Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan merupakan suatu proses dalam mencapai suatu keputusan
secara efisien dan efektif di masa yang akan datang dengan memanfaatkan potensi
sumber daya yang ada dan meminimalisir segala kendala ataupun hambatan yang
akan terjadi demi tercapainya suatu tujuan perencanaan. Perencanaan sangat
diperlukan untuk merumuskan kejadian yang akan terjadi di masa depan melalui
banyak proses perencanaan sehingga menghasilkan output perencanaan yang
berkelanjutan.
Perencanaan wilayah merupakan suatu pengembangan dari berbagai
perencanaan yang ada. Wilayah memiliki karakteristik yang berbeda dengan
perkotaan serta ruang lingkupnya yang lebih besar bukan hanya yang ada di dalam
wilayah tersebut saja melainkan juga keterkaitan dengan wilayah yang lebih besar
maupun wilayah disekitarnya. Isuisu perencanaan wilayah menyangkut
kesenjangan antar wilayah, belum optimalnya sumber daya yang ada dalam suatu
wilayah, dan penurunan kualitas lingkungan hidup yang terjadi karena banyak
faktor. Isu-isu ini juga terkait dengan sumber daya manusia yang ada dalam suatu
wilayah.
Kabupaten Karawang yang menjadi lumbung padi nasional telah
mengalami isu-isu permasalahan yang terjadi di wilayah-wilayah yang mengalami
perkembangan sangat pesat. Lumbung padi Nasional Kabupaten Karawang telah
beralih fungsi menjadi Kawasan Industri yang merupakan dampak urban sprawl
dari daerah sekitarnya khususnya Kabupaten Bekasi. Kecamatan kecamatan
yang mengalami dampak perubahan industrialisasi ini adalah Kecamatan Teluk
Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Klari, Purwasari, Kota Baru, Cikampek,
Ciampel, Pangkalan, dan Tegalwaru. Dan berdasarkan RTRW Kabupaten
Karawang Tahun 2011-2031 Ke-sembilan Kecamatan tersebut sudah diarahkan
menjadi Kawasan Industri. Industrialisasi ini mengakibatkan banyak merubah
struktur Kabupaten Karawang khususnya merubah masyarakat Karawang yang
awalnya bermata pencaharian dan berkeahlian menjadi petani kini harus
beradaptasi dalam bidang industri.
Perubahan-perubahan yang terjadi di Wilayah Karawang Bagian Selatan
ini salah satunya di sebabkan oleh urbanisasi in situ maupun ex situ. Masyarakat

1
yang berdatangan dari luar Kabupaten Karawang telah mengikis penduduk asli
yang berkeahlian menjadi seorang petani. Kedatangan masyarakat dari luar ini ada
yang disertai dengan keahlian adapula yang tidak. Sehingga, kedatangan
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja ini juga akan menjadi
beban masyarakat dan menimbukan masalah-masalah sosial seperti kriminalistas,
tuna wisma dan sebagainya.
Dengan mengetahui karakteristik penduduk, sosial, dan budaya yang ada
serta di analisis lebih lanjut maka diharapkan studio perencanaan wilayah di
Wilayah Karawang Bagian Selatan ini juga mampu memberikan pertimbangan
untuk membuat rencana tata ruang yang lebih humanis, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

1.2 Isu
Potensi :
- Berdasarkan Rencana Tenaga Kerja Kabupaten Karawang Tahun 2014-2018
diperkirakan bahwa kesempatan kerja pada tahun 2014 khususnya pada sektor
industri pengolahan di Wilayah Karawang Bagian Selatan mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 253.574 orang atau sebesar 26,40%.
- Adapun jumlah usia penduduk produktif di Wilayah Karawang Bagian Selatan
sebanyak 512.133 orang atau sekitar 66,38% dari keseluruhan jumlah
penduduk Wilayah Karawang Bagian Selatan, hal ini berarti angka beban
ketergantungan di Wilayah Karawang Selatan tergolong sedang (setiap 100
penduduk yang produktif, hanya menanggung beban 33 orang penduduk
nonproduktif). (Sumber : Rencana Tenaga Kerja Kabupaten Karawang Tahun
2014-2018 & Kecamatan Dalam Angka Tahun 2015).
Masalah :
Penduduk yang bermigrasi masuk ke Wilayah Karawang Bagian Selatan
berjumlah 12570 orang pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
tingginya tingkat persaingan kerja dengan penduduk asli yang ada di Wilayah
Karawang Bagian Selatan. Selain itu kualitas masyarakat di Wilayah Karawang
Bagian Selatan didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan akhir
tamatan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 69.174 jiwa atau sekitar 8,9%
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2015).

1.3 Tujuan dan Sasaran

2
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian dan analisis dalam aspek sosial
kependudukan adalah untuk menyusun konsep dan strategi Wilayah Kabupaten
Karawang Bagian Selatan berdasarkan aspek kependudukan dan sosial budaya.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dalam studio perencanaan wilayah ditinjau dari aspek
kependudukan dan sosial budaya yaitu sebagai berikut :
Teridentifikasinya karakteristik kependudukan di Wilayah Karawang
Bagian Selatan.
Teridentifikasinya kuantitas dan kualitas kependudukan di Wilayah
Karawang Bagian Selatan.
Teridentifikasinya sosial budaya Wilayah Karawang Bagian Selatan.
Terdentifikasinya potensi dan masalah Wilayah Karawang Bagian Selatan
berdasarkan aspek kependudukan dan sosial budaya.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah secara garis besar merupakan Kabupaten
Karawang. Kabupaten Karawang berada di bagian Utara Provinsi Jawa Barat yang
secara geografis terletak diantara 107002 107040 Bujur Timur dan 5056
6034 Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73% dari luas
Provinsi Jawa Barat.
Secara administratif Kabupaten Karawang terbagi atas 297 desa dan 12
kelurahan yang tergabung dalam 30 kecamatan. Adapun batas-batas wilayahnya
adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa


Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi
Sebelah Timur : Kabupaten Subang
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur

Adapun wilayah kajian sendiri terletak pada Wilayah Karawang Bagian


Selatan dengan luas keseluruhan 52.855 Ha atau sekitar 34.81% dari luas wilayah
Kabupaten karawang. Secara administratif, batas-batas wilayah dari Wilayah
Karawang Bagian Selatan antara lain :

Sebelah Utara : Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan Tirtamulya

3
Sebelah Barat : Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor
Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta
Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur

Berikut nama kecamatan beserta luas untuk Wilayah Karawang Bagian


Selatan :
Tabel I.1
Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Karawang Bagian Selatan
Luas Area
No. Kecamatan
Sumber: Badan (Ha) PusatStatistik Kabupaten
Karawang Tahun 2014 1 Telukjambebarat 7.336
2 Telukjambetimur 4.013
3 Klari 5.937
4 Purwsari 2.944
5 Kota Baru 3.045
6 Cikampek 476
7 Ciampel 11.013
8 Pangkalan 9.437
9 Teglwaru 8.634
Jumlah 52.855

4
Gambar 1.1 Peta Administrasi Wilayah Karawang Bagian Selatan
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Dalam ruang lingkup materi, membahas aspek sosial kependudukan yang
didasarkan pada kuantitas dan distribusi penduduk yang meliputi :
1. Kajian karakteristik kependudukan di wilayah kajian yaitu Wilayah
Karawang Bagian Selatan meliputi :
Menjelaskan jumlah penduduk, persebaran, komposisi, dan
strukturnya (menurut Umur, Mata Pencaharian, pendidikan, jenis
kelamin, Agama)
Analisis kepadatan penduduk
Analisis laju pertumbuhan penduduk
2. Kajian proyeksi penduduk dimasa yang akan datang, meliputi:
Pola interaksi sosial
Konflik sosial
Kebudayaan/adat istiadat
3. Kajian karakteristik sosial budaya Wilayah Karawang Bagian Selatan.
4. Identifikasi terhadap potensi dan masalah ditinjau dari aspek
kependudukan dan sosial budaya
1.5 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan dalam proposal aspek kependudukan dan sosial
budaya ini antara lain meliputi :

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Balakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Ruang
Lingkup, Kerangka Berfikir serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


Menjelaskan mengenai landasan teori yang memuat berbagai teori, referensi,
maupun konsep berdasarkan Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya.

BAB III METODOLOGI


Menjelaskan mengenai Metode Pengumpulan Data, Metode/Teknik Analisis serta
Matriks Analisis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya


Teori dasar tentang kependudukan atau demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi
penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5
komponen demografi yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Terdapat 4 (empat) tujuan pokok
penggunaan demografi yaitu :
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduuk di masa yang akan datang dan
kemungkinan konsekuensinya. (Donald J. Bogue).

Kependudukan sendiri adalah aspek utama dalam perencanaan.


Perencanaan disusun untuk penduduk karena penduduk yang akan merasakan
akibat dari perencanaan itu dan dibuat oleh penduduk yang diwakili oleh
perencana. Pada hakekatnya pengertian mengenai penduduk ditekankan pada
komposisi penduduk. Pengertian ini memiliki arti yang sangat luas tidak hanya
meliputi pengertian umur, jenis kelamin, kematian, kelahiran, tingkat pendidikan
dan agama. Selain itu komposisi penduduk juga menyatakan pergerakan sosial
yang memperlihatkan status penduduk. Perubahan ini tidak hanya melalui
pertumbuhan secara alami tetapi juga dengan melalui migrasi yang diakibatkan
oleh berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.
Masalah penduduk juga tidak terlepas dari konteks biologi dan
kebudayaan, sebab dalam prosesnya manusia mengalami proses biologis seperti
kelahiran, hidup dan mati. Manusia dalam lahir dan hidupnya dibawah pengaruh
lingkungan sehingga perlu beradaptasi dengan hukum alam yang banyak
ditentukan oleh kebudayaannya. Pertumbuhan penduduk di negara-negara
berkembang menimbulkan berbagai masalah seperti pengangguran, beban
tanggungan penduduk usia kerja, maupun migrasi besar-besaran ke kota.
Peningkatan dan penurunan pertumbuhan penduduk disebabkan oleh
tingkat kematian yang tidak diimbangi dengan tingkat kelahiran. Penurunan yang
diakibatkan oleh tingkat kematian merupakan hasil dari semakin panjangnya
harapan hidup orang dewasa dan turunnya tingkat kematian bayi kurang dari 1
tahun. Penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan panjang-usia berarti
penurunan tingkat kematian secara umum, yang nantinya akan turut menjadi
determinan bagi menurunnya tingkat fertilitas, disamping determinan-determinan
yang lain seperti pendidikan wanita dan partisipasi wanita dalam pekerjaan, jasa
perencanaan keluarga dan pengaruh tingkat ekonomi yang membaik.
Pertumbuhan di masa yang akan datang tergantung pada apa yang terjadi dengan
tingkat fertilitas, tingkat kematian dan tingkat kelahiran.serta masalah yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang berkaitan dengan kependudukan adalah
pertumbuhan populasi yang cepat serta berpengaruh pada pertumbuhan angkatan
kerja lebih cepat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, yang akan
menyebabkan pengangguran.
Bila dilihat penyebabnya maka beberapa faktor yang mendorong
terjadinya problem kependudukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, antara
lain:
1. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban
manusia terutama di bidang teknologi baru, pelayanan kesehatan, pendidikan,
komunikasi dan lain-lain.
2. Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupan baik material maupun
intelektual.
3. Keterbatasan kemampuan dorongan alam dan sumber alam serta dukungan
lainnya yang diperlukan.

2.1.1 Teori Kependudukan


Teori-teori kependudukan ini merupakan suatu ungkapan tentang gejala,
fakta, data dan kekhawatiran yang akan menjadi malapetaka bagi umat manusia.
Teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan pesatnya, para penemu
teori pada dasarnya bertitik tolak pada masalah kependudukan dalam kaitannya
dengan masalah-masalah ekonomi, etika, agama, pertahanan/politik dan
sebagainya.
Untuk dapat mengamati kegiatan dan perkembangan penduduk, dilakukan
pencatatan dari waktu ke waktu, sedangkan untuk kegiatan perencanaan
pencatatan penduduk harus mencakup jumlah penduduk, struktur penduduk,
kelahiran, kematian dan pergerakan penduduk. Pada hakekatnya pertumbuhan
penduduk ditekankan pada tiga komponen yaitu : Kelahiran (Fertilitas), Kematian
(Mortalitas) dan Migrasi. Untuk memahami karakteristik penduduk, perencanaan
bisa melihat secara menyeluruh dalam struktur ruang maupun dalam struktur ciri
tertentu dari penduduk. Karakteristik penduduk yang perlu di analisis yang
berkaitan dengan perencanaan adalah : struktur penduduk, jumlah penduduk, laju
perumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, dan mobilitas penduduk

2.1.1.1 Penduduk Berdasarkan Segi Kuantitas


A. Struktur Penduduk
Selain melihat dari struktur ruangnya penting juga melihat dari struktur
ciri penduduk sehingga dapat diketahui potensi atau masalah yang ditimbulkan
oleh penduduk kota tersebut. Adapun ciri yang biasa dilihat adalah :
1. Jenis kelamin, usia dan pendidikan. Ciri ini dapat digunakan untuk melihat
partisipasi apa yang dapat diberikan oleh penduduk.
2. Mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Hal ini berguna untuk
mengetahui status penduduk sehingga dapat dijadikan ukuran kesejahteraan.

B. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk akan memberikan pengetahuan tentang beban yang
harus ditanggung oleh suatu kota. Adapun penyebaran penduduk pada suatu kota
menunjukkan adanya permasalahan pada kota tersebut. Penaksiran jumlah
penduduk dimaksudkan untuk mendapat besarnya jumlah penduduk secara
keseluruhan.
C. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk merupakan ratio antara pertambahan
penduduk dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk sebelumnya. Sedangkan
laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Tingkat kelahiran
2. Tingkat kematian
3. Tingkat migrasi

D. Kepadatan Penduduk
Kepadatan yang merupakan ratio antara jumlah penduduk terhadap luas
kota, sehingga akan dihasilkan besar beban kota dalam menanggung dan melayani
penduduknya.
Tingkat kepadatan penduduk merupakan suatu metode analisis untuk
mengetahui kepadatan penduduk (jiwa/ha).
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 didapatkan pedoman penentu standar pelayanan minimum
bidang penataan ruang, perrumahan dan permukiman, dan pekerjaan umum.
Dengan standar kepadatan penduduk Nasional, sebagai berikut :
Tabel II.1
Standar Kepadatan Penduduk Nasional
Kepadatan Penduduk Jiwa/ha
Sangat Tinggi > 500.000
Tinggi > 100.000
Sedang > 50.000
Rendah > 10.000
Sangat Rendah < 10.000
Sumber : Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah NO 534/KPTS/M/200

E. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk merupakan gejala dan fenomena sosial yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu gerak perpindahan penduduk dari
satu unit geografis (wilayah) ke dalam unit geografis lainnya.
Proses pergerakan penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
permanen dan nonpermanen. Individu yang melakukan mobilitas disebut migran.
Salah satu cara yang cukup mudah dan sederhana untuk mengetahui apakah
seseorang termasuk migran atau bukan adalah dengan membandingkan antara
tempat kelahiran dengan tempat tinggalnya. Jika lokasi tempat kelahiran berbeda
dengan tempat tinggal, termasuk seorang migran, sedangkan jika lokasinya sama
maka dia adalah penduduk asli (nonmigran).

F. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk bermanfaat sebagai basis data dan target penentuan
kebijakan untuk pembangunan sektoral dan pengambilan keputusan kebijakan ke
depan.
Didalam Metode Proyeksi Penduduk ini terdapat analisis berupa Metode
Lung Polinomial juga Proyeksi Penduduk dengan Analisis Pertumbuhan. Yang
mana Metode Lung Polinomial adalah digunakan dengan memakai proyeksi
berbentuk garis lurus yaitu dengan melihat rata-rata pertambahan jumlah
penduduk tiap tahun pada masa lampau sampai sekarang. Sedangkan Proyeksi
Penduduk dengan Analisis Pertumbuhan mempunyai kunci harus dapat
dibuat/diperoleh tabel tentan fertility rate dan mortality rate.
Metode Proyeksi Penduduk ini dapat juga dibedakan menjadi dua metode
yang berbeda, dua metode tersebut merupaka metode Agregat dan metode
Disagregat. Model Agregat itu sendiri dibedakan lagi menjadi tiga, yakni analisis
linear, analisis geometrik dan juga analisis parabolik, serta metode eksponensial
apabila diperlukan. Yang kedua adalah Model Disagregat atau Model Komposit
yang dilakukan dengan memperhatikan angka kelahiran, angka kematian, migrasi
penduduk, jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, yang dibagi lagi
menjadi analisis dengan menggunakan model Kohort serta analisis dengan
menggunakan model struktural.

2.1.1.2 Penduduk Berdasarkan Segi Kualitas


Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a
process of enlarging peoples choices). Konsep atau definisi pembangunan
manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat
luas. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis
serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan
ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report,
1995:103), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah: -
Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. -
Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk,
tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep
pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan
bukan hanya pada aspek ekonomi saja. - Pembangunan manusia memperhatikan
bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi
juga dalam upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara
optimal. 20 - Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:
produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan. - Pembangunan
manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam
menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya. Berdasarkan konsep tersebut,
penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan
dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya
tujuan pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Produktifitas Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh
dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan
ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan
akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang
memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,
sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan
berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
3. Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber
daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan
proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk
berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan. Menurut
United Nations Development Programme (UNDP), dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur
pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama
hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang
diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk
usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita
yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli.
Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. Pengertian IPM yang dikeluarkan
oleh UNDP yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Indeks (HDI) merupakan salah satu pendekatan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. IPM ini mulai digunakan
oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan
manusia suatu negara.

A. Komponen Pembangunan Manusia


Lembaga United Nations Development Programme (UNDP) telah
mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia dalam ukuran
kuantitatif yang disebut Human Development Indeks (HDI). Meskipun HDI
merupakan alat ukur pembangunan SDM yang dirumuskan secara konstan, diakui
tidak akan pernah menangkap gambaran pembangunan SDM secara sempurna.
Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi HDI adalah sebagai
berikut: (UNDP, Human Development Report 1993: 105-106)
Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life expectancy
of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau infant mortality rate.
Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni melek huruf
penduduk usia 15 tahun ke atas (adult literacy rate) dan tahun rata-rata bersekolah
bagi penduduk 25 ke atas (the mean years of schooling).
Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill perkapita
dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar AS dan dapat dilengkapi
dengan tingkatan angkatan kerja.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen
yang mempengaruhi IPM antara lain:
a. Indeks Harapan Hidup
Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan
dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi
mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun, variabel tersebut diharapkan
akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.
Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada
kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan
metode tidak langsung. Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah
ratarata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin.
Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh
program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara
menstandartkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.
b. Indeks Hidup Layak
Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP
mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk
perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai
PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu
wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan
konsentrasi IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di
Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa
dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP
(Purchasing Power Parity).
b. Indeks Pendidikan Penghitungan
Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf
(LIT) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan adalah
penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia
tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya
lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia
kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga
belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator pendidikan ini
dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan
angka LIT), dimana LIT merupakan proporsi penduduk yang memiliki
kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan.
Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan
yang dimiliki penduduk.
2.1.2 Teori Sosial Masyarakat
Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan
mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status,
kelompok sosial dan institusi. Organisasi sosial juga meliputi aspek fungsi yang
memperlihatakan manifestasinya di dalam aktifitas kolektif anggota masyarakat
dan aspek struktur yang terdiri dari strutur kelompok di dalam pola umum
kebudayaan dan seluruh karangka lembaga sosial. Tiap masyarakat mempunyai
empat unsure penting bagi eksistensinya, yaitu :
Struktural sosial,
Pengawasan sosial,
Media sosial,
Standar sosial.

Teori Sosial Masyarakat


Pranata Sosial pada intinya merupakan sekumpulan norma dan tingkah
laku yang tersusun secara sistematis, dibentuk dalam rangka memenuhi
berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus.
Norma; Seperangkat perilaku yang diharapkan, suatu citra kebudayaan
tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap.
Nilai; gagasan mengenai apakah pengalaman berarti atau tidak berarti. (ex;
apakah musik klasik benar atau salah tidak ada yang mempermasalahkan)
Kebiasaan (folkways); suatu cara yang lazim, wajar dan diulang-ulang
dalam melakukan sesuatu oleh sekelompok orang.
Tata kelakukan (mores); gagasan yang kuat mengenai salah dan benar,
yang menuntut tindakan tertentu dan melarang yang lain. (ex; tabu)
Lembaga; sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang mewujudkan
nilai-nilai dan tata cara umum tertentu, dan memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat tertentu.
Lima lembaga dasar; (1) kehidupan keluarga, (2) agama, (3)
pemerintahan, (4) pendidikan, (5) organisasi kegiatan ekonomi.
Ruang lingkup lembaga; (1) Seperangkat pola perilaku yang telah
distandarisasi dengan baik, (2) Serangkaian tata kelakuan, sikap dan nilai-
nilai yang mendukung, (3) Sebentuk tradisi, ritual dan upacara, simbol dan
pakaian, dan perlengkapan yang lain.
Kebudayaan; suatu sistem norma yang rumit tetapi terorganisir.
Unsur (trait); unit terkecil dari kebudayaan, yang merupakan suatu
kesatuan corak perilaku yang dipelajari. (ex materi; paku, pensil, dsj. Non
materi; berjabat tangan, hormat, dsj). Tarian merupakan sekumpulan
umsur.
Kebudayaan khusus (subcultures); kelompok pola perilaku yang yang di
satu pihak berkaitan dengan kebudayaan umum masyarakat. (ex;
pekerjaan, kelas sosial, dsj).
Kebudayaan tandingan (countercultures); kebudayaan khusus yang
berlawanan dengan kebudayaan induk. (ex; kelompok remaja nakal,
mereka memiliki norma dan nilai-nilai)
Hukum; berfungsi untuk memperkuat tata kelakuan.
Menurut pandangan sosiolog aliran konflik; Hukum sebagai alat bagi
golongan orang berkuasa untuk mengendalikan dan mengeksploitasi
golongan tertindas.
Dalam bentuk masyarakat yang kompleks, hukum memperkuat tata
kelakuan, dan juga melindungi serta memelihara sistem sosial, dimana
selalu ada yang lebih berkuasa dari yang lain.
Gambar 2.1
The Fourth Component of The General Social System

The lower level of system The highest level of system

Adaptation Behavioral
Organic System

Personality
Goal Attainment
System

Integration Social System

Latency/Pattern Cultural System


Maintenance

2.2 Teori Pengolahan Data


2.2.1 Analisis Kuantitatif
Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum
memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif
lebih sistematis, terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian.
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila
disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

2.2.2 Analisis Kualitatif


Upaya untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, baik berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, interaksi, dll, secara
holistik dengan cara mendeskripsi kan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Selain masalah kuantitas, aspek sosial kependudukan yang harus
diperhatikan dalam mengkaji sumber daya manusia adalah permasalahan potensi
kualitas penduduk. Beberapa aspek yang dijadikan tolak ukur kualitas penduduk
antara lain tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.

2.2.3 Analisis Deskriptif


Mengungkapkan hasil penelitian secara jelas dan ringkas dengan cara
mereduksi data untuk mengorganisasikan data dalam bentuk yang dapat
dipresentasikan.Dimana didalamnya melibatkan penggunaan sejumlah kecil
angka, suatu tabel atau grafik untuk menyimpulkan atau membantu
menyampaikan sederet angka yang lebih besar.

2.3 Teknik Sampel


Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang
berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling
dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat
digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Dalam analisis aspek
kependudukan ini, terdapat 2 teknik sampling yang digunakan. Diantaranya
Cluster random sampling dan purposive sampling.
Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihan
mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali
untuk dilakukan apabila tak terdapat atau sulit menentukan/menemukan
kerangka sampel meski dapat juga dilakukan pada populasi yg kerangka
sampel sudah ada.
Purposive random sampling; pengambilan sample dengan mengacak.
Sebelum diacak, dipilih terlebih dahulu orang-orang yang menjadi sample
penelitian berdasarkan ciri-ciri khusus yang berkaitan dengan tujuan
penelitian.
Tahapan sampling adalah :
Mendefinisikan populasi hendak diamati
Menentukan kerangka sampel, yakni kumpulan semua item atau peristiwa
yang mungkin
Menentukan metode sampling yang tepat
Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
Melakukan pengecekan ulang proses sampling

Anda mungkin juga menyukai