Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KONTRASEPSI IUD

A. PENGERTIAN
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma. (Kusumaningrum, 2009).
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari
plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari
plastic (Kusmarjadi, 2010)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone(Marjati, 2011)

B. JENIS-JENIS IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga)
mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk
mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert
IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010)

2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD (Imbarwati,
2009)

3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada
tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati,
2009)

4. Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari
AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab
terbuat dari bahan plastik (Maryani, 2004).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan
sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.
Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic
bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga
dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD
tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah
kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin.

C. PATOFISIOLOGI
Menurut BKKBN, 92003) Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan.
Hal tersebut salah satunya bisa dikarenakan ada latar belakang factor
ekonomi mapun social maupun lainnya.
Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak salah satunya akan
timbul perdarahan. Perdarahan yang disebabkan adanya perlukaan pada
dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat, maka
pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan.
Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar
masa haid. Demikian pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih
banyak karena ketika haid, terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini
menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai
daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa
haid. Masa adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan
ditandai dengan timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid
yang lebih lama dan lebih banyak. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral
yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama, bahkan
lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan
sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
Selain itu kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak
dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim. Fluor albus (keputihan) pada
penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.Disamping itu pada
saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya. (Kusumaningrum, 2009).
Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah
terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan
pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya
sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus
memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral,
sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika
kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga,
barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos
pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril
atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau
pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).

PATHWAY Alasan Menjadi Akseptor

Motivasi
Pengalam
Menunda Alasan dari an Membatasi
, kesehata petugas keluarga keturunan
mengatu n ibu kesehata tetangga
r, n teman
mengakh
iri
kehamila
n
Kelenjar rahim
permukaan dinding
menghancurkan
Proses pemasangan
endometriumalat
Kerja ovum
Mekanisme
Anggapan fibrin untuk pola
Perubahan
Insersi IUD ke Ansiet bersentuhan
terkontamin
KBSpooting
(IUD)
dalam rahim koping
Stressorin
Ekspulsi dengan AKDR
haid
asi
pembekuan di darah
Merangsang
saraf bebas

Fluor
Albus( keputihan)

Lactobacillus
Merangsang terhenti
pengeluaran
histamine,
bradikinin, Memicu
serotonin rekurensi
vaginosis
bacterial
Nyeri
dipersepsikan Resiko tinggi
oleh korteks infeksi
serebri

Gangguan
Rasa
Nyaman :
Nyeri

D. CARA KERJA IUD


Cara kerja kontrasepasi spiral menurut Muhammad, (2008):
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
4. Menimbulkan reaksi peradangan setempat di daerah endometrium
yang disertai serbukan leukosit dan sel-sel makrofag yang dapat
menghancurkan sperma.
E. KEUNTUNGAN PEMASANGAN IUD
Keuntungan penggunaan IUD menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi (2010):
1. Efektivitasnya tinggi 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun
pertama, 1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan.
2. Dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 th).
4. Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Tidak ada efek samping hormonal.
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan/sesudah abortus.
9. Dapat digunakan sampai dengan menopause.
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

F. EFEK SAMPING
Efek samping menurut Buku Panduan Ilmu Kandungan, (2005) :
1. Perdarahan: umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan
sedikit-sedikit yang cepat terhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu
haid perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.
Keluhan yang sering terjadi pada pemakai AKDR adalah menoragia,
spotting, metoragia. Jika terjdi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi,
sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti AKDR yang mempunyai ukuran
kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit dapat diusahakan mengatasinya
dengan pengobatan konservatif.
2. Rasa nyeri dan kejang di perut. Terjadi segera setelah pemasangan AKDR
biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa
nyeri dapat dihilangkan dengan member analgesik.
3. Gangguan pada suami. Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya
benang AKDR sewaktu senggama, dikarenakan oleh benang AKDR yang
keluar dari portio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk
mengurangi/menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu
panjang dipotong sampai kira-kira 2-3cm dari portio, sedang jika benang
AKDR terlalu pendek sebaiknya AKDRnya diganti.
4. Ekspulsi (pengeluaran sendiri). Biasanya terjadi pada saat menstruasi dan
dipengaruhi oleh:
a. Umur dan paritas: wanita muda lebih sering terjadi daripada wanita lebih
tua, paritas yang rendah (1-2) ekspulsi lebih besar (2x) daripada paritas
tinggi.
b. Lama pemakaian: ekspulsi sering terjadi pada 3 bulan pertama pasca
pemasangan.
c. Ekspulsi sebelumnya: pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi,
maka pada pemasangan kedua kalinya kecenderungan terjadinya
ekspulsi lagi ialah 50%.
d. Jenis dan ukuran: hal ini sangat mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada
lippes loop makin besar ukuran AKDR, makin kecil kemungkinan
ekspulsi.
e. Faktor psikis: frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita yang
emosional dan ketakutan, yang psikisnya labil.
5.Komplikasi lain:
a. Infeksi: hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang
subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan
AKDR.
b. Perforasi: jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi,
sebaiknya dilakukan foto rontgen.

G. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMASANGAN IUD


1. Indikasi
Indikasi pemasangan IUD menurut Muhammad (2008):
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus
2. Kontraindikasi
a. Belum pernah melahirkan
b. Adanya perkiraan hamil
c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.
d. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
e. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septic.
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
h. Penyakit trofoblas yang ganas.
i. Diketahui menderita TBC pelvic.
j. Kanker alat genital
k. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

H. WAKTU PENGGUNAAN IUD


Waktu Penggunaan IUD menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. (2010):
1. Setiap waktu dalam siklus haid (dipastikan tidak hamil).
2. Hari 1 7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, (48 jam pertama/ 1 bulan pasca salin).
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
5. Selama 1 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.

I. PETUNJUK BAGI KLIEN


Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,(2010):
1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 6 minggu pasca pemasangan
AKDR.
2. Selama 1 bulan pertama penggunaan AKDR, periksalah benang AKDR
secara rutin terutama setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami:
a. Kram/kejang perut bagian bawah.
b. Perdarahan (spotting) diantara haid/setelah senggama.
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual
4. Masa copper T 380A perlu dilepas 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan

5. Kembali ke klinik apabila:


a. Tidak dapat meraba benang AKDR.
b. Merasakan bagian keras dari AKDR.
c. Adanya infeksi.
d. AKDR terlepas.
e. Siklus terganggu.
f. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

J. PEMASANGAN IUD
Prosedur sebelum pemasangan:
1. Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .
2. Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan
antiseptic. Pegang bibir anterior dengan tenakulum. Menarik
tenakulum dengan hati-hati mengurangi sudut antara kanalis
servikalis dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan sonda
uterus. Tenakulum harus tetap terpasang sealama memasang Nova T
supaya serviks tetap tertarik.
3. Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga
uterus sampai mencapai fundus. Setelah menentukan arah serta
panjang kanalis servikalis dan rongga uterus, siapkan Nova T untuk
dipasang.
4. Lakukan pemasangan sesuai langkah 1-6.
Pemasangan
Langkah 1
Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan . Pegang
kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam tabung
insersi sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi lubang
tabung. Knop tidak perlu ditarik ke dalam tabung. Benang bisa putus
kalaau ditarik terlalu keras.
Langkah 2
Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung
insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat
dari sonda uterus.
Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan,
masukkan plunger (alat penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk
memastikan bahwa benang tidak tertekan pada alat oleh plunger.
Sebelum dipasang, tabungg dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan
posisi uterus. Tetukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam
kemasan steril setelah memasukkan plunger kedalam tabung insersi.
Langkah 3
Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan
membuka di dalam uterus.
Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan .
Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis servikalis
sampai flens menyentuh os servikal.
Langkah 4
Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan
erat dan lepaskan lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung
insersi ke bawah sampai ujungnya menyentuh bagian yang kasar.
Jarak antara flens dan os servikal sekarang sekitar 1,5 cm.
Langkah 5
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara
hati- hati sampai flens menyentuh os servikal lagi.
Langkah 6
Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi
seluruhnya dengan menarik tabung ke bawah sampai cincin dari
plunger.
Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama lepaskan
plunger sambil terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan
tabung insersi.
Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks

K. CARA PELEPASAN IUD


1. Petugas harus siap ditempat
2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang
ditentukan :
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter
k. Stetoskop
Langkah-langkah :
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan Lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
dan posisi uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus control
13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register
KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN
INTRA UTERINE DEVICE (IUD)
A. Pengkajian
1. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
2. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik
kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi,
perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
3. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor
KB tersebut.
4. Riwayat Obstetri
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
5. Riwayat Menstruasi
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat
darah haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
6. Riwayat Kesehatan
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
7. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
8. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
B. Pemeriksaan umum
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak
dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari
hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi
karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek
hormonal).
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam,
varises, ukuran uterus yang mengalami kelainan
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi
post pemasangan implant pada tangan atas.
2. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat
perdarahan, maka diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10gr/dl
b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
3. Pemeriksaan Psikososial
a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan
kontrasepsi
c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan
kesehatan untuk kontrol lainnya.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi
2. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai
dengan klien mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam,
pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi
3. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal
ditandai dengan klien mengatakan haid tidak teratur
4. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu
ditandai dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
D. Intervensi
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan luka insisi
NOC : kontrol nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x24 jam pasien dapat
mengontrol nyeri dengan indicator :
1. Mengenali faktor penyebab
2. Mengenali onset (lamanya sakit)
3. Menggunakan metode pencegahan
4. Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri
5. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
6. Mencari bantuan tenaga kesehatan
7. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
8. Menggunakan sumber-sumberyang tersedia
9. Mengenali gejala-gejala nyeri
10. Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya
11. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
NIC : Manajamen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5. Pilih metode penanganan nyeri farmakologik dan non farmaklogik
atau metode pendukung lainnya selama masih sesuai dengan
indikasi.
6. Jika non farmakologik, bisa diberikan tehnik relaksasi, nafas dalam,
guided imagery, distraksi, akupressure, panas/dingin terapi,
gelombang panas, lalu lakukan evaluasi.
7. Kolaborasi pemberian analgesik dan lakukan evaluasi.
8. Diskusikan dengan pasien cara mengurangi nyeri yang di alami
(versi pasien sendiri, perawat hanya mengarahkan).
9. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
10. Kurangi faktor presipitasi
Dx 2 : Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x 24 jam status
kekebalan pasien meningkat dengan indilaktor:
1. Tidak didapatkan infeksi berulang
2. Tidak didapatkan tumor
3. Temperatur badan sesuai yang diharapkan
4. Integritas kulit
5. Integritas mukosa
NIC : Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
5. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

7. Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selama


kontak dengan kulit yang tidak utuh

Dx 3: Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaptasi hormonal


NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24jam diharapkan dalam
waktu 1 bulan haid kembali normal dengan kriteria:
1. Sifat darah haid kembali pada siklus awal/biasa
2. Tidak ada spotting haid yang berulang
NIC :
1. Kaji lamanya dan banyaknya spotting
2. Jelaskan pada ibu efek samping alat kontrasepsi AKDR dan hormonal
pada hari-hari pertama pemakaian alat kontrasepsi
3. Observasi untuk pemeriksaan lab, Hb, Leukosit, trombosit, Ht.
4. Konsul ke dokter bila keluhan menjadi berat
Dx 4 : Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu
NOC :
1. Mengontrol agresifitas
2. Mengontrol ansietas
3. Koping efektif
NIC :
1. Bicara yang lembut, jelas dan sederhana.
2. Duduk dan dengarkan masalah pasien.
3. Anjurkan untuk bernafas teratur dan dalam.
4. Gunakan tehnik distraksi.
5. Identifikasi orang lain yang mungkin bisa membantu mereduksi stress.
6. Berilah pengertian pada klien tentang kondisi yang di alaminya pada saat
ini.
7. Berikan sikap terbuka pada klien dan pertahankan kontak mata disaat
mendengarkan atau memberikan informasi pada klien. .
8. Gunakan pendekatan perlahan dan pelajari informasi seperti apa yang
dibutuhkan oleh klien.
9. Berikan kesempatan untuk berdiskusi dan berikan fakta tentang
diagnosis, perawatan dan prognosis.
10. Berikan kesempatan untuk mengkoreksi miskonsepsi.
11. Kenalkan klien dengan staf perawatan dan tenaga kesehatan lainnya,
orientasikan dengan ruangan, alat dan bahan yang dibutuhkan yang
mungkin digunakan selama merawat klien.
12. Evaluasi kemampuan klien dalam mengambil keputusan.
13. Lakukan evaluasi mengenai informasi yang telah diberikan.
14. Bantu klien untuk mengambil keputusan disaat-saat krisis.
15. Bantu klien untuk menjalin hubungan dengan orang lain terutama orang-
orang terdekat.
16. Berikan kesempatan untuk menjalankan aktivitas ibadah.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.


Jakarta : BKKBN.
BKKBN. 2008. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
BKKBN
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-80
ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD
Pada Peserta KB Non IUD
Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Jenis Kontrasepsi yang Digunakanpada Pasangan Usia Subur.
http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf
Marjati. 2011. Makalah Manajemen Asuhan Kebidanan. Malang.
Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana
Bagi Wanita
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal.
Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP
Zahra. 2008. KB Spiral. http://sekarlove.multiply.com/reviews/item/2

Anda mungkin juga menyukai