Kompos
Kompos
PENDAHULUAN
Biogas atau Gas-bio
Biogas atau sering disebut gas bio merupakan gas yang timbul
jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia atau
sampah direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup
atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Biogas ini sebenarnya dapat
pula terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mempercepat dan
menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya
gas tersebut.
Jika kotoran ternak yang telah dicampur air atau isian
dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka terjadi proses
pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerob dan proses
anaerob. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil
prosesnya berupa karbon dioksida. Proses ini berkahir setelah oksigen di
dalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut dengan
tahap kedua (proses anaerob). Pada proses yang kedua inilah biogas
dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas, alat ini
harus tertutup rapat, tidak berhubungan dengan udara luar sehingga
tercipta kondisi hampa udara.
Walaupun proses kimia terbentuknya gas ini cukup rumit, tetapi
cara menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Dengan
teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat pedesaan,
gas ini dapat dihasilkan dengan baik. Dengan demikian, teknologi
sederhana ini sangat tepat jika dikembagkan di pedesaan karena selain
teknologinya mudah, bahan bakunya pun cukup tersedia.
Unsur biogas terdiri dari gas metana (CH4) 50-70%, gas karbon
dioksida (CO2) 30-40%, hydrogen (H2) 5-10% dan gas lainnya dalam
jumlah sedikit. Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan
dengan udara dan mempunyai suhu pembakaran antara 650-750 derajat
Celsius. Nilai panas pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini
sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang
mencapai 8900 kkal/m3.
1
Pupuk Kompos
Akar tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dengan
bantuan energi sinar matahari. Unsur hara dari dalam tanah bersama-
sama dengan hasil fotosintesis akan diubah menjadi senyawa komplek
untuk membentuk daun, batang, akar, buah, umbi, maupun bulir-bulir
biji. Biji-bijian, buah-buahan, atau umbi selanjutnya akan dipanen dan
dibawa ke tempat lain. Tidak jarang seresah tanaman sisa panen juga
ikut terangkut dari sawah atau dibakar.
Proses ini telah berlangsung lama, bahan organik tanah terus
mengalami penguraian, sehingga semakin menipis dan unsur hara tanah
semakin habis. Selama ini kekurangan unsur hara lebih banyak
diimbangi dengan menambahkan pupuk kimia. Kandungan bahan
organik di sebagian besar sawah di Pulau Jawa menurun hingga kurang
lebih tinggal 1%. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah
sekitar 5%.
Hal ini dapat mengakibatkan kesuburan tanah menurun secara
drastis. Kekurangan bahan organik dapat menimbulkan banyak masalah,
antara lain : kemampuan menahan air rendah, efisiensi penyerapan
pupuk rendah, dan struktur tanah yang kurang baik, akibatnya
produktivitas tanah cenderung turun, sementara kebutuhan pupuk terus
meningkat. Salah satu solusi penting untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan menambahkan bahan organik yang cukup ke dalam tanah,
hingga lebih dari 2%. Kompos adalah jenis bahan organik yang dapat
digunakan untuk menambah dan memperbaiki kesuburan tanah.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan
salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan
naiknya harga pupuk. Sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak
sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal, kecuali di daerah-
daerah sentra produksi sayuran. Sedangkan di daerah-daerah yang
banyak ternak dan bukan sentra produksi sayuran, kotoran ternak banyak
tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya
harga pupuk non organik seharusnya dapat diatasi dengan menggiatkan
kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik
2
atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang
sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan
kompos adalah kotoran ternak (sapi) yang didekomposisi dengan bahan
pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan
sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan
kompos seperti serbuk gergaji, sekam, jerami padi, abu atau kalsit/kapur.
Umumnya dipilih kotoran ternak (sapi) karena selain tersedia banyak di
petani juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium dan merupakan
kotoran ternak yang baik untuk kompos.
3
BAB II
BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK
Usaha petemakan selain menghasilkan produk-produk
petemakan yang dikonsumsi oleh masyarakat juga menghasilkan limbah
petemakan. Limbah peternakan yang paling banyak berupa kotoran dan
air kencing. Limbah ini bisa menimbulkan masalah berupa pencemaran
lingkungan terutama bau yang tidak sedap, mengganggu pemandangan
dan bisa menjadi sumber penyakit. Misalnya seekor sapi dengan berat
badan 300 kg, maka kotoran yang dihasilkan setiap hari bisa mencapai
25 kg. Jika dalam satu kelompok ternak sapi terdapat 100 ekor, maka 2,5
ton kotoran sapi yang dihasilkan setiap hari. Hal ini bisa menimbulkan
masalah lingkungan terutama dengan masyarakat sekitar lokasi
peternakan.
Pemanfaatan kotoran ternak selama ini telah dilakukan oleh
petani antara lain untuk memupuk lahan pertanian meskipun dengan
teknologi sederhana. Teknologi untuk mengolah kotoran ternak menjadi
bermanfaat untuk kesejahteraan petani telah banyak dikembangkan dan
hasilnya perlu disosialisasikan ke petani. Dari pengolahan kotoran ternak
ini dengan teknologi yang telah dikembangkan akan dihasilkan biogas,
pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Untuk mengolah kotoran
ternak menjadi produk-produk yang bermanfaat diperlukan instalasi
biogas atau reaktor biogas (digester).
Usaha peternakan terutama dalam skala besar harus mempunyai
system pengolahan limbah yang baik salah satunya reactor biogas yang
ukuran dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah limbah yang
dihasilkan. Lokasi pembuatan reactor biogas perlu ditentukan dengan
menyesuaian lokasi peternakan dan pemanfaatannya.
a. Ternak Besar
Ternak besar merupakan penghasil kotoran terbesar dibandingkan
golongan ternak lainnya. Pada sistem perkandangan yang baik, cara
mengumpulkan kotoran ternak ini cukup mudah. Pada kandang sapi
harus dilengkapi dengan saluran pembuangan kotoran berupa
selokan kecil atau lantai dibuat agak miring sehingga kotorannya
mudah untuk pengumpulannya dan kandang cepat kering.
Pengambilan kotoran ternak sapi sebaiknya dilakukan pada pagi
hari. Cara pengambilan kotorannya biasanya dilakukan dengan
sekop dan dikumpulkan ditempat penampungan kotoran yang sudah
disiapkan.
b. Ternak Sedang
Sistem perkadangan kambing dan domba ada dua macam. Ada yang
menggunakan sistem kandang panggung dan ada pula yang
menggunakan sistem kandang tidak panggung. Adapun kandang
tidak panggung, lantainya langsung ditanah dengan ditembok atau
bahkan langsung beralaskan tanah. Pada kandang lantai tanah,
kotoran biasanya bercampur dengan sisa-sisa pakan dan air kencing.
Cara pengambilan kotoran pada kandang seperti ini degan
menyerok atau menyekop langsung dari lantainya. Sedankan
kotoran ternak pada kandang panggung lebih mudah dilakukan.
Kotoran telah terkumpul dibawah kandang sehingga pengambilan
kotoran tidak mengganggu ternaknya sendiri.
c. Ternak Unggas
Sistem perkandangan unggas dalam hal ini dapat diwakili oleh
sistem perkandangan ayam. Pada sistem perkandangan ayam
dikenal dua jenis kandang, yaitu : kandang liter dan kandang
baterai. Pengambilan kotoran ternak pada kandang liter panggung
biasanya dilakukan bersamaan dengan saat membersihkan kandang.
Pada kandang liter pangggung ini. Kotoran terdapat di dua tempat
yaitu dibawah kandang dan dilantai kandang. Biasanya pada
kandang liter tidak panggung, lantai dilapisi dengan dedak kasar
padi atau serbuk gergaji. Hal ini dimaksudkan untuk menyerap air
sehingga lantai tidak becek atau kotor. Dengan demikian, kotoranna
berserakan dilantai dan telah tercampur dengan ddak kasar atau
serbuk gergaji tersebut. Cara pengambilan kotoran adalah dengan
menyerok atau menyekopnya, kemudian disimpan ditempat yang
aman. Pengambilan kotoran ternak padan kandang baterai hampir
sama dengan pengembilan kotoran pada kandang panggung. Pada
kandang ini pun dapat dilakukan dua cara yaitu dengan
menampungnya pada penahan dibawah kandang atau
mengambilnya dari bawah kandang.
Cara pembuatannya
Fases sapi sebanyak 30% ditambah dedak padi
sebanyak 10%, ditambah dengan 1 kg molases lalu diaduk
sampai rata. Selanjutnya tambahkan air hingga konsentrasi
menjadi 100 liter. Agar perkembangannya merata, setiap hari
diaduk sebanyak 4 - 5 kali secara perlahan-lahan lalu ditutup.
Setelah 3 minggu adukan disaring dan bagian atas yang jernih
dapat diambil dan disimpan kedalam wadah. Untuk
penyemprotan pada tanaman, sebanyak 1 liter bahan
ditambah dengan 10 liter air bersih, telah siap disemprotkan
ke tanaman.