PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta orang
meninggal akibat stroke. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah
penyakit jantung dan keganasan. Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000
penduduk per tahunnya. Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun.
Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non-hemoragik ( 53%
adalah stroke trombotik dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian
stroke trombotik 37% dan stroke embolik 60%. Presentasi stroke hemoragik
hanya sebanyak 15-35%. 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom
intraserebral, dan 5-15% perdarahan subarachnoid. Angka kematian stroke
hemoragik mencapai 20-30%.
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik merupakan 80% dari penyebab stroke, disebabkan oleh
gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak akibat bentukan trombus atau
emboli. Keadaan ini dapat diperparah oleh terjadinya penurunan perfusi sistemik
yang mengaliri otak. Sedangkan stroke hemoragik intraserebral dan subarakhnoid
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kranial.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1. Definisi
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak.
Kata stroke merupakan istilah inggris yang berarti pukulan, pada istilah
kedokteran stroke sendiri digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau
hemiparalisis akibat lesi vascular yang bisa muncul dalam beberapa detik sampai
hari, tergantung dari jenis penyakit kausanya. Sebagaimana dijelaskan bahwa terdapat
bagian otak yang secara tiba-tiba tidak mendapat jatah darah lagi karena arteri yang
menyuplai daerah itu mengalami sumbatan atau terputus. Penyumbatan itu bisa
terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun
berlangsung hanya sementara.
Menurut Bahrudin sediri, stroke merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan
gangguan fungsi otak, fokal atau global, yang timbul mendadak, berlangsung lebih
dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab yang jelas selain vaskular.
Jadi stroke adalah kelainan jaringan otak yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah.
2
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta orang
meninggal akibat stroke. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian di dunia.
Selain itu stroke juga mengakibatkan kecatatan. Pada tahun 1999, 50 juta orang
mengalami kecatatan akibat stroke (Bahrudin,2013). Di Amerika stroke merupakan
penyebab kematian nomer tiga dan terdapat 750.000 orang terserang stroke.
Data stroke di Indonesia menunjukan peningkatan terus baik dalam hal kejadian,
kecatatan, maupun kematian. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar
15,9% (umur 45-55 th) dan 26,8 % (umur 55-64 th), dan 23,5% (umur >65th).
Kejadian stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecatatan 4,3% dan semakin
memberat, penderita laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan.
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan. Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya.
Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-
85% merupakan stroke non-hemoragik ( 53% adalah stroke trombotik dan 31%
adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik 37% dan stroke
embolik 60%. Presentasi stroke hemoragik hanya sebanyak 15-35%. 10-20%
disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan 5-15% perdarahan
subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik mencapai 20-30%. Prevalensi stroke
di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60 per 1000 pada
rentang usia 65-74 tahun dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-84 tahun.
Presentasi kematian mencapai 40-60%.
3
2.1.3 Klasifikasi
4
2.2. Stroke non hemoragik (stroke iskemik)
2.2.1 Definisi
Suatu kondisi dimana suplai darah tidak dapat disampaikan ke daerah di otak
oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat. Stroke iskemik dapat dibagi menjadi
stroke trombotik dan stroke embolik.
Dapat dibagi menjadi faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang
dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodisikasi antara lain: usia, ras,
jenis kelamin, riwayat keluarga menderita penyakit vascular. Sedangkan faktor resiko
yang dapat dimodisikasi antara lain : hipertesi, penyakit jantung, obesitas, resistensi
insulin, sindroma metabolik, diabetes, merokok, dislipidemia, inaktifitas fisik, oral
kontrasepsi, menderita TIA atau stroke sebelumnya.
2.2.3 Patofisiologi
5
dapat di reperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada
faktor waktu dan jika tak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur-angsur
mengalami kematian. Dipandang dari segi biologi molekuler, ada dua mekanisme
kematian sel otak. Pertama proses nekrosis, suatu kematian berupa ledakan sel akut
akibat penghancuran sitoskeleton sel, yang berakibat timbulnya reaksi inflamasi dan
proses fagositosis debris nekrotik. Proses kematian kedua adalah proses apoptosis
atau silent death, sitoskeleton sel neuron mengalami penciutan atau shrinkage tanpa
adanya reaksi inflamasi seluler. Nekrosis seluler dipicu oleh exitotoxic injury dan free
radical injury akibat bocornya neurotransmitter glutamate dan aspartat yang sangat
toksik terhadap struktur sitoskeleton otak.
Demikian pula lepasnya radikal bebas membakar membran lipid sel dengan
segala akibatnya. Kematian Apoptotic mungkin lebih berkaitan dengan reaksi rantai
kaskade iskemik yang berlangsung lebih lambat melalui proses kelumpuhan pompa
ion Natrium dan Kalium,yang diikuti proses depolarisasi membran sel yang berakibat
hilangnya kontrol terhadap metabolisme Kalsium dan Natrium intraseluler. Ini
memicu mitokondria untuk melepaskan enzim caspase-apoptosis.
2.2.4 Patogenesis
Penyebab utama stroke iskemik adalah thrombus dan emboli yang seringkali
dipengaruhi oleh penurunan perfusi sistemik. Thrombus disebabkan oleh kerusakan
pada endotel pembuluh darah, dapat terjadi baik di pembuluh darah besar (large
vessel thrombosis), maupun di pembuluh darah lakunar (small vessel thrombosis).
Kerusakan ini dapat mengaktivasi dan melekatkan platelet pada permukaan endotel
tersebut, kemudian membentuk bekuan fibrin. Penyebab terjadinya kerusakan yang
paling sering adalah aterosklerosis (aterotrombotik). Pada aterotrombotik terbentuk
plak akibat deposisi lipid sehingga terjadi penyempitan lumen pembuluh darah yang
menghasilkan aliran darah yang turbulen sepanjang area stenosis. Hal ini dapat
menyebabkan disrupsi intima atau pecahnya plak sehingga memicu aktivitas
trombosit. Gangguan pada jalur koagulasi atau trombolisis juga dapat menyebabkan
6
thrombus Pembentukan thrombus atau emboli yang menutupi arteri akan menurunkan
aliran darah di serebral dan bila ini berlangsung dalam waktu lama dapat
mengakibatkan iskemik jaringan sekitar lokasi thrombus.
Gambaran klinis stroke ischemia tergantung pada area otak yang mengalami
ischemia.
A. serebri anterior : biasa nya bersifat embolisasi. Paralisis kaki dan tungkai
kontralateral dengan hipestesia kontralateral , reflex memegang pada tangan
sisi kontralateral, hilangnya semangat hidup (abulia)`, hilangnya pengendalian
gerakan untuk melangkahkan kedua tungkai, mengulang-ulangi saja suatu
kata atau pernyataan dan hilangnya kelola terhadap kandung kemih
(ngompol).
A. serebri media : biasanya bersifat embolisasi. Bila seluruh arteri yang
terkena maka gambaran klinisnya : hemiparalisis dan hemihipestesia
kontralateral, hemianopia homonym kontralateral dengan deviasi kearah lesi,
afasia jika hemisferiium dominan yang terkena. Jika salah satu cabang arteri
serebri media saja yang tersumbat , maka akan dijumpai sindroma arteria
cerebri yang tidak lengkap : afasia motorik dengan hemiparesis dimana lengan
dan muka bagian bawah lebih lumpuh daripada tungkai (cabang a. serebri
media atas), afasia sensorik dengan hemihipestesia lebih jelas daripada
hemiparesis (cabang a.serebri media bawah).
A. karotis interna: oklusi arteri karotis dapat asimptomatik. Oklusi
symptomatic menyebabkan syndrome yang mirip dengan oklusi arteri serebri
media (hemiplegia kontralateral, deficit hemisensorik dan homonimus
hernianopsia, afasia pada hemigfer dominan), transient monocular blindness.
7
A. serebri posterior : abnormalitas ocular, parese N III, internuklear
ophtalmophegia, deviasi mata ke vertical. Oklusi di lobus occipital terutama
pada hemisphere dominan, pasien dapat mengalami afasia anomik. Alexia
tanpa agraphia, ataupun agnosia visual. Infark kedua hemisphere arteri serebri
posterior menyebabkan kebutaan kortikal, gangguan memori, prospagnogsia
(gangguan mengenal wajah yang familiar).
8
2.2.8 Terapi
Perawatan pasien stroke iskemia harus meliputi terapi umum (tekanan darah,
kebutuhan cairan dan nutrisi, kebersihan fungsi ekskresi, rehabilitasi medis untuk
mencegah dekubitus dan kontraktur). Berdasarkan patofisiologi terjadinya stroke
iskemia, ada beberapa jenis pengobatan, yaitu trombolisis dan revaskularisasi untuk
melisis thrombus dan menghilangkan hambatan aliran darah ke otak, antikoagulan
atau antiplatelet untuk mencegah terjadinya thrombus pada aliran darah ke otak,
antikoagulan atau antiplatelet untuk mencegah terjadinya thrombus pada aliran darah
kolateral dan neuroprotektan untuk menghambat proses kerusakan neuroglia pada
area penumbra.
9
arteri kolateral, antikoagulan dipergunakan untuk stroke emboli yang berasal dari
jantung (stroke iskemia dengan atrial fibrilasi, antikoagulan berfungsi untuk
mencegah terjadinya stroke emboli pada arteri kolateral dan tidak bisa melisis
thrombus pada arteri yang telah mengalami penyumbatan akibat emboli sebelumnya.
10
2. Disabilitas adalah setiap keterbatasan atau ketidakmampuan untuk
melakukan suatu aktivitas dengan cara atau dalam rentang yang dianggap normal
untuk orang sehat.
3. Handicap adalah gangguan yang dialami oleh individu akibat impairment
atau disabilitas tersebut, yang membatasi perannya sebagai manusia normal.
DAFTAR PUSTAKA
11
4. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta :
Dian Rakyat.
5. Sidharta, Priguna; Mardjono, Mahar. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :
Dian Rakyat.
6. Sjahrir H. Stroke Iskemik. Medan: Yandira Agung. 2003; 1-3.
12