Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
Biogas atau Gas-bio
Biogas atau sering disebut gas bio merupakan gas yang timbul
jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia atau
sampah direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup
atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Biogas ini sebenarnya dapat
pula terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mempercepat dan
menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya
gas tersebut.
Jika kotoran ternak yang telah dicampur air atau isian
dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka terjadi proses
pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerob dan proses
anaerob. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil
prosesnya berupa karbon dioksida. Proses ini berkahir setelah oksigen di
dalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut dengan
tahap kedua (proses anaerob). Pada proses yang kedua inilah biogas
dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas, alat ini
harus tertutup rapat, tidak berhubungan dengan udara luar sehingga
tercipta kondisi hampa udara.
Walaupun proses kimia terbentuknya gas ini cukup rumit, tetapi
cara menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Dengan
teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat pedesaan,
gas ini dapat dihasilkan dengan baik. Dengan demikian, teknologi
sederhana ini sangat tepat jika dikembagkan di pedesaan karena selain
teknologinya mudah, bahan bakunya pun cukup tersedia.
Unsur biogas terdiri dari gas metana (CH4) 50-70%, gas karbon
dioksida (CO2) 30-40%, hydrogen (H2) 5-10% dan gas lainnya dalam
jumlah sedikit. Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan
dengan udara dan mempunyai suhu pembakaran antara 650-750 derajat
Celsius. Nilai panas pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini
sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang
mencapai 8900 kkal/m3.

1
Pupuk Kompos
Akar tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dengan
bantuan energi sinar matahari. Unsur hara dari dalam tanah bersama-
sama dengan hasil fotosintesis akan diubah menjadi senyawa komplek
untuk membentuk daun, batang, akar, buah, umbi, maupun bulir-bulir
biji. Biji-bijian, buah-buahan, atau umbi selanjutnya akan dipanen dan
dibawa ke tempat lain. Tidak jarang seresah tanaman sisa panen juga
ikut terangkut dari sawah atau dibakar.
Proses ini telah berlangsung lama, bahan organik tanah terus
mengalami penguraian, sehingga semakin menipis dan unsur hara tanah
semakin habis. Selama ini kekurangan unsur hara lebih banyak
diimbangi dengan menambahkan pupuk kimia. Kandungan bahan
organik di sebagian besar sawah di Pulau Jawa menurun hingga kurang
lebih tinggal 1%. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah
sekitar 5%.
Hal ini dapat mengakibatkan kesuburan tanah menurun secara
drastis. Kekurangan bahan organik dapat menimbulkan banyak masalah,
antara lain : kemampuan menahan air rendah, efisiensi penyerapan
pupuk rendah, dan struktur tanah yang kurang baik, akibatnya
produktivitas tanah cenderung turun, sementara kebutuhan pupuk terus
meningkat. Salah satu solusi penting untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan menambahkan bahan organik yang cukup ke dalam tanah,
hingga lebih dari 2%. Kompos adalah jenis bahan organik yang dapat
digunakan untuk menambah dan memperbaiki kesuburan tanah.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan
salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan
naiknya harga pupuk. Sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak
sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal, kecuali di daerah-
daerah sentra produksi sayuran. Sedangkan di daerah-daerah yang
banyak ternak dan bukan sentra produksi sayuran, kotoran ternak banyak
tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya
harga pupuk non organik seharusnya dapat diatasi dengan menggiatkan
kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik

2
atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang
sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan
kompos adalah kotoran ternak (sapi) yang didekomposisi dengan bahan
pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan
sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan
kompos seperti serbuk gergaji, sekam, jerami padi, abu atau kalsit/kapur.
Umumnya dipilih kotoran ternak (sapi) karena selain tersedia banyak di
petani juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium dan merupakan
kotoran ternak yang baik untuk kompos.

3
BAB II
BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK
Usaha petemakan selain menghasilkan produk-produk
petemakan yang dikonsumsi oleh masyarakat juga menghasilkan limbah
petemakan. Limbah peternakan yang paling banyak berupa kotoran dan
air kencing. Limbah ini bisa menimbulkan masalah berupa pencemaran
lingkungan terutama bau yang tidak sedap, mengganggu pemandangan
dan bisa menjadi sumber penyakit. Misalnya seekor sapi dengan berat
badan 300 kg, maka kotoran yang dihasilkan setiap hari bisa mencapai
25 kg. Jika dalam satu kelompok ternak sapi terdapat 100 ekor, maka 2,5
ton kotoran sapi yang dihasilkan setiap hari. Hal ini bisa menimbulkan
masalah lingkungan terutama dengan masyarakat sekitar lokasi
peternakan.
Pemanfaatan kotoran ternak selama ini telah dilakukan oleh
petani antara lain untuk memupuk lahan pertanian meskipun dengan
teknologi sederhana. Teknologi untuk mengolah kotoran ternak menjadi
bermanfaat untuk kesejahteraan petani telah banyak dikembangkan dan
hasilnya perlu disosialisasikan ke petani. Dari pengolahan kotoran ternak
ini dengan teknologi yang telah dikembangkan akan dihasilkan biogas,
pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Untuk mengolah kotoran
ternak menjadi produk-produk yang bermanfaat diperlukan instalasi
biogas atau reaktor biogas (digester).
Usaha peternakan terutama dalam skala besar harus mempunyai
system pengolahan limbah yang baik salah satunya reactor biogas yang
ukuran dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah limbah yang
dihasilkan. Lokasi pembuatan reactor biogas perlu ditentukan dengan
menyesuaian lokasi peternakan dan pemanfaatannya.

2.1. Sumber Biogas


Biogas dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku limbah
pertanian antara lain kotoran ternak, jerami padi, enceng gondok, limbah
industri tahu, bungkil jarak pagar, limbah kelapa sawit dan sampah
organik
Kotoran ternak merupakan bahan baku sumber biogas yang
tersedia dalam jumlah banyak dan pemanfaatannya belum optimal.
Hampir semua jenis kotoran temak dapat dijadikan bahan baku
menghasilkan biogas, hanya faktor jumlah dan ketersediaan secara terus-
menerus yang dapat dimanfaatkan.Hasil kotoran dari seekor ternak
dewasa perhari dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Kotoran dari Seekor Ternak Dewasa (kg/hari).
N
Jenis ternak Kotoran padat
o
1 Sapi 15-25
.2
Kuda 16,10
.3
Babi 2-7
.4
Domba 1-2
.5
Ayam 0,05-0,1
.

Bahan baku pembuatan biogas pada umumnya hanya satu


macam namun secara teknis, beberapa bahan baku dapat digunakan
sebagai penghasil biogas dengan cara mencampurnya dengan
perbandingan tertentu. Akan tetapi persyaratan untuk menghasilkan
biogas harus dipenuhi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pangisian
digester apabila bahan-bahan yang tersedia dalam jumlah terbatas dan
terdapat bahan alternatif yang lain.

2.2. Reaktor Biogas


Reaktor biogas adalah konstruksi bangunan atau alat yang
digunakan untuk mengolah berbagai bahan baku untuk dijadikan biogas.
Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis rekator biogas(digester)
yaitu batch feeding dan continues feeding. Batch feeding adalah jenis
digester yang pengisian bahan organik (campuran bahan organik dan air)
dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas
dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya
rendah, maka isian digesternya dibongkar lalu diisi kembali dengan
bahan organik yang baru. Continues feeding adalah jenis digester yang
pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu.
Pada pengisiana awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas
diproduksi. Setelah biogas diproduksi pengisian bahan organik dilakukan
secara kontinu setiap hari dengan jumlah tertentu. Setiap pengisian
bahan organik yang baru akan diikuti dengan pengeluaran bahan sisa
(sludge). Oleh karena itu digester ini didesain dengan membuat lubang
pengisian dan lubang pengeluaran.
Gambar reaktor bio gas
Secara umum, konstruksi reaktor biogas (digester) tersebut
memiliki 3 bagian penting yaitu (1) unit pencampur yang berfungsi
untuk menampung campuran bahan baku yang akan dimasukkan ke
dalam digester, (2) bagian utama digeser yang merupakan tempat
berlangsungnya proses fermentasi secara anaerob untuk menghasilkan
biogas, (3) bagian pengeluaran campuran padatan dan air proses yang
langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Reaktor skala individu dibuat dari drum baja dengan kapasitas
tampung 150 liter dengan retention time (waktu tinggal) antara 18-20
hari. Sedangkan reaktor skala kelompok yang dibuat dengan konstruksi
beton berlapis bahan kedap air memiliki volume 18m3. Waktu tinggal
biomassa dalam reactor 40-50 hari. Padatan akan menghambat aliran gas
yang terbentuk di bagian bawah digester saat menuju penampungan gas.
Biogas yang dihasilkan ditampung dalam beberapa buah bekas ban
dalam mobil atau truk.
Reaktor telah banyak dikembangkan di berbagai daerah di
Indonesia dengan memanfaatkan bahan yang tersedia dan disesuaikan
dengan potensi yang ada. Jenis reaktor yang dikembangkan antara lain :
Tipe kubah yang dibuat dari batu bata merah atau batu kali.
Tipe silinder yang terbuat dari tong atau drum baja.
Tipe plastik tebal yang terbuat dari plastik.
Tipe fiberglass yang terbuat dari
fiberglass.
Reaktor tipe kubah dibuat pertama kali di Cina tahun 1930-an
dan sejak itu berkembang menjadi berbagai model. Reaktor ini dibuat
dengan menggali tanah yang kemudian dipasang bahan-bahan bangunan
untuk membentuk reactor sesuai dengan model yang diinginkan. Ukuran
bangunan disesuaikan dengan kotoran ternak yang dihasilkan pada usaha
peternakan yang dikelola. Pada reactor ini bagian pertama yaitu digester
sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,
baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas metana.
Bagian ini dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu kali,
batu bata merah atau beton. Struktur bangunan harus kuat untuk
menahan gas agar tidak teijadi kebocoran. Bagian kedua disebut kubah
tetap karena bentuknya seperti kubah yang merupakan pengumpul gas
yang tidak bergerak. Gas yang dihasilkan dari material organik pada
digester akan mengalir dan disimpan dalam kubah. Keuntungan dari
reactor ini adalah biaya kontruksi murah karena bahan baku mudah
didapat dan murah harganya. Kerugian dari reactor ini adalah apabila
terjadi gempa bumi bisa terjadi keretakan sehingga menimbulkan
kebocoran dan jika sudah bocor, maka sulit untuk memperbaiki.
Pembuatan yang tidak sempurna bisa meninbulkan pori-pori yang bisa
mengkibatkan kebocoran.
Tipe silinder yang terbuat dari tong atau drum baja terkenal
dengan nama reactor terapung dan pertama kali dikembangkan di India
pada tahun 1937 sehingga dinamakan juga reactor India. Reaktor ini
memiliki digester yang sama dengan reactor kubah, perbedaannya
terletak pada bagian penampung gas menggunkan peralatan bergerak
dari drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk
menyimpan gashasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum
mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.
Keuntungan dari reactor ini adalah dapat dilihat secara langsung volume
gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Kerugian
reactor ini adalah biaya material dari konstruksi drum lebih mahal.
Korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas
pada reactor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan
tipe kubah. Kontruksi bangunan reactor ini berada di atas permukaan
tanah. Ukuran kontruksi disesuaikan dengan bahan untuk membuat
reaktor yang tersedia dan kotoran ternak yang dihasilkan peternakan.
Reaktor tipe silinder yang sederhana bisa dibuat dari drum bekas aspal
dengan kapasitas 150 liter.
Reaktor tipe plastik tebal yang terbuat dari plastik dengan
bentuk balon sehingga dinamakan juga reactor balon yang banyak
digunakan untuk skala rumah tangga. Reaktor ini menggunakan bahan
plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat
biogas. Reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai
digester sekaligus penyimpan gas yang masing-masing bercampur
menjadi satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak di bagian
bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang
mengisi pada rongga atas. Kelemahan reactor ini adalah mudah bocor
terutama jika terkena benda-benda tajam dan kelebihannya haarganya
lebih murah.
Reaktor tipe fiberglass yang terbuat dari fiberglass juga banyak
digunakan untuk skala rumah tangga dan skala industri. Reaktor ini
menggunakan bahan fiberglass sehingga lebih efisien dalam penanganan
dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini memiliki satu bagian yang
befungsi sebagai digester sekaligus penyimpanan gas yang masing-
masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Reaktor ini efisien
karena kedap, ringan dan kuat. Jika terjadi kebocoran mudah dipebaiki
atau dibentuk kembali seperti semula. Karena ringan, maka dengan
mudah dapat dipindahkan ke tempat yang diinginkan peternak.

2.3. Hal-hal yang mempengaruhi Produksi Biogas


1. Rasio C/N dalam kotoran ternak sangat menentukan kehidupan
dan aktifitas midroorganisme untuk membentuk gas. Rasio C/N
yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30.
Misalkan kotoran dan urine sapi perah mempunyai rasio C/N
sebesar 18, maka perlu penambahan bahan baku dari jenis lain
yang mempunayai rasio C/N lebih besar seperti limbah pertanian
yang mempunyai rasio C/N lebih dari 30.
2. Suhu merupakan faktor penting sebagai satu syarat aktifnya
bakteri penghasil biogas. Suhu yang paling baik untuk
berlangsungnya proses pembentukan biogas adalah 25-35
derajat C, dimana bakteri metanogen akan tumbuh optimal pada
kisaran suhu mesofilik. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu
tinggi kurang baik. Suhu di bawah 15 deraj at C kecil
kemungkinan akan terbentuk biogas dan suhu di bawah 10 deraj
at C produksi biogas akan terhenti. Untuk mengantisipasi
perubahan suhu, maka sebaiknya instalasi biogas ditempatkan
dalam tanah.
3. Derajat keasaman (pH) juga sangat berpengaruh pada kehidupan
organisme. PH dengan kisaran 6-7 pada campuran bahan baku
yang dimasukkan ke dalam reaktor biogas akan menghasilkan
produksi biogas optimal. Pada tahap awal fermentasi bahan
organik akan terbentuk asam (asam organik) yang akan
menurunkan pH, maka untuk mencegah penurunan pH ini dapat
dilakukan dengan menambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau
kapur (CaCO3).
4. Laju pengumpanan campuran bahan baku ke dalam reaktor
biogas yang berlebihan akan mengakibatkan akumulasi asam
dan produksi gas metana akan terganggu, dan sebaliknya jika
pengumpanan rendah akan mengakibatkan produksi gas menjadi
rendah.
5. Reaktor biogas dijaga agar tidak teijadi kebocoran gas. Biogas
dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh
mikroorganisme anaerob sehingga instalasi biogas harus kedap
udara (keadaan anaerob).
6. Kadar air, kandungan total padatan dan ukuran kotoran ternak
perlu diperhatikan sehingga produksi biogas bisa optimal.
Pengenceran biasa dilakukan dengan perbandingan 1 : (1-2)
tergantung kondisi kotoran ternak.
7. Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan
bahan organik menjadi biogas. Starter merupakan
mikroorganisme perombak yang telah dijual komersial. Bisa
juga menggunakan Lumpur aktif organik atau cairan isi rumen.

2.4. Proses Produksi Biogas


Teknologi produksi biogas diawali dengan mengencerkan
kotoran ternak. Kotoran ternak dicampur air dengan perbandingan 1 : 1,
namun apabila kotoran ternak sudah mongering, maka jumlah air yang
harus ditambahkan lebih banyak sampai batas kekentalan yang
diinginkan (biasanya 1 : 2).
Reaktor dengan kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat
dicampur secara manual dalam ember plastik. Sedangkan untuk
kapasitas besar, proses pencampuran dilakukan dengan alat pencampur.
Alat pencampur dengan kapasitas maksimum 0,15 m3 per proses, maka
lama pencampuran 5-15 menit tergantung karakteristik limbah yang
digunakan.
Kotoran yang sudah dicampur air dimasukkan kedalam reactor
biogas sampai menutup saluran pemasukan dan pengeluaran. Kemudian
dibiarkan sampai gas yang dihasilkan stabil. Waktu untuk membentuk
gas yang stabil 14-25 hari. Setelah itu pengisian dilakukan setiap hari
atau 2 hari sekali tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis bahan
bakunya. Untuk meningkatkan proses fermentasi bakteri anaerob pada
pengisiaan pertama perlu menambahkan starter (berupa starter komersial
yang banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari
rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester
3,5-5,0 m3.
Gas yang dihasilkan pertama kali perlu dibuang karena
didominasi CO2 kurang lebih pada hari ke-8. Pada hari selanjutnya akan
terbentuk gas CH4 semakin meningkat dan CO2 semakin menurun dan
pada saat komposisi CH4 54% dan CO2 27%, maka biogas akan
menyala. Biogas langsung dapat dihubungkan dengan kompor gas atau
generator listrik. Secara sederhana biogas yang dihasilkan bisa
ditampung dalam beberapa buah bekas ban dalam mobil atau truk,
selanjutnya biogas dapat langsung dialirkan ke dalam kompor untuk
digunakan sebagai sumber panas pembakaran.
Setiap 1 reaktor drum skala individu dengan bahan baku 1-2 kg
kotoran ternak mampu menghasilkan 0,48 m3 biogas setiap hari. Dilihat
dari nilai kalor pembakarannya, 1m3 biogas setara dengan kalor
pembakaran minyak tanah sebanyak 0,50-0,60 liter. Satu drum biogas
dapat mensubstitusi setengah dari kebutuhan minyak tanah 0,75 liter per
hari. Untuk dapat mengganti minyak tanah secara penuh , idealnya
mempunyai 2 drum reactor dengan jumlah kambing 5 ekor atau 1 ekor
sapi. Potensi produksi biogas beberapa jeis kotoran ternak dapat dilihat
pada tabel 2.

Jenis kotoran Produksi gas (m3/kg)

Sapi dan kerbau 0,023 - 0,040


Babi 0,040 - 0,059
Ayam 0,065 - 0,116
2.5. Pemanfaatan Biogas
Biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas
menggantikan peran gas LPG. Caranya dengan memodifikasi kompor
gas sehingga bisa disambungkan dengan instalasi biogas yang tersedia.
Kran dipasang untuk membuka dan menutup aliran gas ke kompor. Kran
dibuka perlahan sehingga gas mengalir ke kompor lalu nyalakan
penyulut api dan dekatkan dengan kompor sehingga kompor menyala
kemudian atur api sesuai dengan yang diinginkan. Jika telah selesai
memasak kompor dimatikan dan pastikan kran gas tertutup sehingga
aman.
Untuk menghidupkan mesin generator, maka pastikan
persediaan gas cukup untuk waktu dan kapasitas listrik yang digunakan.
Pastikan saluran gas yang menuju generator sudah terpasang dengan
baik. Kemudian kran gas dibuka sehingga gas mengalir ke generator.
Mesin generator dihidupkan dengan menarik tali starter. Setelah mesin
generator hidup stabil dan normal tunggu beberapa menit sampai lampu
indicator menyala , kemudian masukkan kabel ke colokan untuk
mendapatkan aliran listrik. Setelah selesai matikan generator dengan
cara menutup kran gas yang menuju generator. Mesin generator hanya
dapat digunakan 5 jam, setelah mesin dingin geneator dapat didihupkan
lagi.

2.6. Membuat Alat Penghasil Biogas Sederhana


Bahan yang Diperlukan adalah:
a. 4 buah drum bekas, tiga ukuran 200 liter dan satu buah ukuran
120 liter.
b. Pipa besi dengan garis tengah 1 - 1,5 cm yang dilengkapi dengan
kran untuk saluran gas.
c. Pipa besi dengan garus tengah 5 cm untuk saluran isian dan
buangan.
d. Seng tebal atau plat besi setebal 1 -2 mm untuk membuat corong
pemasukan isian, dapat pula digunakan corong yang telah jadi.
e. Slang karet atau slang plastik untuk mengalihkan gas.
Cara Pembuatan
Cara pembuatan alat penghasil biogas dapat dibagi menjadi dua
bagian penting, yaitu pembuatan tabung penampungan isian (tabung
pencerna) dan pembuatan tabung pengumpul gas. Untuk proses
pengerjaannya diperlukan alat-alat yaitu martil pahat baja, alat pengelas
dan lain-lain.

a. Pembuatan Tabung Pencerna


Tabung ini dibuat dari dua buah drum besar (tabung 200
liter) yang dirangkai dengan cara dilas. Setelah tabung
dirangkaikan, dilengkapi dengan pipa pemasukan isian dan pipa
pengeluaran buangan. Tahap-tahap pembuatanya secara lengkap
sebagai berikut:
Drum pertama dibuka salah satu tutupnya (bagian yang ada
lubang bekas pemasukan minyak).
Drum kedua dipotong separo salah satunya (bagian yang ada
lubang bekas pemasukan minyak)
Drum yang akan digunakan perlu dibersihkan dahulu dari
kotoran-kotoran yang menempel.
Lakukan uji kebocoran dengan cara memasukkan air dan
diamati seluruh bagian drum. Kebocoran ditandai dengan
keluarnya air dari bagian tersebut.
Jika ada kebocoran perlu dilakukan penambalan dengan cara
dilas.
Buatlah lubang dengan diameter 5 cm tepat disisi tutup yang
masih utuh kedua drum tersebut.
Buatlah lubang berdiameter 1 - 1,5 cm di posisi atas drum yang
tutupnya terbuka (berlawanan dengan posisi lubang berdiameter
5 cm).
Kedua drum disambungkan satu sama lain dengan cara dilas.
Untuk mempekuat sambungan, sebaiknya digunakan baut dan
mur. Sebelum disambung, perlu diperhatikan agar kedua lubang
yang telah dibuat tepat pada posisi dasar.
Sambungkan pipa pemasukan isian (60 cm) yang telah
dilengkapi corong pada salah satu lubang dengan membentuk
sudut 30 derajat, kemudian dilas. Untuk memperkuat
kedudukannya, perlu ditopang dengan plat baja.
Sambungkan pula pipa pengeluaran buangan (60 cm) pada salah
satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, kemudian dilas
Untuk memperkuat kedudukannya, perlu ditopang dengan plat
baja.
Sedangkan pipa pengeluaran gas dengan cara dilas pada lubang
berdiameter 1 - 1,5 cm. Dengan demikian, pembuatan tabung
pencerna telah selesai.

b. Pembuatan Tabung Pengumpul Gas


Tabung pengumpul gas yang akan dibuat ini terpisah dari
tabung pencerna. Model ini merupakan penembangan dari model
sederhana yang tabung pengumpul gasnya masih bersatu dengan
tabung pencerna. Tabung ini terbuat dari dua buah drum yaitu satu
buah drum berukuran 200 liter dan satu buah drum berukuran 120
liter. Cara pembuatan tabung ini lebih mudah dari pembuatan
tabung pencerna. Proses pembuatannya secara lengkap sebagai
berikut :
Drum besar (200 liter) dibuka salah satunya tutupnya (bagian
yang ada lubang bekas pemasukan minyak). Demikian pula,
drum kecil (120 liter) dibuka salah satu tutupnya (baguan yang
ada lubang bekas pemasukan minyak).
Drum yang akan digunakan perlu dibersihkan dahulu dari
kotoran yang menempel.
Lakukan uji kebocoran dengan cara memasukkan air dan
diamati seluruh bagian drum. Kebocoran ditandai dengan
keluarnya air dari bagian tersebut.
Jika ada kebocoran perlu dilakukan penambalan dengan cara
dilas.
Buat dya kubang berdiameter 1 - 1,5 cm pada tutup drum kecil.
Sambungkan pada kedua lubang tersebut dua pipa berdiameter 1
- 1,5 dengan cara dilas. Salah satu pipa untuk pemasukan gas
dari tabung pemasukan gas dari tabung pencema dan satu lagi
yang telah dilengkapi dengan kran untuk penegluaran gas.
Dengan demikian pembuatan tabung pengumpul gas telah
selesai.

c. Cara Menggunakan Alat Penghasil Biogas


Cara mengoperasikan alat ini cukup mudah. Setelah semua
perlengkapannya siap digunakan, yang perlu dilakukan yaitu :
pembuatan isian dari kotoran ternak. Kebutuhan awal isian untuk
alat ini sekitar 380 liter. Isian sebanyak itu terdiri dari 8 ember
kotoran sapi atau kerbau yang dicampur dengan sekitar 11 ember
air. Ember yang digunakan berukuran 22 liter.
Selanjutnya, isian yang telah dibuat dimasukkan ke dalam
tabung pencema. Adapun drum besar tabung pengumpul gas diisi
dengan air, kemudian drum kecilnya (penutup) dimasukkan ke
dalam drum besar. Cara penggunaan secara lengkap sebagai
berikut :
Buat isian dengan mencampurkan kotoran ternak segar dengan
air, perbandingannya 1 : 1,5 . Aduklah kotoran sampai merata
sambil membuang benda-benda keras yang mungkin ikut
tercampur.
Masukkan isiann yang telah siap kedalam tabung pencema
melalui pipa pemasukan isian. Pemasukan isian dihentikan
setelah tabung pencerna penuh yang ditandai dengan keluarnya
buangan dari pipa buangan.
Buka kran pengeluaran gas yang dihubungkan denganpipa
pemasukan gas tabung pengumpul dengan selang karet atau
plastik yang telah disiapkan.
Masukan air kedalam drum besar tabung pengumpul gas sampai
ketinggian sekitar 60 cm.
Masukkan pula drum kecil ke dalam drum besar yang telah diisi
air dan biarkan drum tersebut tenggelam sebagian badannya.
Tutup kran pengeluaran gas tabung pengumpul.

Setelah 3 - 4 minggu, biasanya gas pertama mulai terbentuk


yang ditandai dengan terangkatnya drum kecil tabung pengumpul gas.
Gas pertama ini masih bercampur dengan udara sehingga belum dapat
digunakan karena mudah meledak. Gas pertama ini perlu dibuang
dengan membuka kran pengeluaran gas tabung pengumpul. Setelah gas
pertama terbuang habis yang ditandai dengan turunnya permukaan drum
kecil pengumpul gas ke posisi semula, kran pengeluaran gas ditutup
kembali. Gas yang terbentuk kemudian sudah dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan. Pengisian isian selanjutnya dapat dilakukan setiap
hari. Kebutuhan isian perhari sekitar 1 ember berukuran 22 liter.
BAB III
LIMBAH TERNAK SEBAGAI
PUPUK KOMPOS
3.1. Pengertian Kompos
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Kompos
adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme
(bakteri pembusuk ) yang bekeija di dalamnya. Bahan-bahan organik
tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan,
kotoran ternak, dan air kencing.
Pupuk kompos merupakan bahan pembenah tanah yang paling
baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Pada
umumnya pupuk organik mengandung hara makro N,P,K rendah, tetapi
mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk
kompos mencegah terjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah dan
retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah.
Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat
proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat
mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan
tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu
dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses
mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa
diperoleh kompos yang berkualitas baik. Dengan demikian, kita tak
perlu menunggu puluhan tahun jika sewaktu-waktu kompos tersebut
diperlukan.
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
- Menyediakan unasur hara mikro bagi tanaman
- Menggemburkan tanah
- Memperbaiki struktur dan tekstur tanah
- Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme
tanah
- Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
- Memudahkan pertumbuhan akar tanaman
- Menyimpan air tanah lebih lama
- Mencegah lapisan kering pada tanah
- Mencegah beberapa penyakit akar
- Menghemat penggunaan pupuk kimia dan atau pupuk buatan
- Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia
- Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia
karena harganya lebih murah, berkualitas dan akrab lingkungan.

3.2. Karateristik Umum Pupuk Kompos


Kandungann hara rendah. Kandungan hara pupuk kompos
pada umumnya rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis
bahan dasarnya. Kandungan hara yang rendah berarti biaya
untuk setiap unit unsur hara yang digunakan nisbi lebih mahal.
Ketersediaan unsur hara lambat. Hara yang berasal dari
bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroorganisme tanah
untuk dirubah dari bentuk ikatan kompeks organik yang tidak
dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa
organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap oleh
tanaman.
Menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Penyediaan
hara yang berasal dari pupuk kompos biasanya terbatas dan
tidak cukup dalam menyediakan hara yang diperlulkan tanaman.

3.3. Pengaruh Pupuk Kompos


Secara garis besar, keuntungan yang diperoleh dengan
memanfaatkan pupuk kompos adalah sebagai berikut:
Mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah dari cerah akan
berubah menjadi kelam. Hal ini berpengaruh baik pada sifat
fisik tanah. Bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan
lepas- lepas, sehingga aerasi menjadi lebih baik serta lebih
mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur
berpasir, bahan kompos akan meningkatkan pengikatan antar
partikel dan menngkatkan kapasitas mengikat air. Sifat fisik
bahan organik yang baik sangat ideal apabila dicampur terlebih
dahulu dengan pupuk kimia sebelum dimanfaatkan sebagai
pupuk.
Mempengaruhi sifat kimia tanah. Kapasitas tukar kation (KTK)
dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan
organik. Asam yang dikandung kompos akan membantu
meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
Mempengaruhi sifat biologi tanah. Bahan organik akan
menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme
tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat
perbanyakan fungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah
lainnya.
Mempengaruhi kondisi sosial. Daur ulang limbah ternak akan
mengurangi pencemaran dan meningkatkan pnyediaan pupuk
kompos. Meningkatkan lapangan pekerjaan melalui daur ulang
yang menghasilkan pupuk kompos sehingga akan meningkatkan
pendapatan.
Pupuk kompos berasal dari kotoran ternak dan tanaman seperti
kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, dedaunan, jeram padi,
kulit kopi, sekam padi, dan lain-lain. Pupuk kandang yang berasal
dari kotoran sapi atau ayam merupakan pupuk kompos yang umum
digunakan dalam pemupukan tanaman, tetapi hanya mampu
memberikan unsur dalam jumlah terbatas. Pupuk organik memacu
dan meningkatkan mikroba di dalam tanah jauh lebih besar daripada
hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk kompos harus digunakan
sebagai pupuk tambahan yang dikombinasikan dengan pupuk kimia.
Penggunaan pupuk kompos memperbaiki sifat fisik tanah terutama
meningkatkan kesarangan tanah.

3.4. Kotoran Ternak sebagai Sumber Pupuk


Tanaman
Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan secara bersamaan juga meningkatkan
produksi tanaman. Suatu hal yang nyata bahwa limbah ternak yang
cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga.
Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting untuk
tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfos (P) dan kalium (K).
Ketiga unsur inilah yang paing banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga
jenis unsur hara ini sangat penting diberikan karena masing- masing
memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
Unsur nitrogen (N) terutaa berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang dan
daun. Pembentukan hijau daun juga berkaitan erat dengan unsur
nitrogen. Selain itu, unsur ini cukup berpengaruh dalam pembentukan
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda.
Beberapa jenis protein tertentu memerlukan ansur fosfor sebagai bahan
mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan
pernafasan, sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah.
Satu lagi unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah
cukup banyak yaitu unsur kalium (K). Kegunaan utamanya adalah untuk
membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Pemberian unsur ini
akan memperkuat tanaman sehingga dau, bunga dan buah tidak mudah
gugur. Seali itu, kalium juga membuat tanaman tahan terhadap
kekeringan dan penyakit.

3.5. Kelemahan Penggunaan Pupuk Kompos


Penggunaan pupuk kompos juga mempunyai kelemaan yaitu (i)
diperlukan dalam jmlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara dari suatu pertanaman, (ii) bersifat ruah, baik dalam
pengangkutan dan penggunaannya di lapangannya di lapangan, dan (iii)
kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan
organik yang diberikan belum cukup matang.

3.6. Mengumpulkan Kotoran Ternak untuk


Pembuatan Kompos
Cara pengumpulan kotoran ternak berkaitan erat dengan sistem
perkandangan. Cara ini berbeda untuk masing-masing jenis ternak
karena sistem perkandangannya berbeda. Kandang sapi berbeda dengan
kandang kambing, apalagi bila dibandingkan dengan kandang ayam.
Pada Prinsipnya, kandang yang baik memiliki sistem pembuangan
kotoran yang baik. Kandang yang seperti ini paling tidak memiliki dua
keuntungan. Pertama, kandang tersebut akan terjaga kebersihannya, baik
dari kotoran maupun limbah lainnya. Kedua, kotorannya dapat
dikumpulkan dengan midah sehingga akan memudahkan proses
selanjutnya.
Berdasarkan kemiripan kandangnya dan untuk memudahkan
penanganan selanjutnya, ternak dapat kita golongkan mernjadi empat
yaitu : golongan ternak besar, sedang, kecil dan unggas.

a. Ternak Besar
Ternak besar merupakan penghasil kotoran terbesar dibandingkan
golongan ternak lainnya. Pada sistem perkandangan yang baik, cara
mengumpulkan kotoran ternak ini cukup mudah. Pada kandang sapi
harus dilengkapi dengan saluran pembuangan kotoran berupa
selokan kecil atau lantai dibuat agak miring sehingga kotorannya
mudah untuk pengumpulannya dan kandang cepat kering.
Pengambilan kotoran ternak sapi sebaiknya dilakukan pada pagi
hari. Cara pengambilan kotorannya biasanya dilakukan dengan
sekop dan dikumpulkan ditempat penampungan kotoran yang sudah
disiapkan.

b. Ternak Sedang
Sistem perkadangan kambing dan domba ada dua macam. Ada yang
menggunakan sistem kandang panggung dan ada pula yang
menggunakan sistem kandang tidak panggung. Adapun kandang
tidak panggung, lantainya langsung ditanah dengan ditembok atau
bahkan langsung beralaskan tanah. Pada kandang lantai tanah,
kotoran biasanya bercampur dengan sisa-sisa pakan dan air kencing.
Cara pengambilan kotoran pada kandang seperti ini degan
menyerok atau menyekop langsung dari lantainya. Sedankan
kotoran ternak pada kandang panggung lebih mudah dilakukan.
Kotoran telah terkumpul dibawah kandang sehingga pengambilan
kotoran tidak mengganggu ternaknya sendiri.

c. Ternak Unggas
Sistem perkandangan unggas dalam hal ini dapat diwakili oleh
sistem perkandangan ayam. Pada sistem perkandangan ayam
dikenal dua jenis kandang, yaitu : kandang liter dan kandang
baterai. Pengambilan kotoran ternak pada kandang liter panggung
biasanya dilakukan bersamaan dengan saat membersihkan kandang.
Pada kandang liter pangggung ini. Kotoran terdapat di dua tempat
yaitu dibawah kandang dan dilantai kandang. Biasanya pada
kandang liter tidak panggung, lantai dilapisi dengan dedak kasar
padi atau serbuk gergaji. Hal ini dimaksudkan untuk menyerap air
sehingga lantai tidak becek atau kotor. Dengan demikian, kotoranna
berserakan dilantai dan telah tercampur dengan ddak kasar atau
serbuk gergaji tersebut. Cara pengambilan kotoran adalah dengan
menyerok atau menyekopnya, kemudian disimpan ditempat yang
aman. Pengambilan kotoran ternak padan kandang baterai hampir
sama dengan pengembilan kotoran pada kandang panggung. Pada
kandang ini pun dapat dilakukan dua cara yaitu dengan
menampungnya pada penahan dibawah kandang atau
mengambilnya dari bawah kandang.

3.7. Mengubah Kotoran menjadi Pupuk Kompos


Meskipun kotoran ternak memiliki segudang menfaat bagi
kesuburan tanah dan tanaman, tetapi dalam penggunaannya harus hati-
hati. Ketika kototan baru keluar dari perut ternak maka namanya masih
kotoran ternak bukan pupuk. Jika kotoran ternak ini diberikan ke
tanaman maka yang teijadi bukan menyuburkan tanaman, tetapi
sebaliknya dapat menyebabkan tanaman layu atau bahkan mati. Hal ini
disebabkan kotoran ternak masih mentah atau menurut istailah petani
masih panas.
Penyebab matinya tanaman karena diberi kotoran ternak mentah
secara ilmiah dapat dimengerti. Setiap kotoran ternak mengandung unsur
karbon (C) dan nitrogen (N). Pada kotoran yang masih mentah,
kandungan karbonnya lebih tinggi dari kandungan nitrogennya. Dengan
kata lain perbandingan C dan N (C/N ratio) betnilai tinggi. Jika kotoran
ternak dalam kondisi seperti ini diberikan ke tanaman maka akan
mengundang jutaan bakteri untuk menguraikan rantai karbon. Proses
inilah yang disebut dengan proses dekomposisi (penguraian). Proses ini
akan menaikan suhu tanah. Jika pupuk dengan kondisi seperti ini
diberikan pada tanaman,akan menyebabkan kelayuan atau bahkan
mengakami kematian karena kepanasan.
Kerugian lainnya pada proses dekomposisi, bakteri tanah akan
bersaing dengan tanaman untuk mengambil nitrogen dari tanah.
Bahkan jika nitrogen di dalam tanah kurang maka bakteri akan
mengambil nitrogen dari tanaman. Tentunya hal ini akan merugikan
tanaman sebab akan mengurangi persediaan nitrogennya. Akibatnya
daun tanaman pun akan menguning karena kekurangan nitrogen.
Proses dekomposisi akan berhenti setelah karbon dalam kotoran
ternak tinggal sedikit atau perbandingan C/N nya sudah rendah. Pada
kondisi ini, kotoran ternak telah mengalami kematianatau menurut
istilah petani sudah dingin. Kotoran ternak yang telah mengalami
kematangan inilah yang baik dijadikan pupuk tanaman. Dengan kata
lain, kotoran ternak seperti ini telah berubah menjadi pupuk kompos.

3.8. Prinsip Pengomposan


Christopher J. Starbuck, seorang ahli holtikultura dari
Universitas of Missouri menjelaskan bahwa kompos merupakan bahan
organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed)
sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled) dan memiliki aroma
seperti tanah (earthy). Kompos dibuat melalui proses biologi, yaitu
seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh organisme yang ada
dalam tanah (soil).
Dalam kondisi alami, hewan dan tumbuhan akan mati diatas
tanah. Makhluk hidup yang telah mati tersebut akan diuraikan bakteri
pembusuk, kemudian membentuk suatu material yang dapat
menghidupkan dan menyuburkan tanaman. Proses yang terjadi dalam
pembuatan kompos ini tidak jauh berbeda dengan proses pada
penguraian tersebut. Oleh karena itu, pembuatan kompos sering
dianggap sebagai seni dalam merubah kematian menjadi kehidupan.
Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan
organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak
atau bakteri inokulan berupa Effectice Microrganisme (EM4), orgadec
dan stardec). Mikroogranisme tersebut berfungsi dalam menjaga
keseimbangan karbon (C) dan Nitogen (N) yang merupakan faktor
penentu keberhasilan pembuatan kompos.
Sebelum membuat kompos, perlu mengetahui proses dasar
pembentukan kompos tersebut. Karena dalam proses pembentukan
kompos terjadi perubahan-perubahan sehingga zat-zat yang mulanya
dalam keadaan terikat akan terurai sehingga dapat diserap oleh akar
tanaman.
Di dalam timbunan bahan-bahan organik pada pembuatan
kompos, terjadi aneka perubahan hayatiyang dilakukan oleh jasad-jasad
renik yaitu:
Penguraian hidratarang, selulosa, hemiselulosa, dan lain-lain
menjadi C02 dan air.
Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.
Penguraian zat putih telur, melalui amida-amida dan asam-asam
amino, menjadi amoniak, CO2 dan air.
Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara di dalam tubuh
jasad- jasad renik, terutama Nitrogen, Fosfor dan Kalium.
Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad
tersebut mati.
Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik
menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.

Akibat perubahan tersebut, berat dan isi bahan kompos menjadi


sangat berkurang. Sebagian besar senyawa zat arang akan hilang,
menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan
mengikat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan
asal.
Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat.
Pada perubahan selanjutnya (diakhir pembuatan kompos), akan
diperoleh bahan yang berwarna merah kehitaman. Bahan dengan kondisi
semacam itu sudah siap digunakan sebagai pupuk.
Adanya perubahan-perubahan hayati jasad renik tersebut akibat
banyak hal. Diantaranya adalah terjadinya penguraian bahan-bahan
organik di dalam pembuatan kompos. Penguraian itu juga dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
Kandungan lignin, malam (wax), damar, dan senyawa sejenis
dalam bahan asal. Jika bahan asal makin banyak mengandung
zat-zat tersebut, akan makin cepat penguraiannya dan makin
banyak bagian yang menjadi kompos.
Sifat dan ukuran bahan asal. Makin halus dan kecil bahan baku
kompos maka peruraiannya akan makin cepat dan hasilnya lebih
banyak. Dengan semakin kecilnya bahan, bidang permukaan
bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin luas sehingga
proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya bila bahan
baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih
sempit sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah
sebabnya kita harus memotong-motong atau mencacah-cacah
bahan baku yang digunakan.
Kandungan Nitrogen (N) bahan asal. Makin banyak kandungan
senyawa N, bahan baku akan makin cepat terurai. Hal ini
disebabkan jasad-jasad renik pengurai bahan ini memerlukan
senyawa N untuk perkembangannya. Bisa dipahami jika dalam
pembuatan kompos diperlukan tambahan pupuk kandang atau
pupuk N buatan secukupnya.
Kadar pH pada timbunan kompos. Makin tinggi kadar pH dalam
timbunan kompos maka makin cepat teijadi peruaraian bahan.
Untuk memperoleh kadar pH tinggi, timbunan kompos perlu
ditambah dengan kapur ataau abu dapur.
Air dan udara (O2). Apabila kurang mengandung air, timbunan
bahan akan mudah bercendawan. Hal ini jelas mearugikan
karena peruraian bahan menjadi lambat dan tidak sempurna.
Namun, jika kandungan airnya berlebihan, juga tidak baik
karena keadaan menjadi anaerob. Keadaan seperti ini tidak
menguntungkan bagi kehidupan jasad renik pengurai. Jadi
kelembaban timbunan bahan kompos harus dijaga agar
seimbang, tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering.
Variasi bahan. Makin bervariasi bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan kompos, maka peruraiannya relatif lebih cepat
dibandingkan bahan baku yang sejenis
Suhu. Timbunan bahan kompos akan lebih cepat mengalami
peruaraian bila suhunya tepat. Suhu ideal untuk proses
pengomposan adalah 30-45C.

3.9. Pedoman dalam Membuat Kompos


Persenyawaan zat arang (C) yang mudah diubah harus secepat
mungkin diubah secara sempurna. Untuk itu diperlukan banyak
udara dalam timbunan bahan kompos. Proses tersebut bisa
dipercepat dalam campuran kapur dan fosfat dan atau dengan
campuran zat lemas secukupnya. Zat lemas yang digunakan
yaitu yang mempunyai perbandingan C/N kecil, misalnya
sampah dedaunan, sampah dapur ampas kopi (termasuk
filtemya) ampas teh, sampah buah, kotoran kuda dan kotoran
sapi.
Persenyawaan zat lemas sebagian besar harus diubah menjadi
persenyawaan amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur di
tubuh bakteri. Unatuk ini diperlukan perbandingan C/N yang
baik. Jika perbandingan C/N besar, maka persenyawaan zat
lemak organik di dalam bahan baku itu amat sedikit sehingga
tidak akan terjadi pembebasan amoniak. Hanyut atau aliran zat
lemas juga mengalami hambatan sehingga amat perlahan-lahan
baru bisa tersedia untuk tanaman.
Jika perbandingan C/N-nya kecil, maka akan banyak amoniak
dibebaskan oleh bakteri. Di sini, NH3 di dalam tanah segera
diubah menjadi nitrat yang mudah diserap oleh tanaman.
Pengomposan disebut baik jika zat lemas yang hilang tidak
terlalu banyak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang disebut
denitrifikasi dan pembasuhan nitrat. Daeangan cara ini,
kemungkinan hilang atau menguapnya zat lemas sebagai gas
NH3 atau gas N bisa dicegah atau dikurangi.
Sisa-sisa pupuk sebagai bunga tanah harus diusahakan sebanyak
mungkin. Ini mengingat kompleks putih telur dan lignin
merupakan hasil akhir pembuatan kompos yang sangat penting.
Agar kadar bunga tanah bertambah, diperlukan bahan baku
kompos yang banyak mengandung lignin, misalnya jerami yang
berkadar 16-18%.
Pengomposan disebut baik jika persenyawaan Kalium dan
Fosfor berubah menjadi zat yang mudah diserap tanaman.
Dalam proses pengomposan, sebagian besar Kalium dalam
bentk yang mudah larut sehingga sekitar 90-100% Kalium itu
mudah diserap tanaman.

3.10. Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan


Kompos
Kecepatan atau keberhasilan dalam pembuatan kompos dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
a. Bahan baku. Kompos menjadi penting sebab memanfaatkan
kekayaan alam yang semula terbuang. Alam telah menyediakan
bahan bakunya secara berlimpah. Kita dapat memanfaatkan
sisa-
sisa tanaman yang terbuang, jerami, dan sampah hijau sebagai
pupuk, sesudah dijadikan kompos. Meski hampir semua bahan
organik bisa dimanfaatkan, tetapi beberapa diantaranya tidak boleh
digunakan dalam pembuatan kompos sebab bisa menimbulkan bau
busuk dan mengundang bibit penyakit pes. Berikut ini beberapa
contoh bahan yang harus dihindari:
daging, tulang, dan duri-duri ikan
produk-produk yang berasal dari susu
sisa-sisa makanan berlemak, misalnya sampah salah
rumput liar dengan biji yang matang.
Kotoran hewan piaraan misalnya anjing dan kucing
Kuit-kulit keras
Arang, abu arang, abu rokok
Potongan tanaman atau rerumputan yang telah tercemari barang-
barang kimia atau terkena hama.
b. Suhu. Menjaga kestabilan suhu pada suhu ideal 40-50C amat
penting dalam pembuatan kompos. Salah satu caranya dengan
menimbun bahan sampai ketinggian tertentu, idealnya 1,25-2 m.
Timbunan yang terlalu pendek atau rendah akan menyebabkan
panas mudah /cepat menguap.
c. Nitrogen. Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri
penghancur untuk tumbuh dan berkembang biak. Timbunan
bahan kompos yang kandungan nitrogennya terlalu sedikit
(rendah) tidak menghasilkan panas sehingga pembusukan
bahan-bahan menjadi amat terhambat. Oleh karenanya, semua
bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian
yang keras, dan tanaman menjalar, harus dicampur dengan
bahan-bahan yang berair. Pangkasan daun dari kebun dan
sampah-sampah lunak dari dapur tepat digunakan sebagai bahan
pencampur.
d. Kelembaban. Kelembaban di dalam timbunan kompos mutlak
harus dijaga. Kelembaban yang tinggi (bahan dalam keadaan
becek) akan mengakibatkan volume udara menjadi berkurang.
Makin basah timbunan bahan maka kegiatan mengaduk harus
makin sering dilakukan. Dengan demikian, volume udara terjaga
stabilitasnya dan pembiakan bakteri anaerobik bisa dicegah.
Sampah-sampah hijau umumnya tidak membutuhkan air sama
sekali pada awal pembuatan kompos.
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah
substansi organik. Bahan tersebut dapat berupa dedaunan, potongan-
potongan rumput, sampah sisa sayuran dan bahan lain yang berasal dari
makhluk hidup (kotoran ternak). Kemudian bahan tersebut harus
memiliki rasio karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar
berlangsung pengomposan secara sempurna. Organisme yang bertugas
dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N)
dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam porses pengomposan
perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen agar
berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut
salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen
akan bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material
organik.
Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepas
kembali sebagai salah satu komponen yang terkandung dalam kompos.
Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna kembali substansi
organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja.
Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi akan
tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai
kation seperti sodium, amonium, kalsium dan magnesium. Dalam tahap
ini kompos sudah bisa digunakan sebagai pupuk pada tanaman jagung,
labu, ketela, melon dan kubis.
Pada fase terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen
menjadi nitrat (nitrates) yang dibutuhkan akan tanaman dan tumbuhan
bertunas seperti rebung dan tauge. Keberhasilan dalam pembuatan
kompos sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam proses
pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap kelembaban,
aerasi (tata udara), temperatur dan derajat keasaman (pH). Kelembaban
antara 50 - 60% merupakan angka yang cukup optimal pada pembuatan
kompos. Pengomposan secara aerob membutuhkan udara, sehingga
perlu dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta
pergerakan udara. Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan,
namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu
kamar pada tahap akhir.
3.11. Beberapa Cara atau Langkah-langkah dalam
Pembuatan Pupuk Kompos yang Disesuaikan dengan
Ketersedian Bahan Bakunya
3.11.1. Pembuatan Pupuk Kompos dari Kotoran Sapi
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan
usaha peternakan khususnya ternak sapi adalah lingkungan hidup
utamanya dalam hal pengelolaan limbah. Limbah kandang terutama
fases dan urine merupakan masalah yang paling penting karena
merupakan sumber pencemaran lingkungan yang paling dominan diareal
peternakan sapi. Dalam upaya sanitasi kandang, sistem pembangunan
kandang ternak memerlukan konstruksi khusus supaya kotoran ternak
tersebut dapat dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan dalam
bentuk pupuk organik agar tercipta lingkungan yang sehat.
Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi 80 - 83%, serbuk
gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) 5%, bahan pemacu mikrorganisme
(stardec) 0,25%, abu sekam 10% dan kalsit/kapur 2% dan juga boleh
menggunakan bahan-bahan yang asal kotoran sapi minimal 40%, serta
kotoran ayam 25%.
Tempat pembuatan kompos adalah sebidang tempat yang
beralaskan tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1,2,3 dan 4) sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar
pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung.
Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine)
diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk
mendapatkan kadar air mencapai kira-kira 60%, kemudian kotoran sapi
yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi pertama tempat
pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis
seperti sekam, jerami padi dll serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai
dosis, selanjutnya bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu
minggu lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara
diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan
meningkatkan homogenitas bahan.
Sedangkan lokasi pertama bisa dipakai untuk pembuatan pupuk
kompos tahap berikutnya. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan
suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan
biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.
Selanjutnya setelah 1 minggu berikutnya tumpukan dipindahkan lagi ke
lokasi ke 3 dan dibiarkan selama 1 minggu untuk selanjutnya
dipindahkan ke lokasi ke 4 sambil diayak/disaring untuk dikemas dan
dipasarkan.
3.11.2. Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah (fases)
Sapi dengan Menggunakan EM-4 dan Stardec
Stardec bukannya kompos, melainkan pemacu atau starter
mikroba pengompos sampah, khususnya kotoran ternak. Stardec ini
diproduksi dari isolasi mikroba rumen (lambung pencernaan pertama
sapi), usus besar dan tanah hutan yang diperkaya dengan rhizosphere
dalam serta akar rumput Graminae. Stardec ini dapat digunakan untuk
mempercepat pengomposan. Proses pengomposan yang biasa
berlangsung 3-4 bulan dapat dipercepat menjadi 5 minggu. Bahan utama
dalam pembuatan kompos itu biasanya berupa kotoran ternak. Adapun
bahan-bahan yang digunakan yaitu kotoran ternak 100%, stardec 0,25%,
urea 0,25%, SP-36 0,25%, serbuk gergaji 10%, abu 10% dan kalsit 2%.

Ada tiga tahap dalam pembuatan kompos ini:


1) Tahap 1. Bahan kotoran ternak disiapkan dengan kelembaban
sekitar 60%. Bila terlalu becek atau kelembabannya lebih dari
60% maka kotoran ternak didiamkan beberapa waktu hingga
mencapai kelembaban yang diinginkan. Namun bila kotoran
ternak terlalu kering maka perlu disiram air agar kelembabannya
naik. Setelah kelembaban mencapai 60% kotoran ternak
ditambah dengan serbuk gergaji, stardec, urea dan SP-36, lalu
dicampur hingga rata. Diamkan bahan ini selama 1 minggu.
2) Tahap 2. Bahan di tahap 1 dibalik dengan cara dipindahkan ke
bak yang lain. Pada saat pembalikan ini, dilakukan juga
penambahan abu dan kalsit. Proses yang berlangsung sekitar 3
minggu ini perlu dijaga kelembaban dan suhunya dengan cara
pembalikan.
3) Tahap 3. Pada tahap yang terakhir ini, bahan kompos akan
mengalami penstabilan, yaitu suhu mulai turun ke suhu normal
dan bahan sudah berbentuk remah. Kondisi ini menandakan
bahwa bahan kompos telah menjadi kompos sehingga sudah
dapat digunakan untuk pupuk. Apabila kompos yang dibuat
dalam jumlah
29
banyak maka perlu dlakukan penyaringan dan
pengemasan sehingga dapat disimpan.

3.11.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dengan


Menggunakan
aktivator Buatan

a. Pembuatan Aktivator Kompos


Pembuatan aktivator kompos bisa dilakukan oleh
petani apabila aktivator buatan pabrik susah didapatkan.
Aktivator kompos ini relatif mudah karena bahan dasarnya
tesedia di desa dan caranya sangat mudah. Ada beberapa hal
yangperlu diperhatikan dalam pembuatan aktivator kompos
yaitu : (i) emua peralatan yang digunakan dalam keadaan
bersih, (ii) pemakaian bahan sesuai denan takaran, (iii) proses
fermentasi akan berlangsung selama seminggu,(iv) sebelum
dimanfaatkan aktivator harus disimpan ditempat teduh,
jangan terkena sinar matahari langsung.
Bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan
aktivator kompos yaitu 1 liter suspensi mikroba, 1,5 kg gula
pasir atau gula merah, 10 liter air cucian beras atau air
rendaman 1 kg dedak dalam 10 liter air, 20 buah botol bekas
sirup, kertas penutup , 20 karet gelang, panci perebus dan
kompor.
Cara Pembuatan aktivator kompos yaitu air cucian
beras dan gula dilarutkan dandirebur sampaimendidih,
masukkan selagi panas kedalam botol sebanyak 500 ml, tutup
dengan kertas dan diikat dengan karet gelang, dinginkan
selama 2 -3 jam, masukkan 5 ml suspensi mikroba, fermentasi
atau diamkan selama 1 minggu, siap untuk digunakan.
Catatan : aktivator kompos dapat disimpan dalam suhu
kamar selama 3 - 6 bulan sebelum dipergunakan.

b. Proses Pembuatan Kompos


Kumpulkan kotoran sapi sebanyak yang dibutuhkan
dan ditimbun ditempat pembuatan kompos yang diberi
naungan. Kotoran diratakan setinggi 50 cm. Siapkan larutan
aktivator kompos dengan melarutan 1 botol aktivator kompos
kedalam 20 liter air dan langsung disimprotkan kekotoran
ternak yang akan dibuat kompos tersebut. Setelah itu timbun
lagi kotoran ternak setinggi 50 cm lalu disimprot lagi dengan
aktivator kompos. Ulangi pekeijaan tersebut sampai bahan
kotoran habis. Setelah pekerjaan itu selesai biarkan tumpukan tersebut
selama 1 minggu untuk dilakukan pembalikan. Usahakan kelambaban
sekitar 70% dan kadar air sekitar 60%, kalau terlalu kering maka
dilakukan penyiraman degan air. Pembalikan dilakukan sekali 1 minggu
dan proses pengomposan berlangsung selama 21 hari. Setelah proses
pengomposan selesai maka dilakukan pengayakan terhadap kompos dan
selanjutnya siap untuk digunakan.

3.11.4. Pembuatan Pupuk Kompos dengan Aktivator


Probion
Cara pembuatan pupuk kompos dengan bahan dasar kotoran
sapi dan aktivator probion adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan bangunan tempat pupuk kompos. Ukuran bangunan
4 x 10 m atau sesuai dengan kebutuhan, dapat dibuat dari bambu
atau kayu dengan dasar bangunan dari bahan semen dan atap
terdbuat dari genteng atau bahan lainnya yang tersedia di lokasi.
b. Cara pembuatan pupuk kompos yaitu : Lantai kandang ternak
sapi yang dipelihara secara kereman ditaburi dengan serbuk
gergaji sebagai alas kandang. Kotoran ternak dan urine dibiarkan
didalam kandang selama periode tertentu (4 Minggu).
Selanjutnya kotoran dipindahkan ketempat pembuatan pupuk
kompos.
c. Kotoran yang telah berada ditempat pembuatan pupuk kompos
diberi 2,5 kg probion, 2,5 kg Urea dan 2,5 kg TSP untuk 1 ton
kotoran sapi dan langsung dicampurkan dengan menggunakan
cangkul atau sekop. Campuran bahan tersebut ditumpuk dengan
ketinggian lebih kurang 1 meter. Campuran tersebut dibalik
setiap minggu hingga mencapai 3 - 4 minggu, dan selanjutnya
pupuk sudah jadi. Untuk mendapatkan pupuk kompos yang
sama dan bersih dari sampah, pupuk harus diayak atau disaring
dan dimasukkan kedalam karung dan siap digunakan.

3.11.5. Pembuatan Kompos dengan Cacing Tanah


(Vermicomposting)
Cacing tanah mengandung protein lebih dari 70%. Manfaat
cacing tanah cukup banyak, diantaranya untuk bahan pakan (ikan dan
ternak lainnya), bahan obat-obatan (antipirin, antipiretik, antidote, dan
vitamin), bahan kosmetik serta bahan makanan manusia.
Cacing Tanah juga bisa dimanfaatkan untuk membantu proses
pengomposan. Jenis cacing yang sering digunakan adalah Lumbricus
territis, Lumbricus rubellus, Pheretima deefinger dan Eisenia foetida. Cara
membuat kompos dengan bantuan cacing ini disebut vermicomposting.
Cacing tanah akan mengurai bahan-bahan kompos yang sebelumnya
sudah didekomposisikan oleh mikrorganisme. Hasil dari
vermicomposting disebut dengan vermikompos (kasting). Vermkompos
mengandung nitrogen, fosfor, mineral, hormon auksin, giberelin dan
sitokimin, serta beberapa enzim protease, lipase, selulase san kitinase
yang cukup tinggi. Dalam pengomposan, cacing tanah bisa memakan
bahan-bahan organik sebanyak dua kali berat tubuhnya dalam waktu 24
jam, membantu aerasi dan mengaduk bahan melalui pergerakannya.
Cara membuat kompos dengan bantuan cacing tanah.
a. Siapkan media tumbuh cacing berupa bahan organik, jerami,
rumput, batang pisang, kotoran ternak dan kapur tembok.
b. Jerami, rumput tau batang pisang dicacah menjadi ukuran yang
kecil, semakin kecil semakin baik, lalu direndam selama satu
malam. Perendaman bertujuan agar bahan baku kompos menjadi
lebih lunak dan untuk menghilangkan sisa pestisida.
c. Campurkan bahan organik tadi dengan jerami atau batang
pisang, lalu fermentasi (diamkan) selama 1 - 2 minggu. Setelah
itu, campurkan dengan kotoran ternak (75%) dan kapur tembok
sedikit (untuk mengontrol pH), aduk-aduk hingga semua bahan
tercampur merata.
d. Masukkan media yang telah difermentasikan ke dalam parit, lalu
dibiarkan hingga suhnya mulai turun atau dibiarkan sekitar 14
hari.
e. Setelah dingin, masukkan acing tanah dengan padat penebaran
11 - 14 gram/kg media.
f. Pelihara cacing dengan memberikan makan berupa kotoran
ternak. Sebarkan kotoran ternak ini dibagian permukaan media
setebal 2 cm dengan frekuensi 3 hari sekali. Kotoran ternak
berfingsi juga sebagai media.
g. Jika media terlalu kering, lakukan penyiraman hingga media
lembab sekali.
h. Lakukan pemanenan jika dalam media sudah tampak butiran
kotoran cacing atau media sudah lebih halus dan warnanya lebih
gelap. Panen dilakukan dengan cara memisahkan cacing tanah
dengan media. Kasting yang dihasilkan siap digunakan
sebagai pupuk organik.

3.11.6. Kompos yang Dihasilkan dari Sisa Pembuatan


Biogas (Sludge)
Selain melalui teknik pembuatan seperti yang terla
diuraikan diatas, kompos juga bisa dihasilkan dari sisa
pembuatan biogas. Pembuatan biogas akan menghasilkan gas
(produk utamanya) dan lumpur bahan organik (produk
sampingan). Lumpur ini terdiri dari dua bagian yaitu padatan
dan cairan. Bagian yang padat dijadikan kompos setelah
dikeringanginkan beberapa hari, sedangkan bagian ang cair
dijadikan pupuk organik cair.
Teknik Pemisahan Lumpur Sisa Pembuatan Biogas
(sludge) menjadi Kompos.
a. Ambil bagian padatan yang ada dibagian atas tempat
pengeluaran lalu keringanginkan selama 7 hari.
b. Ambil juga bagian bawahnya, lalu saring
menggunakan saringan yang halus. Cairan yang keluar
ditampung dalam drum plastik yang selanjutnya akan
diolah lagi hingga menjadi pupuk organik cair.
c. Padatan yang tertinggal di saringan disatukan dengan
bagian padatan, lalu dikeringanginkan.
d. Bagian padatan yang kering sudah menjadi kompos
dan siap digunakan.

3.12. Pupuk Organik Cair dan Cara Pembuatannya


Pupuk organik air adalah pupuk yang kandungan
bahan kimianya maksimum 5%. Karena itu, kandungan NPK
pupuk organik car relatif rendah. Pupuk organik cair
memiliki beberapa keuntungan yaitu : pupuk tersebut
mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang
terdapat dalam pupuk oganik padat. Dalam bentuk kering,
beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bisa aktif. Jika
dicampur dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair
dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk
organik padat. Semua urine ternak bisa digunakan sebagai
cair. Berikut ini kandungan hara makro beberapa kotoran
padat dan cair ternak.
Tabel 1. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair beberapa Jenis
Ternak.

Jenis Jenis Kandungan Hara Makro (%)


Ternak Kotora Nitroge Kaliau Kalsiu
n Fosfor
n m m
Kuda Padat 0,56 0.13 0,23 0,12
Cair 1,24 0,004 1,26 0,32
Kerbau Padat 0,26 0,08 0,14 0,33
Cair 0,62 - 1,34 -
Domba Padat 0,65 0,22 0,14 0,33
Cair 1,43 0,01 0,55 0,11
sapi Padat 0,33 0,11 0,13 0,26
Cair 0,52 0,01 0,56 0,007

Dari tabel diatas, kelihatan bahwa kandungan nitrogen


dan kalium dalam kotoran cair umumnya lebih besar
dibandingkan dengan kandungannya dalam kotoran padat.
Sementara itu, kandungan fosfor dan kalsium dalam kotoran
padat lebih besar dibandingkan dengan kandungannya dalam
kotoran cair.
Mengumpulkan kotoran cair ternak haras dilakukan
dengan baik agar pengaplikasiannya mudah. Pengumpulan
dan penggunaan pupuk kandang cair dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut. Dasar kandang dan tempat memandikan
ternak haras terbuat dari semen agar cairan urine atau bekas
memandikan tidak terbuang. Cairan ini akan ditampung di
dalam bak penampungan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan jumlah ternak yang dipelihara. Bak penampungan harus
terlindung dari sinar matahari dan air hujan.
3.12.1. Pembuatan Pupuk Cair Urine Sapi (bio urine)
Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat Bio
Urine yaitu : aerator 1 buah, wadah 1 buah, urine sapi
sebanyak 100 liter, 5 liter air cucian beras, 0,5 kg terasi
Cara pembuatan Bio Urine
Urine sapi sebanyak 100 liter ditambah dengan 5 liter
air cucian beras ditambah dengan 0,5 kg terasi. Bahan-bahan
tersebut diaduk menggunakan aerator selama 3 minggu..
Bahan yang telah diaduk tersebut lalu disaring dan
diendapkan. Bagian atas yang jernih dapat diambil dan
disimpan kedalam wadah. Untuk penyemprotan ke tanaman,
sebanyak 1 liter bio urine ditambah dengan 10 liter air bersih,
lalu siap disemprotkan ke tanaman/sayuran. (cara memperbanyak
bio urine selanjutnya ; 25% bio urine ditambah dengan 75% urine sapi, lalu
diaduk dengan aerator selama 3 minggu seperti pembuatan sebelumnya).

3.12.2. Pembuatan Pupuk Cair Fases Sapi


Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
Pupuk cair feses sapi adalah : wadah/tempat untuk
pembuatan pupuk, feses sapi, dedak padi, molases.

Cara pembuatannya
Fases sapi sebanyak 30% ditambah dedak padi
sebanyak 10%, ditambah dengan 1 kg molases lalu diaduk
sampai rata. Selanjutnya tambahkan air hingga konsentrasi
menjadi 100 liter. Agar perkembangannya merata, setiap hari
diaduk sebanyak 4 - 5 kali secara perlahan-lahan lalu ditutup.
Setelah 3 minggu adukan disaring dan bagian atas yang jernih
dapat diambil dan disimpan kedalam wadah. Untuk
penyemprotan pada tanaman, sebanyak 1 liter bahan
ditambah dengan 10 liter air bersih, telah siap disemprotkan
ke tanaman.

3.12.3. Mengolah Bagian Cair Sludge menjadi Pupuk


Organik Cair
a. Cairan sludge yang ditampung dalam drum plastik
ditingkatkan mutunya dengan menambahkan tepun
tulang, tepung kerabang telur atau tepung darah, lalu
biarkan selama 1 minggu.
b. Setetal itu, saring kembali menggunakan kain yang
halus, lalu tampung dalam drum plastik yang lain dan
pasang aerator untuk membuang gas-gas yang tersisa.
Biarkan selama 3 - 4 hari.
c. Lepaskan aerator, biarkan cairan tadi selama 2 hari
agar partikel- partikel mengendap dan air menjadi
bening. Cairan ini sudah menjadi pupuk organik cair.
d. Masukkan pupuk organik cair tadi ke dalam botol
kemasan dan siap digunakan atau dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Laporan Bulanan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Bengkulu. 2006.
Damiri. A, dkk. Laporan Akhir Tahun 2008 PRIMATANI Kabupaten Rejang
Lebong. 2008
Parnata. Ayub S. Mengenal Lebih Dekat Pupuk Organik Cair Aplikasi dan
Manfaatnya. AgroMedia Pustaka, Jakarta. 2004
Sahidu. S, . Kotoran Ternak Sebagai Sumber Energi. Dewaruci Press,
Jakarta.1983.
Setiawan. A Iwan. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
2004
Simammora. Suhut, Salundik. Meningkatkan Kualitas Kompos. AgroMedia
Pustaka, Jakarta. 2008
Sutanto. R. 2006. Penerapan Pertanian Organik Pemasaran &
Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Wahyuni,S, Biogas : Penebbar Swadaya, 2008

Anda mungkin juga menyukai