Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Gonorhea merupakan sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital,
oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit
dan persendian.Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
2. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan kepada perawat tentang konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan tentang asuhan keperawatan klien dengan Gonorhea.

2. Tujuan Khusus

1) Perawat mampu menjelaskan konsep dasar gonorrhea

2) Perawat mampu menjelaskan tentang askep gonorrhea

3) Perawat mampu meaplikasikan Nanda, Noc, dan Nic pada klien gonorrhea

3. MANFAAT

1. Bagi Penulis

Menambah kemampuan dan wawasan penulis dalam menajemen dalam asuhan


keperawatan pasca gonorhea

2. Bagi Pembaca
Menjadi bahan acuan dalam pembuatan tugas keperawatan dewasa sehingga
penulis dapat menemukan kekurangan kurangnya dalam pembuatan makalah ini.

3. Bagi Pendidikan

Memberikan masukan bagi pendidikan keperawatan untuk meningkatkan dan


mengembangkan pengetahuan berkaitan dengan menajemen dalam asuhan keperawatan
gonorrhea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea. Ada masa tenggang selama 2 10 hari setelah kuman masuk kedalam tubuh
melalui hubungan seks. (Adhi,1999).
Pada sekitar 50% penderita gonore, ditemukan infeksi trikomoniasis dan /
atau klamidia yang menyertainya.
Cara penularan hampir semuanya melalui kontak seksual (genito-genital,
oro-genital, ano-genital)
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan olehNeisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-
genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan konjungtiva. (Brunner dan Suddarth,2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

C. PATOFISIOLOGI
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens,
vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar Skene, Bartholini,
endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita (Price, 2006).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada pria:
a. Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
b. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri
ketika berkemih
c. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya
lendir mukoid dari uretra
d. Retensi urin akibat inflamasi prostat
e. Keluarnya nanah dari penis.
2. Pada wanita:
a. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
c. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
d. Nyeri ketika berkemih
e. Keluarnya cairan dari vagina
f. Demam
g. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus, dapat
menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah
dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada pria:
a. Prostatitis
b. Cowperitis
c. Vesikulitis seminalis
d. Epididimitis
e. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
2. Komplikasi pada wanita:
a. Komplikasi uretra
b. Bartholinitus
c. Endometritis dan metritis
d. Salphingitis
G. PENGOBATAN
1. Tanpa Komplikasi
a. Ampicillin: 3,5 g
b. Amoxycillin: 3 g
c. Cotrimoxazole:
- 4 tablet/ hari selama 5hari
- 2 x 4 tab/ hari selama 2 hari

2. Dengan Komplikasi:
a. Penicilline510 hari
b. Thiamphenicol 10 14 hari
c. Tetracycline1014hari
3. Medikamentosa
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,
banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.Untuk sebagian besar infeksi,
penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum
penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.Spectinomycin berguna
untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin.
Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.
4. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
a) Bahaya penyakit menular seksual
b) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
d) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindari.
e) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS,
dan informasi apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari
klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien gonore adalah nyeri dan gatal. Nyeri disebabkan
karena iritasi terhadap saraf. Klien biasanya mengatakan nyeri saat kencing namun
ada juga yang asimtomatik. Dalam pengkajian nyeri harus diperhatikan PQRST.
Sedangkan gatal yang dialami akibat infeksi bakteri pada bagian tubuh klien
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya infeksi. Perlu ditanyakan apakah klien
pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah derita oleh klien sebelum
mengalami gonore.
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?

(Terinfeksinya dikarenakan sering berhubungan seks tanpa pengaman )

Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.


(Berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian
distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi)

R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar ?

(Rasa tidak nyaman pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih)

S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.

(Rata-rata nyeri berskala 7)

T = Kapan keluhan dirasakan ?

(Keluhan dirasakan pada saat akan berkemih)

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
yang sama seperti yang diderita klien sekarang dan juga apakah ada penyakit
keturunan yang di derita keluarganya.

f. Pola Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan kesehatannya dalam kehiduoan sehati
harinya, misalnya PH dari klien seperti mandi dan gosok, gigi serta kebiasaan
kebiasaan dalam mengkonsumsi minum minuman keras dan perokok.
2. Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum dan
setelah sakit, biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur karena
proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi komplikasi.
3. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam
berolahraga.
4. Pola hubungan dan peran
Perlu dikaji bagaimana peran klien dengan keluarganya dan lingkungan
sekitarnya, biasanya pada klien dengan gonore hubungan peran dengan
keluarga terutama suami atau istri kurang baik sehingga menyebabkan
pelampiasannya dengan orang lain yang telah terjangkit gonore.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji bagaimana persepsi klien dengan kondisi tubuhnya yang menderita
gonore, apakah hal ini akan mempengaruhi konsep diri klien yang
menyebabkan klien ini akan merasa rendah diri.

6. Pola sensori dan kognitif


Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya dan
juga kognitif klien, misalnya tingkatan pendidikannya. Biasanya pada klien
gonore tingkat pendidikannya rendah sehingga mereka sulit mendapatkan
pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang bisa menyebabkan tertularnya
gonore.
7. Pola penanggulangan stress
Perlu dikaji bagaimana klien dalam menangani stress yang dialami
berhubungan dengan kondisi sakitnya.
8. Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan beribadah klien, serta kepercayaannya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa jumlah
anaknya, apakah menggunakan alat kontrasepsi dan dengan kondisi sakitnya
saat ini bagaimana pola seksualitas dari klien, biasnya klien mengalami
perubahan dalam pola seksualnya karena adanya inflamasi pada organ
reproduksinya.
10. Pola eliminasi
Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap harinya,
apakah mengalami gangguan atau tidak, biasanya klie mengalami disuria dan
sulit untuk BAB serta diikuti dengan rasa nyeri.

11. Pola nutrisi dan metabolisme


Klien perlu dikaji dengan kondisi sakitnya, apakah klien mengalami gangguan
pola makan, namun biasanya klien akan merasa malas, dan mengalami
gangguan pola makannya karena adanya inflamasi pada faringnya sehingga
akan mengalami penurunan metabolisme tubuh.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Kesadaran

GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6

Observasi TTV Klien, yaitu :

a) Nadi
b) Tekanan Darah
c) RR
d) Suhu
2) Pengkajian Persistem
a) Sistem Integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin
rashes.
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan, biasanya pada
klien bunyi jantung normal, namun akan mengalami peningkatan nadi
karena proses dari inflamasi yang mengakibatkan demam.
c) Sistem Pernafasan
Perlu dikaji pola nafas klien, auskultasi paru paru untuk mengetahui
bunyi nafas, dan juga kaji anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi
peradangan atau tidak. Biasanya pada klien terdapat peradangan pada
faringnya karena adanya penyakit.
d) Sistem Penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak ( Konjungtiva tidak
mengalami peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada
konjungtivitis gonore dan juga bisa ditemukan adanya pus )
e) Sistem Pencernaan
(1) Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil. Mulut sudah terjaga
PHnya dan tidak terdapat toksil.
(2) Pada faring biasanya mengalami inflamasi sehingga akan mengalami
gangguan dalam pola makan
(3) Apakah terdapat diare / tidak. Pola eliminasi vekal tidak mengalami
gangguan.
(4) Anus. Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat
infeksi yang menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB
f) Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami , retensi urin karena inflamasi prostat,
keluar nanah dari penis dan kadang kadang ujung uretra disertai darah,
pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan kelenjar bartoloni
serta labio mayora pada wanita yang juga disertai dengan nyeri tekan.
g) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien laki laki tidak mengalami kesulitan bergerak,
sedangkan pada pasien wanita yang sudah mengalami komplikasi akan
mengalami kesulitan dalam bergerak dan juga saat duduk karena
terjadinya komplikasi pembengkakan pada kelenjar bartholini dan juga
labio mayoranya

2.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada uretra ditandai dengan klien
mengeluh sakit dan keluat nanah pada saat berkemih.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi )
c. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan klien banyak bertanya
tentang penyakitnya
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan & Criteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1 Domain 12 : Kenyamanan NOC: Managemen nyeri :
Kelas 1 :Kenyamanan Fisik 1. Kaji tingkat nyeri secara komprenshif
- Kontrol nyeri
(00132) Nyeri Akut b/d adanya reaksi
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
inflamasi - Tingkat kenyamanan frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Defenisi : Pengalaman emosional dan
2. Observasi reaksi nonverbal dari
sensori yang tidak menyenangkan yang - Tingkatan nyeri
ketidaknyamanan
muncul dan kerusakan jaringan secara 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Setelah dilakukan askep
actual dan potensial atau menunjukan untuk mengetahui pengalaman nyeri
selama 24 jam tingkat
adanya kerusakan.Serangan atau klien sebelumnya
kenyamanan klien maningkat, 4. Control factor lingkungan yang
perlahan dari intensitas ringan sampai
nyeri terkontrol dengan mempengaruhi nyeri seperti suhu
berat yang diantisipasi atau diprediksi
criteria hasil : ruangan, pencahayaan, kebisingan
durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
1. Klien melaporkan nyeri 5. Kurangi factor presipitasi nyeri : berikan
Batasan Karakteristik:
berkurang berkurang, oksigen sesuai indikasi
- Melaporkan nyeri secara verbal atau non
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
verbal skala nyeri 2-3
2. Ekspresi wajah tenang dan (farmakologis/non)
7. Berikan analgetik untuk mengurangi
- Menunjukan kerusakan klien mampu istirahat
3. TTV dalam batas normal nyeri
- Posisi untuk mengurangi nyeri TD : 120/80 mmHg
N : 60-100x/i Administrasi analgetik:
RR : 16-20 x/i
- Gerakan untuk melindungi 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
S : 360c
1. dan derajat nyeri sebelum pemberian
- Tingkah laku berhati-hati obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
- Muka topeng dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
- Gangguan tidur 4. Tentukan analgetik pilihan , rute
pemberian dan dosis optimal
- Focus pada diri sendiri 5. Monitor TTV sebelum dan sesudah

- Perubahan otonom dalam tonus otot pemberian analgetik


6. Berikan analgetik tepat waktu terutama
(dalam rentang lemah ke kaku)
saat nyeri muncul
7. Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan
- Tingkah laku distraksi ( jalan-jalan,
gejala efek samping
menemui orang, aktivitas berulang)

- Perubahan dalam nafsu makan.

Faktor yang berhubungan


- Agen cedera (biologi, kimia, fisik,
psikologi)

Kriteria hasil yang disarankan


- Kontrol nyeri

- Nyeri penggagun

- Tingkat kenyamanan

- Tingkatan nyeri
2 Domain 11: Keamanan/perlindungan NOC: a. Fever treatment
Kelas 6: termoregulasi
Setelah dilakukan askep 1. Monitor suhu sesering mungkin
(00007)Hipertemia b/d proses inflamasi
Defenisi: suhu tubuh naik diatas selama 24 jam hipertermi 2. Monitor IWL
rentang normal terkontrol dengan criteria 3. Monitor warna dan suhu kulit
Factor yang berhubungan:
hasil : 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Penyakit trauma
a. Termoregulation 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
1. Melaporkan
- Peningkatan metabolisme 6. Monitor WBC, Hb dan HCt
kenyamanan suhu
7. Monitor intake dan output
2. Menunjukkan
- Aktivitas yang berlebihan
8. Berikan antipiretik
perubahan warna kulit
- Dehidrasi 3. Menunjukkan tidak 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
terjadi dehidrasi penyebab deman
- Pengaruh medikasi/anestesi
10. Kolaborasi dalam pemberian
- Penyakit intravena
b. Temperature regulation
- Pengobatan
1. Monitor suhu minimal 2 jam
Batasan karakteristik: 2. Rencanakan monitoring suhu secara
- Kenaikan suhu tubuh diatas rentang kontinyu
normal 3. Monitor TD, nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
- Serangan atas konvulasi (kejang)
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
- Kulit kemerahan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Pertambahan RR 7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
- Takikardi
8. Ajarkan pada pasien mengech
- Saat disentuh tangan terasa hangat keletihan akibat panas
9. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan.
10. Berikan anti pireti bila perlu.
11. Ajarkan indikasi dari hipertermi dan
pengananan yang diperlukan
c. Vital sign monitoring
1. Monitor TD, nadi,suhu dan RR
2. Catat adanya fluktasi tekanan darah
3. Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi dan RR sebelum,
selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikhardi, peningkatan sistolik)
10. Monitor sianosis perifer
3 Domain 9: Koping/Toleransi Stress NOC: a. Control cemas
Kelas 2: Respon Koping
- Anxieta self-kontrol
(00146) Indikator
- Anxiety level
Ansietas b/d perubahan status kesehatan
- Coping 1. Monitor intensitas tingkat
Definisi: perasaan tidak nyaman atau
Setelah dilakukan askep kecemasan
kekhawatiran yang samardisertai respon
selama 24 jam cemas nyeri
autonom perasaan yang disebabkan oleh
2. Menyingkirkan tanda kecemasan
terkontrol:
antisipasi terhadap bahaya
Batasan karakteristik: 1. Klien mampu 3. Menurunkan stimulasi lingkungan
Prilaku:
mengidentifikasi dan ketika cemas
Produktivitas berkurang
mengungkapkan gejala
4. Menggunakan teknik relasasi untuk
Scaning dan kewaspadaan cemas
2. Mengidentifikasi menurunkan kecemasan
Kontak mata yang buruk mengungkapkan dan
5. Merencanakan koping
menunjukkan teknik untuk
Gelisah
mengontrol cemas 6. Mengguankan strategi koping efektif
Pandangan sekilas 3. Vital sigh dalam batas
normal 7. Melaporkan penurunan durasi dari
Insomnia 4. Postur tubuh, ekspresi periode cemas
wajah, bahasa tubuh dan
8. Melaporkan rentang waktu antara
Resah tingkat aktivitas episode cemas
menunjukkan
Afektive 9. Mempertahankan huubungan sosial
berkurangnya kecemasan
Penyesalan
10. Melaporkan tidak adanya gangguan
Irritable persepsi sensori

Kesedihan yang mendalam b. Koping


1. Menunjukkan fleksibilitas peran
Ketakutan
2. Keluarga menunjukkan fleksibilitas
Gelisah, gugup
peran para anggotanya
Mudah tersinggung
3. Pertentangan masalah
Rasa nyeri hebat dan menetap
4. Nilai keluarga dapat mengatur
Focus pada diri masalah

Ketakutan 5. Manajemen masalah

Perasaan tidak adekuat 6. Melibatkan anggota keluarga


memutuskan masalah
Fisiologis
Gemetar, tangan tremor 7. Mengguanakan support sosial

Goyang c. Penurunan kecemasan

Respirasi menigkat (simpatis) 1. Tenagkan klien


Keinginan ingin kencing (parasimpatis) 2. Berusaha memahami keadaan klien

Nadi meningkat 3. Berikan informasi tentang diagnose,


prognosis, dan tindakan
Pupil dilatasi
4. Jelaskan seluruh tindakan yang
Reflek meningkat
diberikan kepada klien dan perasaan
Nyeri abdomen yang ungkin muncul pada saat
diberikan tindakan
Gangguan tidur
5. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi
Berkeringat banyak
fisik pada tingkat kecemasan
Wajah tegang.
6. Sediakan aktivitas untuk
Factor yang berhubungan: menurunkan ketegangan
Transmisi interpersoanal
7. Bantu pasien untuk mengidentfikiasi
Kebutuhsn tidal terpenuhi situasi yang mencitakan cemas

Ancaman kematian 8. Instruksikan pasien untuk


menggunakan teknik relaksasi
Stres
9. Berikan pengobatan untuk
Substansi abuse
menurunkan cemas dengan cara
Perubahan dalam status peran, cepat
kesehatan, pola interaksi
Fungsi peran d. Peningkatan Koping

1. Hargai pemahaman pasien tentang


proses penyakit

2. Hargai dn diskusikan alternative


respon terhadap situasi

3. Gunakan pendekatan yang tenang


dan memberikan jaminan

4. Sediakan informasi yang actual


tentang diagnose, penanganan dan
prognosis

5. Tentukan keampuan klien untuk


mengambil keputusan

6. Instruksikan pasien untuk


menggunakan teknik relaksasi

7. Berikan pengobatan untuk


menurunkan cemas dengan cara
cepat
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Skenario :
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan demam rasa gatal pada
ujung penis, dan nyeri pada saat BAK. Hasil pengkajian ditemukan : pasien mengatakan
mengalami keluhan sejak tiga minggu yang lalu merasakan nyeri pada saat ereksi. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan : pasien nampak meringis, nampak duh tubuh disertai darah
keluar dari ujung uretra, orivisium nampak memerah dan edema, nampak pembesaran
iguinal bilateral. Pada pengkajian yang mendalam, pasien dengan jujur mengatakan
memiliki pola seks yang menyimpang (homo seksual)
Kata kunci:
1. Rasa gatal pada ujung penis
2. Nyeri saat BAK
3. Nyeri pada saat ereksi
4. Pasien nampak meringis
5. Nampak duh tubuh disertai darah keluar dari ujung uretra
6. Orivisium uretra eksternum nampak memerah dan edema
7. Nampak pembesaran kelenjar iguinal bilateral
8. Klien mengeluh demam
9. Memiliki pola seks yang menyimpang (homo seksual)

Anda mungkin juga menyukai