Anda di halaman 1dari 9

ENDAPAN NIKEL LATERIT

I. Endapan Nikel

A. Pendahuluan

Nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya yang
begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran dalam
pembuatan stainless steel, baterai nickel-metal hybride, dan berbagai jenis barang lainnya.
Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi
di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata mengalami kenaikan
4% tiap tahun, dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan
(Dalvi et al,2004).

B. Pembentukan Laterit

Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang kuat pada
daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung kalolinit sebagai oksida
dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit penting secara ekonomi karena mengandung logam
alumunium (bauksit). Berikut merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil
laterit.
C. Nikel Laterit

Nikel laterit berasal dari batuan ultramafik yang mengandung olivin dan ortopiroksen
dengan berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Nikel laterit mengandung konsentrasi
nikel silikat atau nikel oksida yang mencapai 10 kali lipat dari konsentrasi aslinya.
Penambangan laterit nikel jauh lebih mudah daripada penambangan bijih sulfida magmatik.
Bijih nikel berhubungan dengan eluviasi nikel dari residu pada lapisan laterit teratas dan
konsentrasi di dasar illuvium saprolit sebagai talk nikeliferous, serpentin, atau smektit, dan
bersamaan dengan geotit meskipun jarang. Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber
nikel utama merupakan penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian
kompleks ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena proses
hidrasi dari silika, serpentinit, dan limonit. Pada tanah laterit, keasaman air tanah semakin
berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dan bikarbonat bertindak sebagai anion
utama dalam proses pelarutan ini. Olivin bereaksi pada kondisi ini, diikuti dengan
ortopiroksen, serpentin, klorit, dan talk. Berikut ini merupakan contoh reaksi pada olivin.

4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+olivin smektit


goetit

Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh Mg 2+. Hasilnya
adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel seperti kerolit (Ni-talk), nepouit (Ni-
serpentin), dan pimelit (Ni-smektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah
sebagai berikut :

Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq)serpentin nepouit

Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun mekanismenya belum
diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid goetit terjadi pada alam karena pH
yang agak basa. Zona limonit yang ada pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya
tidak mengandung nikel. Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi
pada batuan dasar yang mengalami sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari interaksi air
antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol oleh keadaan topografi dan cenderung terjadi
dibawah perbukitan atau pinggiran plato atau teras. Hal ini dikarenakan deposit sensitif untuk
mengalami erosi permukaan dan fluktuasi muka air dikontrol oleh distribusi zona eluviasi dan
iluviasi.

Genesa nikel laterite yang terbentuk pada batuan ultrabasa mengandung Fe di olivine
yang tinggi dan nikel berkadar antara 0.2% 0.4% wt. Secara mineralogi nikel laterite dapat
dibagi kedalam tiga kategori (Brand etall,1998)

1. Hydrous Silicate Deposits


Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizon pada lapisan saprolite
(Mg-Ni silicate), grade Nikel antara 1.8% 2.5%. Pada zona ini berkembang box-
works, veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan dapat terbentuk
mineral.

2. Clay Silicate Deposits


Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut oleh melalui groundwater. Si yang
tersisa akan bergabung dengan Fe, Ni, dan Al untuk membentuk mineral lempung
(clay minerals) seperti Ni-rich Notronite pada bagian tengah profil saprolite (see
profile). Ni-rich serpentine juga dapat di replace oleh smectite atau kuarsa jika profile
deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan groundwater. Ni grade pada
endapan ini lebih rendah dari Hydrosilicate deposit (1.2%;Brand et all,1998).

3. Oxide Deposits
Type terakhir adalah Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis
harzburgitic peridotites (mostly mineral olivine,serpentine, piroksen), sangat rentan
terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Diatasnya terbentuk saprolite dan
mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete (dipermukaan) (see profile).
Pada tipe deposit oxide ini, Nikel berasosiasi dengan Goethite dan Mn Oxide. Sebagai
tambahan, Nikel laterite sangat jarang atau tidak sama sekali terbentuk pada batuan
carbonate mengandung mineral talc.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

a. Batuan asal.

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit,
macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa
tersebut:

1. Terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya.


2. Mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin
dan piroksin
3. Mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan
pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim.

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan
penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan
akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan
mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa


yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO 2
memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini
erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:

1. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-
pohonan
2. Akumulasi air hujan akan lebih banyak
3. Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan
kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
pelapukan terhadap erosi mekanis.
d. Struktur.

Struktur yang sangat dominan kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya
merupakan salah satu faktor, karena diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya
rekahan rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.

e. Topografi.

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen
lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-
rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah
yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan
pelapukan kurang intensif.

f. Waktu.

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 6 zona gradasi sebagai berikut :

1. Iron Capping merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik
lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya
sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah
penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa
goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar
nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite layer merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan
lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan,
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan
beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-
mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil
dari pelapukan yang belum tuntas.
3. Fine grained: merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang
karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese
oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz,
gibsite, maghemite.
4. Silika Boxwork: putih - orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan
sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite epimelite di dalam boxwork mungkin berasal
dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.
5. Saprolite layer ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat
sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras
dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO 2
dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan,
butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous
quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu
zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang
mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di
lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang
nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
6. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya
telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas
batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika.
Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high
grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

D. Tektonik Setting

Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic,


terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini telah mengalami fault dan joint sebagai efek dari
tectonic uplift yang dapat memicu intensitas pelapukan dan perubahan pada water table level.
Deposit nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton yang tergolong stabil berasosiasi
dengan layer mafic complexes and komatiite (Butt,1975). Semakin banyak zona shear dan
normal fault, semakin tinggi pula tingkat enrichment proses untuk menghasilkan grade nikel
yang tinggi. Sebaliknya, zona thrust fault berasosiasi dengan emplacement kompleks
ophiolite dan bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-
carbonates-altered ultramafic rocks. Komposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya
nikel pada endapan residu (regolith/lapukan).

E. Kondisi Topografi dan Morfologi

Faktor tektonik dan waktu sangat penting dalam endapan nikel laterit karena
kaitannya dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite
berada di topografi bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water
table pada zona ini dangkal, apalagi ditambah dengan adanya zona patahan, shear dan joint,
akan mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan
terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat
dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia.
Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses
pelarutan unsur unsur dari batuan induk.
F. Iklim

Tempattempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan


untuk terjadinya endapan nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi, temperatur yang
hangat ditambah dengan aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan kimia,
dimana nikel laterite bisa mudah terbentuk.

G. Sifat-sifat Nikel

1. Putih mengkilat
2. Sangat keras
3. Tidak berkarat
4. Tahan terhadap asam encer

Bijih Nikel Yang Utama adalah Nikel Sulfida

Nikel-nikel yang diekspor dalam bentuk 3 macam yaitu bijih, nikel kasar, dan
ferronikel. Daerah penambangan nikel ada di Koala, Soroako, Maluku Utara.

Cara penambangan nikel melalui berbagai cara, antara lain:

1. Penebangan pohon dan semak


2. Pengupasan tanah permukaan
3. Penggalian dengan sistem tangga (benching system) yaitu dimulai dari bawah ke atas
mengikuti garis konturdengan alat gali power shovel atau dozer shovel

Genesa Endapan Nikel Akibat Replacement

Unsur logam Ni dan Co sebagai penyusun utama magma basa hadir dalam Kristal
olivine dan enstatite karena adanya kesamaan jari-jari ion (Ni= 0,78 A dan Co = 0,82 A)
dengan jari-jari mg dan Fe sehingga Ni dan Co dapat bertukar (proses replacement) dengan
Mg dan Fe pada jaringan mineral asli. Ni dan Co menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
batuan peridotit, dimana dalam keadaan segar mengandung Ni sebesar 0,1% sampai 0,3 %
( Prijono, 1977).
DAFTAR PUSTAKA

Bateman, A.M., 1950, Economic Mineral Deposits, John Wiley & Sons, Inc.,New York,
Tokyo.
Darijanto, Totok. 1982. Genesa Mineral. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press
Darijanto, Totok. 1998. Genesa Mineral. Program Studi Rekayasa Pertambangan. Institut
Teknologi Bandung.
Kaharuddin, 1988. Diktat Kuliah ; Field Geology Identifikasi dan Analisis Singkapan.
Kaharuddin. 1988. Field Geology; Identifikasi dan Analisis Singkapan. Ujung Pandang.
Noer Azis M, dkk. Catatan Kuliah ; Geologi Fisik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Press.
Sudradjat, D. 1982. Geologi Ekonom. Laboratorium Geologi Ekonomi. Institut Teknologi
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai