 to 1. Dalam teori hukum dikenal, jika
Dalam pembahasan ini, ada menghadapi suatu intepretasi yang
yang berpendapat bahwa pengertian membingungkan maka dicari jalan
outermost point of the outermost penyelesaiannya dengan melihat
islands adalah suatu negara kepulauan yurisprudensi terhadap kasus yang sama,
boleh menarik garis pangkal dari titik selain itu dapat juga dipergunakan
terluar dari satu pulau yaitu antara pertumbuhan hukum munculnya konsep
tanjung ke tanjung dari satu pulau. baru tersebut.
Pendapat lain adalah bahwa Dengan melihat kemungkinan
prinsip penarikan garis pangkal tersebut, jika dilihat dari pertumbuhan
kepulauan adalah untuk klaim air (claim hukum pasal 47 ayat (1) tentang garis
waters) sehingga penarikan garis dari pangkal lurus kepulauan maka konsep
tanjung ke tanjung tidak tepat karena yang ada tersebut merupakan
akan merupakan klaim daratan. Konsep pertumbuhan hukum dari Pasal 7 ayat
penarikan garis pangkal dari tanjung ke (1) tentang garis pangkal lurus. Konsep
tanjung dalam satu pulau merupakan Pasal 7 UNCLOS merupakan pejabaran
konsep penarikan garis pangkal sesuai yang sama dengan pengaturan dalam
UU nomor 4 Prp tahun 1960 (point to Konvensi Jenewa 1958 sebagai hasil
point theory), tetapi konsep ini tidak dari Keputusan Mahkamah Internasional
berlaku lagi karena setelah di survei tentang Kasus Perikanan Inggris dan
hasil dari point to point theory justru Norwegian tahun 1951. perbedaanya
banyak memotong pulau atau karang, adalah Pasal 7 tersebut dipergunakan
sehingga prinsip ini sudah ditinggalkan, untuk negara pantai, tetapi prinsip dasar
selain itu teori ini tidak dikenal dalam pembentukan kaidah tersebut adalah