Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Analisis dan Simulasi Konversi Energi Angin


Menjadi Energi Listrik Menggunakan Metode
Feedback Linearization Control
Isti Rizkiani, Subchan, dan Kamiran
Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: subchan@matematika.its.ac.id, kamiran@matematika.its.ac.id

AbstrakEnergi angin merupakan salah satu energi alternatif dengan menggunakan permanent magnet synchronous generator
selain dari minyak bumi dan batu bara. Generator merupakan (PMSG), energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
salah satu komponen terpenting sistem konversi energi angin Turbin yang dapat menghasilkan energi dari energi angin
karena dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Pada secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis turbin
Tugas Akhir ini, model dari permanent magnet synchronous
angin, yaitu turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin
generator (PMSG) adalah model non linear sehingga untuk
sumbu vertikal. Jenis turbin angin yang digunakan dalam Tugas
memudahkan analisis dilakukan transformasi dari sistem non linear
ke sistem linear dengan menggunakan metode feedback Akhir ini adalah turbin angin Propeler yang merupakan jenis
linearization control. Langkah pertama yang dilakukan adalah turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-baling
menganalisis model PMSG dengan menurunkan model matematis pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin dengan sumbu
sistem fisis. Selanjutnya, setelah dilakukan linearisasi, diperoleh horizontal mempunyai baling-baling yang berputar dalam bidang
nilai k1 , k 2 , dan k 3 yang memenuhi dengan menggunakan kriteria vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang [3].
kestabilan Routh Hurwitz. Kemudian nilai k1 , k 2 , dan k 3 yang
Sistem konversi energi angin merupakan sistem non linear.
Sehingga dalam Tugas Akhir ini akan digunakan metode
memenuhi disimulasi dengan menggunakan software Matlab untuk
feedback linearization control untuk mengatasi ketidaklinearan
dianalisis kestabilan sistem dan error kecepatan generator. Selain
itu, dengan parameter kecepatan angin yang berkisar antara
tersebut melalui perubahan variabel dan input kendali yang sesuai
3m / s sampai 7 m / s dan kecepatan rotor yang berkisar antara sehingga dapat diketahui daya maksimal dan dapat diterapkan
pada pembangkit listrik tenaga angin hybrid. Kemudian hasil dari
5rad / s sampai 30rad / s disimulasi untuk menentukan daya yang
analisis konversi energi angin menjadi energi listrik disimulasi
dihasilkan dari sistem konversi energi angin.
dengan menggunakan software Matlab.
Kata Kuncifeedback linearization control, kriteria kestabilan
Routh Hurwitz, sistem konversi energi angin. II. MODEL SKEA
Dalam Tugas Akhir ini, digunakan jenis generator PMSG
I. PENDAHULUAN sehingga putaran turbin memiliki putaran yang relatif lebih
rad 60
S aat ini energi menjadi masalah penting karena fakta
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan konsumsi
energi yang sangat signifikan. Namun peningkatan konsumsi
rendah dengan konversi bahwa 1
s
=
2
rpm .

Diberikan model non linear PMSG berdasarkan sistem


energi tersebut tidak diseimbangi dengan persediaannya yang konversi energi angin [4] seperti berikut:
semakin langka dan terbatas [1]. id
x = iq
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang
lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan
tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu akibat pemanasan h
atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak, 1
angin memiliki energi kinetik. Untuk dapat memanfaatkan energi ( Rx1 + p( Lq + Ls ) x2 x3 )
Ld + L s
angin, maka energi angin harus dikonversikan terlebih dahulu ke
dalam bentuk energi lain yang sesuai dengan kebutuhan dengan f ( x) = 1
( Rx2 p ( Ld + Ls ) x1 x3 + p m x3
Lq + Ls
menggunakan turbin angin. Oleh karena itu, turbin angin sering
disebut sistem konversi energi angin (SKEA) [2]. Untuk 1
(d1v 2 + d 2 vx3 + d 3 x32 p m x2 )
menghasilkan energi listrik dari energi angin, maka energi angin J
yang diperoleh dari angin mula-mula diubah menjadi energi
mekanik oleh kincir angin dalam bentuk putaran poros dan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

1 y = h(x)
L + L x1
d s y = L f h(x)

g ( x) =
1
x2
Lq + Ls y = L2f h( x)

0
y ( n 1) = Lnf 1h( x)
u = Rs
y = h ( x ) = x3 = h y ( n ) = L fn h( x) + Lg Lnf 1h( x)u
(1) Transformasi variabel yang didefinisikan oleh z = (x) [5]
dengan: mengakibatkan sistem menjadi bentuk normal dan secara umum
id , iq adalah arus listrik (d , q ) ( A) , Ld , Lq adalah induktansi ditulis:
(d , q ) (H ) , h adalah kecepatan rotasi generator (rad / s ) , 1 ( x) y h( x)
2 ( x) y L f h( x)
Ls adalah induktansi stator (H ) , R adalah hambatan ( ) ,
z = 3 ( x) = y = L2f h( x)
Rs adalah hambatan stator ( ) , p adalah banyak pasangan

kutub, m adalah fluks yang konstan karena magnet permanen, ( n 1) n 1
n ( x) y L f h( x)
J adalah inersia (kgm 2 ) , dan v adalah kecepatan angin (m / s ) .
zi = i ( x) = Lif1h( x), i = 1,2, , n
Transformasi ini mengakibatkan sistem non linear (2) dan (3)
III. FEEDBACK LINEARIZATION CONTROL
menjadi sistem linear dan terkontrol:
Metode feedback linearization control dapat diterapkan ke
sistem non linear dalam bentuk: z1 = z 2
x = f ( x) + g ( x)u (2) z 2 = z 3
y = h(x) (3)
dengan x n adalah vektor keadaan, u adalah input, dan z n 1 = z n
y adalah output. z n = u v
Untuk memahami sistem (2) dan (3), digunakan turunan Lie y = z1
dengan menggunakan aturan rantai.
Definisi 1 [4]: Turunan Lie didefinisikan sebagai hasil kali Dengan demikian, dari sistem non linear menjadi sistem linear:
h( x) z = Az + Bu (4)
dengan f (x) atau secara umum ditulis:
x y = Cz + Du (5)
h( x) Jika diberikan (4) dan (5), maka dapat ditentukan kestabilan
L f h( x ) = f ( x) dari suatu sistem tersebut dengan menggunakan kriteria
x
dengan L f h(x) diartikan sebagai turunan fungsi h atas vektor kestabilan Routh-Hurwitz melalui polinomial karakteristik untuk
mencari nilai k agar sistem stabil. Untuk mendapatkan nilai
f . karakteristik tersebut adalah sebagai berikut [6]:
Elemen dari turunan Lie adalah: det(I A) = 0
hi
n

x
dengan:
f i ( x)
= nilai karakteristik
i =1 i
I = matriks identitas
Definisi 2 [4]: Yang dimaksud dengan Lnf h(x) adalah: A = matriks ordo n n bernilai real
( Lnf 1h( x)
Lnf h( x ) = f ( x)
x IV. PEMBAHASAN
dengan Lnf h(x) diartikan sebagai turunan ke- n fungsi h atas Model PMSG (1) didasarkan pada persamaan (d , q) [4].
vektor f . Persamaan yang digunakan untuk membangun model PMSG ini
Sistem non linear (2) dan (3) mempunyai derajat relatif n , x terdiri dari persamaan tegangan untuk masing-masing sumbu d
dipersekitaran x0 jika [5]: dan q , persamaan torsi magnet listrik, dan torsi mekanik.
Persamaan tegangan untuk masing-masing sumbu d dan q
Lg Lnf 1h( x) = 0 dan Lg Lnf h( x) 0
adalah sebagai berikut:
Diasumsikan bahwa derajat relatif sistem adalah n . Dalam
d
kasus ini, setelah mendifferensialkan output ke- n diperoleh: u d = Rid + Ld id Lq iq s
dt
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

d 1 1
u q = Riq + Lq iq + ( Ld id + m ) s L2f h( x) = d4 ( Rx2 p ( Ld + Ls ) x1 x3 +
dt J Lq + Ls
dengan: 1 1
u d , u q adalah tegangan stator (d , q ) (V ) , R adalah p m x3 + ( (d 2 v + 2d 3 x3 ))( (d1v2 +
J J
hambatan () , id , iq adalah arus listrik (d , q ) ( A) , Ld , Lq d 2 vx3 + d 3 x32 p m x2 ))
adalah induktansi (d , q ) (H ) , d ,q adalah fluks 1
L g L f h( x ) =
d 4 a3 x 2
(d , q ) (Wb ) , m adalah fluks yang konstan karena magnet J
permanen (Wb ) , s adalah getaran stator (rad / s ) . Untuk memastikan zero error, sebuah integrator ditambahkan
dalam sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar1:
Persamaan torsi magnet listrik yang ditulis G diperoleh
y ref + + uv z y
seperti berikut: 1 k3 z = Az + Bu y = Cz
G = p ( d iq q id ) s

dengan p adalah banyaknya pasangan kutub. Jika Lmagnet


permanen dipasang dipermukaan rotor maka: Ld = Lq dan torsi
k1,2
magnet listrik menjadi:
G = p m iq
Torsi mekanik (mec ) diperoleh sebagai berikut:
mec = d1v 2 + d 2 v h + d 3 2h Gambar 1. State Feedback Control

Sehingga PMSG berdasarkan model sistem konversi energi


Model linearnya:
angin dapat ditulis seperti (1).
Untuk menentukan derajat relatif dari sistem, akan dihitung z1 0 1 z1 0
z = + u
turunan Lie seperti berikut: 2 0 0 z 2 1
1 z
L f h( x) = (d1v 2 + d 2 vx3 + d 3 x32 d 4 x2 )
J y = [1 0] 1
z2
dengan: d 4 = p m
dan input u sebagai berikut:
1
L g L f h( x ) =
d 4 a3 x 2 z
J u = [k1 k 2 ] 1 + k 3
1 z2
dengan: a3 = dengan:
L q + Ls
z
Ketika L g Lnf h( x) 0 , derajat relatif sistem adalah n = 2 . = y ref y = y ref [1 0] 1
z2
Sistem akan diubah ke bentuk normal melalui transformasi Sistem linear menjadi:
variabel yang memenuhi kondisi diffeomorphism:
z1 0 1 0 z1 0 0
z3 z z z = 0 0 0 z + 1 u + 0 y ref
g1 ( x) + 3 g 2 ( x) + 3 g 3 ( x) = 0
x1 x2 x3 2 2
1 0 0 z3 0 1
x
Kondisi ini memenuhi z3 = a3 1 .Transformasi variabel dari Input kendali u v , diperoleh seperti berikut:
x2
z1
sistem menuju linearisasi parsial adalah:
u v = [k1 k 2 k 3 ] z 2

x3

1 Jadi, sistem loop tertutup:
z = (d1v 2 + d 2 vx3 + d 3 x32 d 4 x2 )
J z1 0 1 0 0 z1 0
x1 z = 0 0 0 1 [k
k 3 ] z 2 + 0 y ref
a3 2 1 k2
1 0 0 0
x2
1
1
u= ( L2f h( x) + u v ) z1
y = [1 0 0] z 2
L g L f h( x )
dengan:

Dengan menggunakan kriteria kestabilan Routh Hurwitz,
diperoleh nilai k1 , k 2 , dan k 3 :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

Analisis Kestabilan Sistem


k2 > 0 1.4
Kecepatan Generator
k3 > 0 1.2

k 2 k1 k 3 k

Kecepatan Generator (rad/s)


> 0 k1 > 3 1
k2 k2
0.8

V. SIMULASI DAN ANALISIS 0.6

Diuji berbagai macam nilai k1 , k 2 , dan k 3 yang memenuhi 0.4


kriteria kestabilan Routh Hurwitz untuk menunjukkan bahwa
0.2
sistem tersebut stabil seperti berikut:
Untuk k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k 3 = 0,2 : 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Analisis Kestabilan Sistem Waktu (s)
1

0.9
Kecepatan Generator Gambar 4. Analisis Kestabilan Sistem untuk k1 = 4000; k 2 = 136; k3 = 40000
0.8
Kecepatan Generator (rad/s)

0.7 Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-
0.6 1,3 hingga detik ke- 50, kecepatan generator konvergen menuju
0.5 1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan stabil.
0.4 Selanjutnya, dengan berbagai macam nilai k1 , k 2 , dan k 3 yang
0.3
telah diuji bahwa sistem tersebut stabil, akan dianalisis error
0.2
kecepatan generator. Error dari kecepatan generator
0.1 didefinisikan sebagai selisih antara keluaran aktual ( -aktual)
0 dengan keluaran yang diharapkan (y-ref).
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (s)
Pada Tugas Akhir ini, dianalisis beberapa nilai y-ref untuk
Gambar 2. Analisis Kestabilan untuk k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k3 = 0,2 dibandingkan dengan nilai y-aktual, pada sistem yang stabil
Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik dengan nilai k1 , k 2 , dan k 3 sebelumnya sehingga diperoleh nilai
ke- 36,5 hingga detik ke- 50 , kecepatan generator konvergen error kecepatan generator untuk mengetahui keakuratan sistem
menuju mendekati 1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan dengan:
stabil. y-ref I = 5rad / s, y-ref II = 10rad / s,
y-ref III = 15rad / s, y-ref IV = 20rad / s,
Untuk k1 = 8,2; k 2 = 4,7; k 3 = 6,9 :
y-ref V = 25rad / s, y-ref VI = 30rad / s.
Analisis Kestabilan Sistem
1.4
Kecepatan Generator

1.2
Untuk k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k 3 = 0,2 :
y-referensi vs y-aktual
Kecepatan Generator (rad/s)

1 60
y -ref I
y -ref II
y -ref III
0.8
50 y -ref IV
Kecepatan Generator (rad/s)

y -ref V
y -ref V I
0.6 y -aktual I
y -aktual II
40 y -aktual III
y -aktual IV
0.4
y -aktual V
y -aktual V I

0.2 30

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 20
Waktu (s)

Gambar 3. Analisis Kestabilan Sistem untuk k1 = 8,2; k 2 = 4,7; k3 = 6,9 10

Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-
6 hingga detik ke- 50 , kecepatan generator konvergen menuju 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan stabil. Waktu (s)
Gambar 5. y-referensi vs y-aktual untuk k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k3 = 0,2

Untuk k1 = 4000; k 2 = 136; k 3 = 40000 :


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

Error Kecepatan Generator y-referensi vs y-aktual


30 35
y-ref I
Error I
y-ref II
Error Kecepatan Generator (rad/s)

Error II 30
20

Kecepatan Generator (rad/s)


y-ref III
Error III
y-ref IV
Error IV 25 y-ref V
10 Error V
y-ref VI
Error VI
20 y-aktual I
0 y-aktual II
15 y-aktual III

-10 y-aktual IV

10 y-aktual V
y-aktual VI
-20
5

-30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0
Waktu (s) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (s)
Gambar 6. Error Kecepatan Generator untuk k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k3 = 0,2
Gambar 9. y-referensi vs y-aktual untuk k1 = 4000; k 2 = 136; k3 = 40000
Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-
0 hingga detik ke- 46,88, kecepatan generator masih mempunyai Error Kecepatan Generator
5
error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin

Error Kecepatan Generator (rad/s)


0
mengecil tepat mulai detik ke- 75 hingga detik ke- 100.
-5
Untuk k1 = 8,2; k 2 = 4,7; k 3 = 6,9 : Error I
Error II
-10
y-referensi vs y-aktual Error III
50 Error IV
y-ref I -15
y-ref II Error V
y-ref III
y-ref IV Error VI
Kecepatan Generator (rad/s)

y-ref V
-20
40 y-ref VI
y-aktual I
y-aktual II
y-aktual III
y-aktual IV -25
y-aktual V
y-aktual VI
30
-30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (s)
20 Gambar 10. Error Kecepatan Generator untuk k1 = 4000; k 2 = 136;
k 3 = 40000
10
Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-
0 hingga detik ke- 3,6, kecepatan generator masih mempunyai
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin
Waktu (s) mengecil tepat mulai detik ke- 5,6 hingga detik ke- 100.
Gambar 7. y-referensi vs y-aktual untuk k1 = 8,2; k 2 = 4,7; k3 = 6,9 Indonesia memiliki karakteristik angin rata-rata yang relatif
Error Kecepatan Generator
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara pengguna
20 sistem konversi energi angin seperti Finlandia dan Amerika
Error I
Serikat. Daerah di Indonesia umumnya memiliki kecepatan angin
Error Kecepatan Generator (rad/s)

Error II
10 Error III antara 3m / s sampai 7 m / s. Jika turbin angin ini diterapkan di
Error IV
Error V wilayah Indonesia yang memiliki potensi angin yang cukup, maka
Error VI kebutuhan akan turbin angin disesuaikan dengan besarnya daya
0
yang dihasilkan dari masing-masing turbin angin.
-10 Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah sistem
konversi energi angin (turbin angin) dihasilkan oleh jari-jari rotor
-20
(r ) adalah sebagai berikut [7]:
1
Pwt = r 2 v 3C p ( )
-30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
2
Waktu (s) Pada Tugas Akhir ini, digunakan C p maksimum = 0,47 dan
Gambar 8. Error Kecepatan Generator untuk k1 = 8,2; k 2 = 4,7; k3 = 6,9 jari-jari rotor (r ) = 2,5m sehingga:
Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke- 1
0 hingga detik ke- 29,5, kecepatan generator masih mempunyai r 3v 2 l (0,47) = 0,235r 3v 2 l
Pwt =
2
error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin
dengan kecepatan angin (v) = 3m / s sampai 7 m / s dan
mengecil tepat mulai detik ke- 36 hingga detik ke- 100.
Untuk k1 = 4000; k 2 = 136; k 3 = 40000 : kecepatan rotor l = 5rad / s sampai 30rad / s.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

4
x 10 Daya Turbin Angin vs Kecepatan Rotor Saran yang penulis berikan untuk penelitian Tugas Akhir
2.5
v=3m/s
berikutnya adalah:
v=4m/s 1. Untuk penelitian selanjutnya, sistem konversi energi angin
v=5m/s dapat dikaji dengan menggunakan metode sliding mode
2
v=6m/s
control, PI control, QFT robust control, ataupun On-Off
Daya Turbin Angin (Watt)

v=7m/s
control.
1.5 2. Untuk penelitian selanjutnya, penentuan daya maksimal
yang dihasilkan dari tubin angin yang lebih optimal dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Power
1
Point Tracking (MPPT).

0.5
DAFTAR PUSTAKA
[1] Douglas, J. (2010). Meeting the Challenges of Wind Turbine Reliability.
0 Springer: Jerman.
5 10 15 20 25 30
[2] Khulaifah, A. (2009). Optimisasi Penempatan Turbin Angin di Area
Kecepatan Rotor (rad/s)
Ladang Angin Menggunakan Algoritma Genetika. Institut Teknologi
Gambar 11. Grafik Hubungan Daya Turbin Angin vs Kecepatan Rotor Sepuluh Nopember Surabaya, Tugas Akhir D3 Jurusan Teknik Elektro.
[3] Alamsyah, H. (2007). Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu Sebagai
Pada Gambar 11, terlihat bahwa semakin besar kecepatan Penggerak Mula Alternator pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
rotor dengan kecepatan angin antara 3m / s sampai 7 m / s, maka Universitas Negeri Semarang, Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Elektro.
[4] Munteanu, I., Bratcu, A.I., Cutulius, N.A., dan Ceang, E. (2008). Optimal
semakin besar pula daya yang dihasilkan dari turbin angin. Ketika Control of Wind Energy Systems. Springer : Jerman.
kecepatan rotor bernilai 30rad / s dengan kecepatan angin [5] Jemai, W.J., Jerbi, H., dan Abdelkrim, M.N. (2010). Synthesis of An
3m / s akan menghasilkan daya sebesar 3,82kW . Ketika rotor Aprroximate Feedback Nonlinear Control Based on Optimization
Methods. WSEAS Transactions on Systems and Control, Vol 5, pp.
bernilai 30rad / s dengan kecepatan angin 4m / s akan 646-655.
menghasilkan daya sebesar 6,79kW . Ketika kecepatan rotor [6] Hendricks, E. (2008). Linear System Control. Verlag Berlin Heidelberg:
Springer.
bernilai 30rad / s dengan kecepatan angin 5m / s akan [7] Muhammad, A dan Hartono, F. (2009). Pembuatan Kode Desain dan
menghasilkan daya sebesar 10,60kW . Ketika kecepatan rotor Analisis Turbin Angin Sumbu Vertikal Darrieus Tipe-H. Jurnal
bernilai 30rad / s dengan kecepatan angin 6m / s akan Teknologi Dirgantara, Vol. 7, No.2, pp. 93-100.

menghasilkan daya sebesar 15,25kW . dan ketika kecepatan rotor


bernilai 30rad / s dengan kecepatan angin 7 m / s akan
menghasilkan daya sebesar 20,78kW .

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil analisis dan simulasi konversi energi angin menjadi
energi listrik diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil simulasi terlihat bahwa untuk nilai k1 , k 2 , dan k 3
yang memenuhi kriteria kestabilan Routh Hurwitz, sistem
akan stabil, seperti yang terlihat pada Gambar 2, 3, dan 4.
2. Dari hasil simulasi tiga nilai k1 , k 2 , dan k 3 yang diubah
berturut-turut terlihat bahwa sistem yang paling stabil
adalah sistem untuk k1 = 4000; k 2 = 136; k 3 = 40000
seperti yang terlihat pada Gambar 4, sistem yang memiliki
performansi yang baik adalah sistem untuk
k1 = 1,4; k 2 = 0,4; k 3 = 0,2 seperti yang terlihat pada
Gambar 5, dan sistem yang memiliki keakuratan sistem
yang baik adalah sistem untuk k1 = 4000;
k 2 = 136; k 3 = 40000 seperti yang terlihat pada Gambar
10.
3. Semakin tinggi kecepatan angin dan kecepatan rotor maka
akan menghasilkan daya yang semakin besar. Terlihat pada
Gambar 4.11, ketika kecepatan angin 7 m / s dengan
kecepatan rotor 30rad / s, akan menghasilkan daya dari
turbin angin sebesar 20,78kW .

Anda mungkin juga menyukai