Acuan 2
Acuan 2
Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana dengan
faktor koreksi sebesar fc = 1,2 Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang
direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan
semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar.
Pd = 1,2 x 6,174 kW
= 7,4088 kW
= 7.408,8 W
55
4.1.1 Pemilihan Bahan Poros Penggerak
Pemilihan suatu bahan yang akan digunakan dapat ditentukan dengan menghitung
momen puntir (momen torsi rencana) yang dialami poros. Momen puntir rencana adalah:
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari
Pd 60 Pd
Mp
2 n
.(4-2)
30 Pd
Mp
n
dimana:
Mp
= momen puntir (N.m)
Pd = daya rencana (W)
n = putaran (rpm).
Untuk daya perencana, Pd = 7.408,8 W dan putaran, n = 7500 rpm maka momen puntirnya
adalah :
30 Pd 30 7.408,8
Mp
n 7500
=
Mp
9,437962 Nm
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel berikut, dan
kita dapat menyesuaikan dengan yang kita butuhkan.
Tabel 4.2. Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Kekuatan Kekerasan
Lamban Perlakuan Diameter
Tarik
g Panas (mm) HRC (HRB) HB
(N/mm2)
S35C-D Dilunakka 20 atau 58 79 (84) 23 -
n kurang 53 69 (73) 17 144 216
21 80
56
Tanpa 20 atau
63 82 (87) 25 -
Dilunakka kurang
58 72 (84) 19 160 225
n 21 80
Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat dihitung dengan
rumus:
b
a
Sf1 S f2
....................................................................................................(4-3)
57
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, dimana harganya berkisar
antara 1,3 3,0.
Untuk Sf2 diambil sebesar 1.4 maka tegangan geser izin bahan S55C-D (AISI 1045), maka
tegangan geser izin adalah:
99
a 11,786 N / mm 2
6 x 1,4
Dalam hal ini faktor koreksi tumbukan pada range 1,5 3,0 diambil K t = 1,5. Dan dalam
mekanisme ini beban lentur yang terjadi kemungkinan adalah kecil karena poros adalah relatif
pendek, sehingga faktor koreksi untuk beban lentur Cb = 1,3 , dan momen puntir yang terjadi
Mp
9,437962 Nm, maka diameter poros dapat ditentukan sebagai berikut :
1/ 3
5,1
11,786 x1.5 x1,3 x 9,437962 x 1000
dp =
58
= 19,997 mm 20 mm
Maka diameter poros yang diambil adalah 20 mm.
4.1.3 Pemeriksaan Kekuatan Poros
Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan puntir yang dialami
poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka
perancangan akan dikatakan gagal.
Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :
16.Mp
.d 3
g =
.........................................................................................................(4-5)
Mp
Untuk momen puntir, 9,437962 Nm, dan diameter poros,dp= 20 mm, maka
perhitungan tegangan gesernya adalah sebagai berikut:
16 9,437962 x1000
20 3
g = = 6,011 N/mm2
Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, terlihat bahwa tegangan geser yang
a 11,786 N / mm 2
terjadi adalah lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan g < a ( ).
Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman untuk digunakan pada sproket yang
dirancang untuk memindahkan daya dan putaran yang telah ditentukan.
9,437962 x 1000
20 / 1,4
F=
= 660,657N
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola radial beralur
dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah, masing-
masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan pendukung poros ini beserta komponen-
komponen lain yang terhubung dengannya ditunjukkan pada gambar 4.1.
60
RA WP + WS RB
L1 L2
Dimana :
P = massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S55C-D besarnya adalah 7,810-6 N/mm3
VP dP 2 LP
4
VP = volume poros, yaitu
61
WP 7,8 10 -6 471.000
3,67 N
Maka berat poros adalah
WS = Berat Sproket
WS = S . VS ...........................................................................................................(4-8)
Dimana :
S = massa jenis bahan sproket, untuk bahan baja S55C-D besarnya adalah 7,810-6 N/mm3
VS = volume sproket, yaitu
Vs (Ds 2 - dS 2 ) BS
4
maka :
Vs (96 2 - 212 ) 10
4
68883,75 mm 3
62
RB = gaya reaksi pada bantalan B
L1 = 750 mm
L2 = 750 mm
Fy = 0 ...........................................................................................................................(4-10)
RA + RB (WP + WS) = 0
RA + 4,21 (0,537 + 3,673) = 0
RA + 4,21 4,21 = 0
RA = 0 N
Fr RA
5,6866 k
Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai resultan gaya radial F r,
yaitu : Fr = RB = 4,21 N
sedangkan resultan gaya aksialnya adalah Fa = 0
63
Fa = gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah nol
Maka:
Po = 0,6 . 4,21 + 0,5 . 0
Po = 2,526 N
Maka, diambil Po = 2,526 N
4.2.3 Penentuan basic static load rating dan basic dynamic load rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen statik, yaitu:
C 0 P0
2,526 N
............................................................................................................
..(4-13)
64
di mana: C = basic dynamic load rating (N)
P = beban ekivalen dinamik, yaitu sebesar 4,21 N
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putarannya, direncanakan
untuk 6000 juta putaran
Maka besarnya :
C 4,21 (6000) 1/3
57,243 N
diameter lubang : d = 20 mm
basic static load rating : C0 2,526 N
basic dynamic load rating : C 57,243 N
kecepatan putaran maksimum : n 7500 rpm
Dari hasil perhitungan diatas, maka nomor bantalan yang dipilih adalah 61909-2RZ (merk SKF),
dengan data-data sebagai berikut:
diameter luar : D = 32 mm
diameter lubang : d = 20 mm
lebar : b = 10 mm
basic static load rating : C0 = 1430 N
basic dynamic load rating : C = 2010 N
kecepatan putaran maksimum : n = 10000 rpm
4.3 Perhitungan Komponen Sistem Penggerak Menggunakan MS.EXCELL
P = 6.174 W
N = 7500 rpm
65
A. Perhitungan poros penggerak
Tabel 4. 7 Menghitung Momen puntir, tegangan geser dan gaya tangensial akibat perubahan
daya dengan putaran konstan
N Daya Putara konstant Momen Diamete 16/ Teganga sf2 Gaya
o (Dp), n a Puntir r n geser Tangensia
W ( N ), (30/) ( Mo ), (d), mm (g), l (F),
rpm Nm N
N/mm2
5.09
1 0 7500 9.554 0 20 6 0 1.4 0
5.09
2 350 7500 9.554 0.445860 20 6 0.28399 1.4 31.2102
5.09
3 700 7500 9.554 0.891720 20 6 0.56797 1.4 62.4204
5.09
4 1050 7500 9.554 1.337580 20 6 0.85196 1.4 93.6306
66
5.09
5 1400 7500 9.554 1.783439 20 6 1.13595 1.4 124.8408
5.09
6 1750 7500 9.554 2.229299 20 6 1.41994 1.4 156.0510
5.09
7 2100 7500 9.554 2.675159 20 6 1.70392 1.4 187.2611
5.09
8 2450 7500 9.554 3.121019 20 6 1.98791 1.4 218.4713
5.09
9 2800 7500 9.554 3.566879 20 6 2.27190 1.4 249.6815
5.09
10 3150 7500 9.554 4.012739 20 6 2.55588 1.4 280.8917
5.09
11 3500 7500 9.554 4.458599 20 6 2.83987 1.4 312.1019
5.09
12 3850 7500 9.554 4.904459 20 6 3.12386 1.4 343.3121
5.09
13 4200 7500 9.554 5.350318 20 6 3.40785 1.4 374.5223
5.09
14 4550 7500 9.554 5.796178 20 6 3.69183 1.4 405.7325
5.09
15 4900 7500 9.554 6.242038 20 6 3.97582 1.4 436.9427
5.09
16 5250 7500 9.554 6.687898 20 6 4.25981 1.4 468.1529
5.09
17 5600 7500 9.554 7.133758 20 6 4.54379 1.4 499.3631
5.09
18 5950 7500 9.554 7.579618 20 6 4.82778 1.4 530.5732
5.09
19 6300 7500 9.554 8.025478 20 6 5.11177 1.4 561.7834
5.09
20 6650 7500 9.554 8.471338 20 6 5.39576 1.4 592.9936
5.09
21 7000 7500 9.554 8.917197 20 6 5.67974 1.4 624.2038
5.09
22 7350 7500 9.554 9.363057 20 6 5.96373 1.4 655.4140
7408. 5.09
23 8 7500 9.554 9.437962 20 6 6.01144 1.4 660.6573
5.09
22 7350 7500 9.554 9.363057 20 6 5.96373 1.4 655.4140
67
Tabel 4. 8 Menghitung Momen puntir, tegangan geser dan gaya tangensial akibat perubahan Putaran
dengan Daya konstan
N Putaran Day konstanta Momen Diamete 16/ Tegangan sf Gaya
o ( N ), a (30/) Puntir r geser 2 Tangensial
rpm (Dp ( Mo ), Nm (d), mm (g), (F), N
), W
N/mm2
1.
1 0 7409 9.554 - 20 5.096 - 4 -
1.
2 375 7409 9.554 188.759236 20 5.096 120.2288 4 13213.1465
1.
3 750 7409 9.554 94.379618 20 5.096 60.1144 4 6606.5732
1.
4 1125 7409 9.554 62.919745 20 5.096 40.0763 4 4404.3822
1.
5 1500 7409 9.554 47.189809 20 5.096 30.0572 4 3303.2866
1.
6 1875 7409 9.554 37.751847 20 5.096 24.0458 4 2642.6293
1.
7 2250 7409 9.554 31.459873 20 5.096 20.0381 4 2202.1911
1.
8 2625 7409 9.554 26.965605 20 5.096 17.1755 4 1887.5924
1.
9 3000 7409 9.554 23.594904 20 5.096 15.0286 4 1651.6433
1.
10 3375 7409 9.554 20.973248 20 5.096 13.3588 4 1468.1274
1.
11 3750 7409 9.554 18.875924 20 5.096 12.0229 4 1321.3146
1.
12 4125 7409 9.554 17.159931 20 5.096 10.9299 4 1201.1951
1.
13 4500 7409 9.554 15.729936 20 5.096 10.0191 4 1101.0955
1.
14 4875 7409 9.554 14.519941 20 5.096 9.2484 4 1016.3959
1.
15 5250 7409 9.554 13.482803 20 5.096 8.5878 4 943.7962
1.
16 5625 7409 9.554 12.583949 20 5.096 8.0153 4 880.8764
1.
17 6000 7409 9.554 11.797452 20 5.096 7.5143 4 825.8217
1.
18 6375 7409 9.554 11.103484 20 5.096 7.0723 4 777.2439
1.
19 6750 7409 9.554 10.486624 20 5.096 6.6794 4 734.0637
20 7125 7409 9.554 9.934697 20 5.096 6.3278 1. 695.4288
68
4
1.
21 7500 7409 9.554 9.437962 20 5.096 6.0114 4 660.6573
1.
22 7875 7409 9.554 8.988535 20 5.096 5.7252 4 629.1975
1.
23 8250 7409 9.554 8.579965 20 5.096 5.4649 4 600.5976
1.
24 8625 7409 9.554 8.206923 20 5.096 5.2273 4 574.4846
Tabel 4. 11 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Basic static load rating
69
C0
2,526
Basic dynamic load rating
P (beban ekivalen L(umur bantalan), x C (basic dynamic load rating),
dinamik),N (N)
103 Pu taran
4,21 6000 57,244
Dari grafik 4.1 dibawah terlihat hubungan antara Daya (Dp) dengan Momen Puntir (Mo)
pada putaran konstan di poros penggerak yang berbanding lurus. Semakin besar Dp, maka
semakin besar pula Mo yang dihasilkan pada poros tersebut.
70
Mo (Nm)
10
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Dp (W)
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara Daya (Dp) Dengan Momen Puntir (Mo)
Dari grafik 4.2 dibawah terlihat hubungan antara Daya (Dp) dengan Tegangan Geser (g)
pada putaran konstan di poros penggerak yang berbanding lurus. Semakin besar Dp, maka
71
g (N/mm2)
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Dp (W)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Daya (Dp) Dengan Tegangan Geser (g)
Dari grafik 4.3 dibawah terlihat hubungan antara Daya (Dp) dengan Tegangan Geser (F)
pada putaran konstan di poros penggerak yang berbanding lurus. Semakin besar Dp, maka
semakin besar pula F yang dihasilkan pada poros tersebut.
72
F (N)
700
600
500
400
300
200
100
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Dp (W)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara Daya (Dp) Dengan Tegangan Geser (F)
Dari grafik 4.4 dibawah terlihat hubungan antara N (rpm) dengan Momen Puntir (Mo)
pada daya konstan di poros penggerak yang berbanding terbalik. Semakin besar N, maka Mo
semakin kecil.
73
Mo (Nm)
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
N (rpm)
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara Putaran (N) Dengan Momen Puntir (Mo)
Dari grafik 4.5 dibawah terlihat hubungan antara N (rpm) dengan Tegangan Geser (g)
pada daya konstan di poros penggerak yang berbanding terbalik. Semakin besar N, maka g
semakin kecil.
74
g (N/mm2)
140
120
100
80
60
40
20
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
N (rpm)
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara Putaran (N) dengan Tegangan Geser (g)
Dari grafik 4.6 dibawah terlihat hubungan antara N (rpm) dengan Gaya Tangensial (F)
pada daya konstan di poros penggerak yang berbanding terbalik. Semakin besar N, maka F
semakin kecil.
75
F (N)
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
N (rpm)
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara Putaran (N) dengan Gaya Tangensial (F)
76