PENDAHULUAN
Bacterial Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi perubahan ekologi vagina yang
Lactobacillus digantikan oleh bakteri fakultatif anaerob antara lain didominasi oleh
vaginosis merupakan kondisi yang umum dijumpai pada wanita usia reproduktif.1
tinggi. Penelitian yang dilakukan Amsel dkk pada wanita yang mendatangi klinik
Vaginosis bakteri merupakan salah satu dari penyebab yang paling sering
ketuban pecah dini dan endometritis postpartum. Penelitian pada wanita Asia di India
dan Indonesia melaporkan bahwa prevalensi vaginosis bakteri sekitar 32% (Pujiastuti,
2014). Pada tahun 2005 di Jakarta prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi
yaitu candidiasis 6,7%, tricomoniasis 5,4% dan bacterial vaginosis 5,1%. Menurut
data tahun 2007 di Indonesia prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut
bacterial vaginosis 53% serta vaginal kandidiasis 3%. Tahun 2008 prevalensi infeksi
1
saluran reproduksi pada remaja putri dan wanita dewasa yang disebabkan oleh
bakterial vaginosis sebesar 46%, candida albicans 29%, dan tricomoniasis 12%
Tujuan penulisan dari referat ini adalah sebagai bahan rujukan dalam kasus
vaginosis bakterial.
Manfaat penulisan referat ini yaitu diharapkan penulis dan pembaca dapat
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti : Bacteriodes
bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret vagina yang berbau tidak
antimikroba (Pujiastuti,2014).4
yang umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-
abu. hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan terdapat peningkatan pH.
Sindrom klinis ini dikenal pula sebagai Haemophilus vaginalis vaginitis, Gardnerella
sering dari keluhan duh tubuh vagina dan keputihan yang bau, namun 50% pasien VB
traktus urinarius. Penyebab perubahan mikrob yang khas ditemukan pada kasus VB
3
hubungan seksual masih belum bisa ditegakkan. Pasien wanita dengan VB
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS)
analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri
jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif seperti Gardnerella vaginalis,
biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap amin dan peningkatan kadar
endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri yang ditemukan pada cairan
2.2 Epidemiologi
Infeksi BV adalah penyebab paling umum dari gejala-gejala yang terjadi pada
vagina wanita, namun sampai saat ini belum jelas bagaimana peran aktivitas
(29,2%) diantara wanita usia 14-49 tahun, didasarkan pada sampel perwakilan
4
nasional dari wanita yang berpartisipasi dalam NHANES 2001-2004. Sebagian besar
yang belum melakukan hubungan seks vaginal, oral, atau anal masih bisa terinfeksi
BV (18,8%), demikian pula pada wanita hamil (25%), dan wanita yang sudah pernah
seksual seumur hidup. Perempuan bukan kulit putih memiliki prevalensi yang lebih
tinggi (Afrika-Amerika 51%, Amerika Meksiko 32%) daripada wanita kulit putih
(23%).5
pengecatan gram sekret vagina. Walaupun 16,3% wanita memiliki infeksi BV,
prevalensi terjadinya infeksi BVbervariasi luas dari segi etnis, 6,1% pada wanita
Asia, 8,8% dariwanita Kaukasia, 15,9% Hispanik, dan 22,7% dari wanita keturunan
dari wanita dengan gejala yang asimtomatik, 5% di Italia, 12% Helshinki, 21% di
London, 14% di Jepang, 16% di Thailand, dan 17% di Jakarta. 9 Aggarawati dalam
penelitiannya mendapatkan prevalensi infeksi BV pada ibu hamil sebesar 43,3% dari
2.3 Etiologi
seksual. BV merupakan infeksi vagina tersering pada wanita yang aktif secara
5
seksual. Penyebab BV bukan organisme tunggal. Pada suatu analisis dari data flora
hominis.13
a. Gardnerella vaginalis
Selama 30 tahun terakhir observasi Gardner dan Dukes bahwa G.vaginalis sangat
erat hubungannya dengan BV. Meskipun demikian dengan media kultur yang sensitif
G.vaginalis dapat diisolasi dalam konsentrasi yang tinggi pada wanita tanpa tanda-
tanda infeksi vagina. G.vaginalis dapat diisolasi pada sekitar 95% wanita dengan BV
dan 40-50% pada wanita tanpa gejala vaginitis atau pada penyebab vaginitis lainnya.
b. Bakteri anaerob
Bacteroides Spp diisolasi sebanyak 76% dan Peptostreptococcus sebanyak 36% pada
wanita dengan BV. Pada wanita normal kedua tipe anaerob ini lebih jarang
peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina. Setelah terapi dengan
anaerob dengan BV. Mikroorganisme anaerob lain yaitu Mobiluncus Spp. merupakan
6
batang anaerob lengkung yang juga ditemukan pada vagina bersamasama dengan
Organisme lain yang dihubungkan dengan BV. Mobiluncus Spp tidak pernah
ditemukan pada wanita normal, 85% wanita dengan BV mengandung organisme ini.
13
c. Mycoplasma hominis
G.vaginalis dan bakteri anaerob. Prevalensi tiap mikroorganisme ini meningkat pada
wanita dengan BV. Organisme ini terdapat dengan konsentrasi 100-1000 kali lebih
ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik).
Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri phatogen
akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi. Penggunaan antiseptik
yang terlalu sering dapat berakibat pada gangguan keseimbangan ekosistem pada
vagina. Hal ini sejalan dengan pendapat Michael Charter et al (2012) yang
menyatakan bahwa mencuci vagina merupakan salah satu penyebab dari vaginosis
flora intermediate vagina dan vaginosis bakterial pada wanita yang sebelumnya
7
Selain itu pemasangan IUD juga merupakan factor risiko vaginosis
langsung terhadap saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium,
dan uterus dan juga terdapatnya benda asing di dalam uterus akan menyebabkan
hormon yang terjadi dengan pemasangan alat, serta teknik, cara, dan lama
pemasangan sangat beresiko menggangu flora normal vagina. Selain itu tindakan
medis pemasangan IUD seringkali didahului dengan tindakan desinfeksi pada vagina
yang dapat membunuh sebagian besar laktobasillus yang ada pada area yang terpapar
desinfektan.5
Dari hasil penelitian Ernawati tahun 2011 tentang risiko kebiasaan mengganti
signifikan antara kebiasaan mengganti celana dalam secara rutin dengan kejadian
vaginosis bakterial dengan hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,000 <
= 0,05. Hasil Odds ratio menunjukkan nilai 8,3 dan CI interval 3,14 21,88 yang
menyatakan bahwa kebiasaan mengganti celana dalam berperan sebagai faktor risiko
Setiap perempuan bisa mendapat BV. Beberapa perilaku atau kegiatan dapat
BV, termasuk: (1) Douching - menggunakan air atau larutan obat untuk
Memiliki pasangan seks baru, (4) Memiliki banyak pasangan seks, (5) Wangian
gelembung mandi dan beberapa sabun wangi, (6) merokok, (7) Menggunakan IUD
8
(intrauterine device), seperti alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik dan tembaga
yang cocok di dalam rahim, (8) Menggunakan deodorant vagina, (9) Mencuci pakaian
dengan deterjen yang kuat dan sebagainya. Namun, wanita yang belum pernah
2.5 Patofisiologi
vaginosis. Flora campuran kuman anaerob dapat tumbuh secara berlebihan sebagai
akibat adanya peningkatan substrat, peningkatan pH, dan hilangnya dominasi flora
normal laktobasili yang menghambat pertumbuhan kuman lain. Pada wanita normal
produksi senyawa amin oleh kuman anaerob juga bertambah, yaitu berkat adanya
dekarboksilase mikrobial. Senyawa amin yang terdapat pada cairan vagina yaitu
Bakteri anaerob dan enzim yang diproduksi oleh Gardnerella dalam suasana pH
vagina yang meningkat akan mudah menguap dan menimbulkan bau amis, bau serupa
juga dapat tercium jika pada sekret vagina yang diteteskan KOH 10%. Senyawa amin
aromatik yang berkaitan yang berkaitan dengan timbulnya bau amis tersebut adalah
9
trimetilamin, suatu senyawa amin abnormal yang dominan pada BV. Bakteri anaerob
akan memproduksi aminopeptida yang akan memecah protein menjadi asam amino
dan selanjutnya menjadi proses dekarboksilasi yang akan mengubah asam amino dan
senyawa lain menjadi amin, yaitu dekarboksilasi ornitin (metabolit arginin) akan
Poliamin asal bakteri ini bersamaan dengan asam organik yang terdapat dalam
vagina penderita infeksi BV, yaitu asam asetat dan 11 suksinat, bersifat sitotoksik dan
sekret vagina. Dalam pH yang alkalis Gardnerella vaginalis melekat erat pada sel
epitel vagina yang lepas dan membentuk clue cells. Secara mikroskopik clue
cellsnampak sebagai sel epitel yang sarat dengan kuman, terlihat granular dengan
Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang khas
berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin berupa
trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa amin ini
dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna putih dan menempel
pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau fourchette. 17
2.7 Diagnosis
10
2.7.1 Kultur
Kultur tidak bisa menjadi gold standard untuk diagnosis vaginosis bakteri. Hal
ini dikarenakan organisme yang terlibat dalam infeksi BV tidak dapat dipisahkan
dengan mudah dan bakteribakteri yang berperan dalam terjadinya infeksi BV tetap
ada dengan jumlah yang sedikit pada kondisi normal sehingga pada hasil kultur akan
sebanyak 60% pada kultur vagina normal. Kultur G. vaginalis hanya memberikan
vagina sehingga didapatkan juga pada cairan vagina normal , meskipun dalam
konsentrasi rendah.18
apakah seseorang terdiagnosis BV atau tidak. Kriteria Spiegel bersifat lebih tegas
karena hanya terdapat 2 kriteria aja, yaitu normal dan BV positif,sehingga lebih
Jika pada pengecatan Gram menunjukkan flora campuran meliputi bakteri Gram
positif, bakteri Gram negatif,atau bakteri Gram variabel dan morfotipe Lactobacillus
11
2.7.3 Kriteria Nugent
Kriteria Nugent atau juga dikenal sebagai skor Nugent merupakan metode
diagnosis infeksi BV dengan pendekatan berdasarkan jumlah bakteri yang ada sekret
penghitungan jumlah kuman pada preparat basah sekret vagina. Kriteria Nugent
spp. (skor dari 0 sampai 4 tergantung pada ada atau tidaknya pada preparat). Kuman
batang Gram negatif/Gram variable kecil (Garnerella vaginalis) jika lebih dari 30
bakteri per lapangan minyak imersi (oif) diberi skor 4; 6-30 bakteri per oif diberi skor
3; 1-5 bakteri per oif diberi skor 2; kurang dari 1 per oif diberi skor 1; dan jika tidak
ditemukan kuman tersebut pada preparat diberi skor 4; kurang dari 1 per oif diberi
skor 3; 1-5 per oif diberi skor 2; 6-30 per oif diberi skor 1; dan lebih dari 30 per oif
diberi skor 0. Kuman batang Gram berlekuk-variabel (Mobiluncus sp.) , jika terdapat
lima atau lebih bakteri diberi skor 2 , kurang dari 5 diberi skor 1 , dan jika tidak
adanya bakteri diberi skor 0. Semua skor dijumlahkan hingga nantinya menghasilkan
nilai akhir dari 0 sampai 7 atau lebih. Kriteria untuk infeksi BV adalah nilai 7 atau
lebih tinggi; skor 4-6 dianggap sebagai intermediate, dan skor 0-3 dianggap normal.20
12
Kriteria Amsel dalam penegakan diagnosis BV harus terpenuhi 3 dari 4 kriteria
berikut:
yang sering ditemukan pada wanita dengan BV adalah adanya gejala cairan
vagina yang berlebihan,berwarna putih yang berbau amis dan menjadi lebih
didapatkan cairan vagina yang encer, homogen, dan melekat pada dinding
vagina namun mudah dibersihkan. Pada beberapa kasus, cairan vagina terlihat
berbusa yang mana gejala hampir mirip dengan infeksi trikomoniasis sehingga
vagina lebih dari 5; tetapi spesitifitas tidak tinggi karena PH juga dapat
amis khas. Bau amis ini mudah tercium pada saat melakukan pemeriksaan
13
spekulum, dan ditambah bila cairan vagina tersebut kita tetesi KOH 10% .
Cara ini juga memberikan hasil yang positif terhadap infeksi trikomoniasis.21
d. Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikroskopis. Clue cells merupakan
memberikan gambaran tepi yang tidak rata. Tepi yang tidak rata ini akibat
dalam sekret vagina merupakan hal yang sangat esensial pada kriteria Amsel.
Clue cells merupakan sel-sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri Gram
variabel coccobasilli sehingga yang pada keadaan normal sel epitel vagina
Clue cells dapat ditemukan dengan pengecatan gram sekret vagina dengan
14
Gambar 2.1 Gambaran clue cells dengan pengecatan.22
2.7.5 GasLiquid Chromatography(GLC)
GLC merupakan salah satu metode diagnosis infeksi BV secara tidak langsung,
vagina. Pada infeksi BV salah satu gejala yang menjadi karakteristik yang khas yaitu
didapatkan bau amis pada sekret vagina. Bau ini berhubungan dengan adanya hasil
matabolisme bakteri yaitu diamin, putresin dan kadaverin. Pada infeksi BV juga
menghasilkan asam laktat. Spiegel, dkk melaporkan bahwa rasio suksinat dan laktat
yang lebih besar dari 0,4 pada analisis GLC cairan vagina mempunyai korelasi
dengan diagnosis klinik vaginosis bakterial. Namun cara diagnosis ini tidak
namun Mobilluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan mikroskopik
ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.12 Pada kandidiasis,
mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering terjadi pada kandidiasis
15
adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina biasanya putih dan tebal, tanpa
2.9 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pada wanita tidak hamil ialah untuk menghilangkan tanda
dan gejala infeksi vagina, dan mengurangi resiko untuk terkena penyakit , yaitu
Berdasarkan Centre for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2015
ialah metronidazol 500 mg yang diberikan dua kali sehari selama 7 hari, atau
metronidazol 0,75% intravagina yang diberikan satu kali sehari selama 5 hari, atau
klindamisin krim 2% intravagina yang diberikan pada malam hari selama 7 hari. Atau
regimen alternatif , yaitu tinidazol 2 gram, yang diberikan satu kali sehari selama dua
hari, atau tinidazol 1 gram yang diberikan satu kali sehari selama 5 hari atau
klindamisin 300 mg, yang diberikan dua kali sehari selama lima hari atau
klindamisin ovula 100 mg satu kali sehari pada malam hari selama tiga hari.
sedangkan pada wanita hamil, berdasarkan CDC tahun 2015 pengobatan yang
selama 7 hari, atau metronidazol 250 mg yang diberikan tiga kali sehari selama 7 hari
atau klindamisin 300 mg yang diberikan dua kali sehari selama 7 hari. Dari beberapa
16
Dokter harus mempertimbangkan pilihan pasien, efek samping yang mungkin
terjadi , serta interaksi obat. Pasien harus diberitahukan untuk tidak berhubungan
seksual atau selalu memakai kondom dengan tepat selama masa pengobatan.24
2.10 Komplikasi
Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada obstetri dan
gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
infeksi menular seksual lain, yaitu gonore, klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan
berkurangnya jumlah Lactobacillus sp. penghasil H2O2 dan produksi enzim oleh flora
2.11 Pencegahan
diafragma, cervical caps dan spermicide). Tenaga kesehatan juga sebaiknya memberi
pengertian terhadap beberapa hal sederhana yang berperan pada pencegahan infeksi
17
endogen saluran genital. Pada wanita hamil dengan riwayat kehamilan pernah
mengalami aborsi spontan atau kelahiran prematur perlu dilakukan skrining BV (juga
pengecatan Gram atau metode bedside yang sederhana. Jika hasil pemeriksaan positif
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti : Bacteriodes
perempuan bisa mendapat BV. Beberapa perilaku atau kegiatan dapat mengganggu
18
termasuk: Douching - menggunakan air atau larutan obat untuk membersihkan
vagina, (2) Mandi dengan menggunakan cairan antiseptik, (3) Memiliki pasangan
seks baru, (4) Memiliki banyak pasangan seks, (5) Wangian gelembung mandi dan
beberapa sabun wangi, (6) merokok, (7) Menggunakan IUD (intrauterine device),
seperti alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik dan tembaga yang cocok di dalam
rahim, (8) Menggunakan deodorant vagina, (9) Mencuci pakaian dengan deterjen
yang kuat dan sebagainya. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala
mikroskop. Penderita datang dengan keluhan keputihan yang keluar dari vagina
berbau amis dan berwarna putih ke abu-abuan , encer dan terdapat juga keluhan rasa
gatal serta nyeri. Strategi pencegahan dibutuhkan untuk mengurangi insiden vaginosis
19