Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TOKSIKOLOGI

KADMIUM (Cd)

OLEH

HAMSAR SUSILO DINATA

1304111928

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan

digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban

manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan

kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari

pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam

organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya

menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Tidak semua

logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup. Keberadaan

logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses

alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari

tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia

terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global

sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah

akhir di laut (Wilson, 1988).

Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi

ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut

pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama

adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat

dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat

menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan

lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau

beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya

atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam
berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian

mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan

bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh

terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi,

mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui

kulit, pernapasan dan pencernaan.

II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kadmium
Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B

table berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom

48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan

titik lelehnya berturutturut 765oC dan 320,9oC. Kadmiun merupakan racun bagi

tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga

ginjal mengalami disfungsi kadmium yang terdapat dalam tubuh manusia

sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil

berasal dari air minum dan polusi udara.


Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10 40 g/hari, sedikitnya 50%

diserap oleh tubuh. Rekomendasi pemasukan Cd menurut gabungan FAO/WHO

dengan batas toleransi tiap minggunya adalah 420 g untuk orang dewasa dengan

berat badan 60 kg. Pemasukan Cd rata-rata pada tubuh manusia ialah 10 20 %

dari batas yang telah direkomendasikan. Unsur Cd dapat mengurangi jerapan ion-

ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut pada kompleks

pertukaran kation. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai

greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS).

Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah

teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan

mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut.

2.2. Sifat fisik dan sifat kimia

2.2.1. Sifat Fisik

a. Logam berwarna putih keperakan

b. Mengkilat

c. Lunak/Mudah ditempa dan ditarik


d. Titik lebur rendah

e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau

lembab dan akan mengalami kerusakan bila terkena uap amonia dan

sulfur hidroksida

2.2.2. Sifat Kimia

a. Cd tidak larut dalam basa

b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd

c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter

d. Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P

e. Cd adalah logam yang cukup aktif

f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO

g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi

h. CdI2 larut dalam alcohol

2.3. Manfaat
1. Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi sebagai bahan

pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating.


2. Allay Cd digunakan sebagai pemandu peluru-peluru kendali. Substansi

dari alloy Cd digunakan sebagai bahan solder.


3. Logam Cd dan senyawa Kadmium Nitrat sangat berguna dalam

pengembangan reaktor nuklir,berfungsi sebagai bahan untuk

mengontrol kecepatan pemecahan inti atom dalam rantai reaksi(reaksi

berantai).
4. Senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan sebagai zat warna.
5. Senyawa Cd-sulfat(CdSO4) digunakan dalam industri baterai yang

berfungsi untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial

stabil yaitu sebesar 1,0186 volt.


6. Senyawa Kadmium Bromida(CdBr2) dan kadmium ionida(CdI2) secara

tebatas digunakan dalam dunia fotografi.


7. Senyawa dietil Kadmium digunakan dalam proses pembuatan tetraetil-

Pb.
8. Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur

polyvinil clorida(PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.


9. Selain itu,kadmium banyak digunakan dalam industri-industri ringan

seperti pada proses pengolahan roti,pengolahan ikan,pengolahan

ikan,industri tekstil dan lain-lain.


10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara

lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak

pelumas, bahan bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung

Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk

superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm.

2.4. Sumber-sumber dan bahan polutan

Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada

satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu

ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini

sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya

merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn).

Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di

samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih logam Pb (timah

hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari

logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn.

Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke

perairan berasal dari:


1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.

2) Air bilasan dari elektroplating.

3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap

serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.

4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd

sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui

proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.

5) Pupuk phosfat dan endapan sampah

Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-

tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan

perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan

lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada

perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada suatu jaringan organisme serta

sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan

limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik,

dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali.

Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm,

batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd

bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan

minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta

sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh

masuk ke laut.

2.5. Toksisitas Cd pada hewan darat (unggas)


Toksisitas logam pada ayam komersial (pedaging dan petelur) jarang

dilaporkan , tetapi derajad konsentrasi Cd dalam pakan komersial baik ayam

pedaging maupun ayam petelur telah dilaporkan ( Rachmawati dkk; 1996). Dari

13 sampel pakan untuk ayam pedaging dan 22 sampel untuk ayam petelur,

ditemukan sampel yang kandungan kadmiumnya melibihi batas rekomendasi (0,5

mg / kg) , yaitu sebanyak 23% untuk pakan ayam pedaging. Sedangkan dari

sampel pakan untuk ayam petelur ditemukan 50% yang kandungannya melebihi

batas rekomendasi.

Dari hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang diberi pakan

mengandung Cd dalam dosis tinggi, terlihat adanya hambatan pertumbuhan ayam

tersebut.Hal ini mungkin disebabkan tejadinya inefisiensi penggunaan unsur

nutrisi dalam pakan karena pengaruh tosisitas Cd( Darmono dkk; 1996). Pada

dosis pemberian 50 mg / kg Cd dalam pakan terjadi hambatan pertumbuhan

mencapai 25% selama 1 Bulan , sedangkan pada dosis pemberian 100 mg / kg Cd

hambatan pertumbuhan mencapai 50%. Selain itu, pada dosis pemberian

100mg/kg Cd tersebut ditemukan beberapa ekor ayam yang mengalami

malformasi pada tulang kakinya(Ricketslrachitis).

2.6. Toksisitas Kadmium pada Manusia

Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam

Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan

selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan.

Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia


perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau

kandungan Cd dalam feses.


2.6.1. Mekanisme toksisitas Cd
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd

masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4

minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam

tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein.

Metalotinein mengandung unsur sistein,dimana Cd terikat dalam gugus

sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,histidil,hidroksil dan

fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd

disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan

hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.


Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa

anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari

paru dan hal ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.
2.6.2. Gejala Toksisitas Cd
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan dari pada

melalui saluran pencernaan. Kasus keracuan akut kadmuim kebanyakan dari

menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam

beberapa jam setelah menghisap,korban akan mengeluh gangguan saluran

pernafasan, nausea, muntah,kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian

disebabkan karena terjadinya oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan

hidup, akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama

dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan

nefrotoksisitas(toksik ginjal) yaitu gejala proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria

disertai dengan penurunan laju filtrasi glumerulus ginjal. Kasus keracunan Cd


kronis juga menyebabkan gangguan kadrdivaskuler dan hipertensi. Hal tersebut

terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala

hipertensi ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan kronis kadmium. Selain

itu, kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi

interferensi daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.


2.6.3. Interaksi Cd dengan unsur nutrisi lain
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd dalam

tubuh ialah seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam askorbat dan

protein yang interaksinya bersifat antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi

karena adanya defisiensi unsur tersebut diatas yang mengakibatkan meningkatnya

absorpsi Cd. Pada umumnya rendahnya intake unsur nutrisi esensial

mengakibatkan bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi

dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan berkurangnya efek toksisitas Cd.


Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada

hubungannya antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam tubuh. Percobaan

pada orang (pria dan wanita sukarelawan) yang diberi sarapan pagi mengandung

25 microgram Cd dalam bentuk CdCl2, menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat

gejala adanya deposit Fe yang rendah, yang pada analisi serum feritin ditemukan

kurang dari normal (<20 microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan

bahwa pemberian suplemen asam askorbat(0,5% dalam diet) dan substansi Fe

dapat menurunkan konsentrasi Cd dalam hati atau ginjal.


2.7. Dampak bagi Kesehatan Manusia dan Cara Penanggulangan/ Cara

Pengobatan
2.7.1. Keracunan kadmium pada mausia

Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya

setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang

menyebabkan keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di


Jepang menyebabkan penyakit itai-itai. Gejalanya ditandai dengan ketidak-

normalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang

disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada

pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal,

jantung dan kerapuhan tulang.

Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium dapat

menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual,

muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal

dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang

(osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum

keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak, batukbatuk, dan lemah.

Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang

lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti:

a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala

proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit

dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat

kencing manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan

aminoasidiuria atau kandungan asam amino dalam urine disertai dengan

penurunan laju filtrasi (penyaringan) glumerolus ginjal.

b. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu

kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun

tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena

tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak

selalu dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) krosik.


c. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya

diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya

gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang

dikenal dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai. Kekurangan

kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri

dengan tegak tetapi membungkuk.

2.7.2. Cara Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan utama dalam penanggulangan keracunan logam pada manusia

terutama terhadap bayi dan anak-anak perlu dilakukan dengan 2 hal yaitu :

a. Hidup atau tinggal di lingkungan yang bersih dan bebas polusi.

b. Makan dan minum dari bahan makanan atau produk makanan yang berkadar

logam rendah.

Bila terjadi kasus keracunan mak perlu segera dilakukan pengobatan.

Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif saja seperti pemberian

vitamin D untuk pengobatan nyeri tulang. Pengobatan dengan mengguanakan

bahan kelat tidak dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui

ginjal, tetapi hal tersebut juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi

tersebut terjadi karena ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi

disosiasi ginjal pada waktu terjadi pembebasab Cd.

2.8. Dampak Bagi Lingkungan


Dalam strata lingkungan, logam cadmium (Cd) dan persenyawaannya

ditemukan dalam banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa

kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan

aliran air hujan,selain dalam air buangan. Logam Cd juga membawa sifat racun

yang dapat sangat merugikan semua organisme hidup termasuk manusia.


Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat

membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea akan mengalami

kematian dalam waktu 24-504 jam bila dalam badan air dimana rentang

konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm. Untuk biota yang

tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam dimana rentang

konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk perairan tawar,seperti

ikan emas akan mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang

konsentrasi Cd dalam perairan yaitu 1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy

P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974).


Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan

bioakumulasi dalam organisme hidup. Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama

makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh

logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan, jumlah logam

yang terakumulasi akan mengalami peningkatan dengan adanya proses

biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai

makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana pada biota

yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banayak,

sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila

jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang batas maka biota dari

suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan

kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan

sistem lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu mata rantainya telah hilang.


Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia, dimana dalam

tubuh mereka telah terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang terakumulasi akan

ditransfer oleh got wall (celah dinding/kulit).


Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk

partikular, akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuhan yang

menyerap partikular Cd akan mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap

penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh klorofil (zat hijau daun)

tumbuhan.

2.9. Cara Pencegahan

Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan

dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia

tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion

(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan

menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Penanganan

logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal

dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang

dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di

lingkungan perairan tersebut.

Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri

atas dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif

uptake (bioakumulasi).

a. Proses aktif uptake

Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini

secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan

sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat

dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua.

Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap
parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan

lainnya.

Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan

melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan proses pertama, sianobakteria

pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang

tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka

waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam

berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses

terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi

untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.

b. Proses pasif uptake

Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben.

Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara

pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat;

dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat

dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan

hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada

Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH

rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table

berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2.Kadmiun merupakan racun

bagi tubuh manusia.

2. Sifat Kadmium bisa berupa fisik maupun kimia. Kadmium telah digunakan

secara meluas pada berbagai industri antara lain pelapisan logam, peleburan

logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar.

3. Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-

seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan

perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat.

4. Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan

dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia

tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar
ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan

menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis.

DAFTAR PUSTAKA

Caton & wilkinson. Kimia anorganik dasar.jakarta: erlangga.

Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan Kadmium(Cd) Pada


Sayur-sayuran. Falsafah Sain (PSL 702) Program Pascasarjana / S3 / Institut
Pertanian Bogor http://id.wikipedia.org/wiki/Logam.

Darmono.2003.Lingkungan hidup dan Pencemaran.Bogor : Penerbit Universitas


Indonesia(UIP).

Palar,heryanto.1994.Pencemaran dan Toksikologi Logam berat. Jakarta : Rineka


Cipta http://id.wikipedia.org/wiki/Kadmium

Anda mungkin juga menyukai