Anda di halaman 1dari 26

BLATTA ORIENTALIS

Disusun Oleh :

Nama : Hanan Rumaisah

NIM : 201410410311146

Kelas : Farmasi B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Blatta Orientalis. Tidak
lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua yang telah mendukung
dan memfasilitasi penulis dalam mengerjakan makalah ini.

Sebagai manusia biasa saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena di dunia ini kesempurnaan hanya milik Allah SWT, untuk itu penulis
siap menampung segala kritikdan saran yang diberikan sehingga kedepannya penulis bisa
lebih baik dari sebelumnya.

Malang, 6 januari 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2
1.5 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Habitat Blatta Orientalis..............................................................................................................3
2.2 Morfologi Blatta Orientalis..........................................................................................................4
2.3 Bionomik Blatta Orientalis..........................................................................................................5
2.4 Daur Hidup............................................................................................................................6
2.5 Distribusi, kerusakan.............................................................................................................7
2.6 Kontrol...................................................................................................................................7
2.7 Penularan.....................................................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................13
KESIMPULAN...................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut kamus kesehatan parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau
dari organisme lain, dari mana ia memperoleh makanan. Parasit dapat menyerang manusia
dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid adalah parasit yang menggunakan
jaringan organism lainnya untuk kebutuhan nutrisi mereka sampai orang yang ditumpangi
meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga diketahui
sebagai necrotroph.

Parasit merupakan makhluk hidup yang dalam kehidupannya mengambil makanan


makhluk lain, sehingga sifatnya merugikan. Parasit dibagi menjadi dua macam, yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya dipermukaan
tubuh hewan, yang keberadaannya mengganggu ketentraman hewan dalam
pemeliharaan sehingga akan mengganggu proses fisiologis hewan tersebut, sedangkan
endoparasit adalah yang hidup di dalam tubuh hewan.

Untuk terjadinya infeksi, parasit harus mampu mengatasi pertahanan tubuh hospes definitive.
Hubungan parasit dengan hospes dan keadaan sekitarnya perlu dianalisis untuk tiap keadaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah parasit sehingga mampu berkembang serta
mencapai kematangan seksual tergantung pada (a) kesempatan hospes berkenalan dengan
parasit, (b) biologi parasit, dan (c) tingkat kerentanan hospes. Tiap parasit memiliki
sifat khusus dalam daur hidupnya dan kemampuan dari parasit untuk menghasilkan
keturunannya.

Terdapat berbagai macam parasit yang ada dengan berbagai macam bentuk, ukuran dan
jenis. Dari mulai parasit yang berbentuk seluler/mikro hingga yang berukuran makro. Salah
satu parasit yang sering berhubungan dengan kehidupan manusia adalah kecoak. Parasit
tersebut sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan salah satu parasit yang
mengganggu kehidupan manusia. Salah satu kecoak yang sering terlihat adalah blatta
orientalis. Kecoak ini kerap dijumpai pada tempat lembab dan kotor. Kecoak ini cukup
berbahaya, karena dapat menularkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itulah
disusun makalah ini untuk memberikan informasi mengenai Blatta Orientalis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi dari Blatta Orientalis ?
2. Dimana habitat dari Blatta Orientalis ?
3. Bagaimana siklus hidup dari Blatta Orientalis?
4. Apakah penyakit yang ditimbulkan oleh Blatta Orientalis?
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit dari Blatta Orientalis?

1.3 Pembatasan Masalah


Karena ruang lingkup paasit yang begitu luas dan mencakup begitu banyak, maka
penulis hanya membataskan tentang ruang lingkup dari Blatta Orientalis.

1.4 Manfaat
Kegunaan makalah ini adalah untuk menginformasikan kepada mahasiswa dan
masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kesehatan agar tidak terserang berbagai
penyakit terutama penyakit yang ditimbulkan oleh Blatta Orientalis.

1.5 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui tujuan - tujuan yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat. Tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui morfologi dari Blatta Orientalis.
2. Untuk mengetahui habitat dari Blatta Orientalis.
3. Untuk mengetahui siklus hidup dari Blatta Orientalis.
4. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan oleh Blatta Orientalis.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit dari Blatta
Orientalis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Habitat Blatta Orientalis

Lipas Blatta orientalis atau oriental cockroach tergolong famili Blattidae, Ordo
Dictyoptera. Pada dasarnya merupakan lipas daerah oriental, tetapi dalam era global ini
kemungkinan juga telah masuk ke Indonesia. Lipas ini warna tubuhnya coklat tua mengkilat
atau coklat kemerahan (gambir) sampai kehitaman. Lipas betina berukuran panjang 22-27
mm dengan abdomen lebar dan stubby wings atau kurang berkembang, sehingga nampak
seperti lipas pradewasa (nimfa). Lipas jantan berukuran panjang 25 mm, langsing, dan
sayapnya hanya menutupi dua pertiga bagian abdomen atas.

Baik yang jantan maupun yang betina dari lipas ini tidak mampu terbang ataupun lari cepat
ketika diganggu. Mereka cenderung berjalan agak lebih lambat dibandingkan spesies lainnya.
Mereka sering disebut waterbugs karena mereka lebih menyukai tempat-tempat gelap dan
lembab. Masa hidup lipas ini berkisar dari satu sampai enam bulan.
Oteka lipas ini berwarna coklat merah gelap, panjangnya 10-12 mm, dan tampak sedikit
menggembung. Lipas betina meletakkan ootekanya di tempat yang terlindung dekat
persediaan makanan.

Seekor lipas betina mampu menghasilkan 8-15 ooteka yang masing-masing mengandung 16-
18 butir telur. Seekor betina dan keturunannya dapat menghasilkan sekitar 200 ekor lipas
dalam satu tahun. Nimfa lipas ini berwarna sama seperti lipas dewasa dan stadium nimfa
memerlukan waktu sekitar satu tahun. Perbedaan karakter lipas oriental dengan dua jenis
lipas yang paling umum dijumpai di Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbedaan Karakter Lipas Oriental dan Lipas Paling Umum di Indonesia

Lipas Blattela germanica Blatta orientalis Periplaneta americana


Nama Umum Lipas Jerman Lipas Oriental Lipas Amerika
Ukuran 12 mm (1.2 cm) s/d 25 mm (2.5 cm) s/d 28 mm (2.8 cm) s/d
15 mm (1.5 cm) 30 mm (3.0 cm) 43 mm (4.3 cm)

3
Habitat Ruangan pengap, 20 C s/d 29 C sama dengan lipas
optimum 32 C Jerman
Waktu perkembangan 6 s/d 12 minggu 6 s/d 12 bulan 4 s/d 15 bulan
nimfa
Jangka Hidup 6 s/d 9 bulan 1 s/d 1.5 tahun 1 s/d 1.5 tahun
Kemampuan terbang tidak tidak dapat
Lipas oriental memakan bahan-bahan organik yang membusuk dan mempunyai reputasi yang
menjijikkan di antara spesies yang menyerang hunian manusia. Di luar rumah, serangga ini
ditemukan ditempat yang lembab dan dingin seperti di bawah dedaunan yang membusuk atau
batu, bunga dan berbagai tanaman kebun, ditempat sampah dan kotoran lainnya, serta sistem
pembuangan air. Kadang-kadang, selama periode dingin yang tak menentu atau saat mulai
musim gugur, pasti banyak kelompok lipas yang berpindah ke bangunan hunian manusia.
Lipas ini menyerang bangunan buatan manusia melalui pipa aliran pembuangan, retakan
fondasi, ventilasi dan pintu rumah yang tidak tertutup dengan baik. Secara umum, spesies ini
tidak menjadi melimpah di dalam gedung, tetapi populasi bisa menjadi besar pada suatu saat
terutama di saluran pembuangan, got, lembab ruang bawah tanah, beranda, dan lokasi basah
lainnya. (Upik Kesumawati Hadi, Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan
IPB Bogor).
Kecoa ini terdapat di tempat-tempat sampah atau tempat-tempat lembab dan kotor. Kecoa ini
kurang banyak hidup di dalam rumah, juga banyak ditemukan di taman dan bangunan-
bangunan di luar rumah. Blatta orientalis berwarna hitam-coklat mempunyai panjang 2,5
cm. Blatta orientalis jantan mempunyai sayap yang pendek pada toraksnya
sedangkan Blatta Orientalis betina tidak mempunyai sayap. Sesuai dengan habitatnya di
tempat-tempat kotor, maka kecoa ini dapat menularkan penyakit seperti penyakit perut,
cacingan dsb, juga menimbulkan bau tidak enak di hidung bila kita tidak tahan dengan
kontraksi bisa saja menyebabkan muntah pada manusia karena habitatnya ini.

4
2.2 Morfologi Blatta Orientalis
A. KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia

Pillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Dictyoptera

Familia : Blattidae

Genus : Blatta

Spesies : Blatta orientalis

B. MORFOLOGI

Jantan panjang sekitar 25mm, sedangkan betina panjang sekitar 32 mm dengan bentuk
abdomen lebar, Mengkilap dan sangat cokelat gelap.
Pada betina sayap tidak berkembang dan pada jantan
menutupi panjang perutnya. Baik yang jantan
maupun yang betina tidak mampu terbang atau lari
cepat ketika diganggu.

Mereka disebut waterbugs karena mereka


lebih menyukai tempat-tempat gelap dan
lembab

2.3 Bionomik Blatta Orientalis


1. Tempat perindukan

Blatta orientalis menyukai tempat yang gelap dan lembab, seperti dapur, tempat
penyimpanan makanan, ruang makan, kamar mandi /wc, gudang, tempat sampah, selokan,
kandang binatang

Sebagian besar berkembang biak pada iklim yang dingin, Blatta orientalis dengan bebasnya
meninggalkan bangunan ketika tropis dan keadaan temperatur yang hangat; mereka

5
berpindah dari gedung ke gedung melalui saluran saluran air kotor, tangki septik, kakus
umum dan tempat sampah

2. Kebiasaan makan

Blatta orientalis makan makanan yang bervariasi yang mengandung zat tepung dan gula
merupakan pilihannya. Blatta orientalisakan menghisap susu, menggigit keju, daging, kue
kering, bulir padi, gula, coklat yang manis.

Kenyataannya Blatta orientalis juga suka memakan bahan yang bukan merupakan makanan
bagi manusia, seperti penggiran buku, bagian dalam tapak sepatu, serangga mati, kulit
mereka sendiri yang sudah mati dan usang, darah segar maupun kering, kotoran badan,
dahak, serta jempol dan jari kaki bayi ataupun manusia yang sedang tidur maupun pingsan

Kecoa oriental sering ditemukan makan pada sampah, limbah, atau membusuk bahan organik
dan akan makan hampir apa pun. Diet tinggi pati lebih disukai.

3. Cara hidup

Kecoa umumnya tinggal berkelompok. Mereka beraktifitas mencari makan pada malam hari
mereka bersembunyi di dalam celah celah dinding, bingkai pintu, di dalam kamar mandi,
lemari, selokan, gua, mesin jahit, televisi, radio, dan elektronik lain.

Dengan tubuhnya yang pipih, apabila kecoa merasa terganggu/ terancam


hidupnya maka dia akan menyembunyikan tubuhnya dicelah yang sempit. Kecoa juga
dapat menggunakan cara lain untuk melindungi dirinya dari bahaya, yaitu dengan
mengeluarkan cairan berbau busuk

6
2.4 Daur Hidup

Kecoa dalam perkembangbiakannya mengalami metamorfosa sederhana (gradual


metamorphose) yang siklus hidupnya mengalami 3 fase yaitu fase telur, nimfa, dan dewasa.

a adalah kecoak betina


b adalah kecoak jantan
c adalah tampak samping dari kecoak
betina
d adalah kecok betina muda
Kecoak oriental betina menghasilkan rata-
rata delapan kapsul telur per seumur
hidup. Setiap kapsul telur atau ootheca
mengandung sekitar 16 telur yang
berbaris secara vertikal, dua oleh dua
dalam kasus telur. Telur kapsul dapat dilakukan dari 12 jam sampai lima hari dan
kemudian diendapkan dalam lingkungan terlindung hangat di mana makanan sudah
tersedia. Masa inkubasi untuk kecoa oriental adalah tentang 42-81 hari. betina tidak
memberikan bantuan kepada blatta muda. Nimfa melalui tujuh molts sebelum menjadi
dewasa, yang memakan waktu sekitar satu tahun. Blatta orientalis dewasa bisa hidup 34-
180 hari, dan pasangan berlangsung di setiap musim

2.5 Distribusi, kerusakan


Distribusi

7
Awalnya Blatta orientalis ini endemik pada Semenanjung krimean dan di beberapa
bagian di sekitar lau hitam dan laut kaspia namun sekarang penyebarannya hingga
kosmopolitan.
Kerusakan
Dapat memindahxkan mikro organisme patogen seperti Streptococcus, Salmonella
yang dapat menyebabkan penyakit disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, juga
polio pada anak. Proses ini dapat berlangsung dimungkinkan karena bibit penyakit
yang terdapat pada sampah atau sisa makanan (sebagai habitat Kecoak) terbawa
kaki atau bagian tubuh dari blatta, dan mencemari makanan kita

kecoak oriental memakan semua jenis kotoran, sampah, dan lainnya membusuk
bahan organik. Mereka tampaknya terutama menyukai sampah dan isi kaleng
dibuang. Jika air tersedia, mereka dapat hidup selama satu bulan tanpa makanan;
tanpa air mereka mati dalam waktu dua minggu. Aspek yang paling penting dari
kerusakan kecoa berasal dari kebiasaan mereka makan dan menyimpan di tempat-
tempat lembab dan tidak sehat seperti selokan, pembuangan sampah, dapur, kamar
mandi, dan area penyimpanan dalam ruangan. Kotoran dari sumber-sumber ini
disebarkan oleh kecoa untuk persediaan makanan, permukaan persiapan makanan,
piring, peralatan, dan permukaan lainnya. Kecoak mencemari makanan jauh lebih
banyak daripada mereka bisa makan.

Kecoa pada umumnya menghasilkan sekresi berbau dari berbagai titik di tubuh
mereka. sekresi tersebut dapat mempengaruhi rasa dari berbagai makanan. Ketika
populasi kecoa yang tinggi, sekresi ini dapat mengakibatkan bau yang khas di
wilayah umum kutu. organisme penyebab penyakit seperti bakteri, protozoa, dan
virus telah ditemukan di tubuh mereka.

Berbagai bentuk gastroenteritis (keracunan makanan, disentri, diare, dll)


tampaknya menjadi penyakit utama yang ditularkan oleh kecoa Oriental. Serangga
membawa organisme penyebab penyakit ini pada kaki dan tubuh mereka dan
deposit organisme pada makanan dan peralatan saat mereka mencari makan.
Kecoa kotoran dan kulit cor juga mengandung sejumlah alergen, yang banyak
orang menunjukkan reaksi alergi seperti ruam kulit, mata berair, kemacetan
saluran hidung, asma, dan bersin.

8
2.6 Kontrol

Metode baru yang dikembangkan untuk mengelola roach dalam kombinasi dengan
semprotan yang teratur dan debu. Telah ada minat Peningkatan dalam beberapa tahun
terakhir untuk menggunakan analog hormon juvenil (JHAs) untuk mengendalikan banyak
hama serangga. JHAs vertebrata memiliki toksisitas rendah, tindakan biologis yang
sangat spesifik, dan kemampuan untuk Mengganggu pertumbuhan dan reproduksi pada
serangga, yang membuat JHAs calon yang baik untuk digunakan dalam lingkungan
domestik dan publik.Sebuah penghalang kimia di sekeliling rumah bersama dengan
insektisida diterapkan untuk lokasi tertentu di dalam akan membantu mengontrol Blatta
orientalis. Namun, kerusakan yang cepat dari insektisida dapat terjadi karena kecoa
oriental lebih memilih untuk beristirahat pada permukaan basah. Berikut ini adalah
beberapa tips lain yang dapat membantu pengelolaan Blatta orientalis di dalam dan
sekitar rumah. Sisi luar pintu, jendela, bukaan pipa dan ventilasi pengering harus
diperlakukan dengan penyemprotan residual yang baik. Kebocoran pipa harus tetap, dan
spasi lembab harus berventilasi. Retak dalam struktur harus caulked di permukaan tanah.
Membusuk daun dan bahan organik harus dihapus dari jendela dan pintu. Sampah kaleng
harus dijauhkan dari habitat lembab. Tiriskan perangkap harus disimpan penuh atau
tertutup.

9
Survey - Untuk mengontrol kecoa Oriental, penting untuk melakukan pemeriksaan
menyeluruh. Sebuah survei kecoa (trapping) kadang-kadang diperlukan untuk
menentukan sejauh mana kutu, karena bahkan pemeriksaan menyeluruh tidak akan
mengungkapkan semua harborages kecoa atau daerah di mana mereka mencari makanan
yang paling aktif di malam hari. Survei sangat berguna di rumah-rumah dan bangunan di
mana ada tingkat sedang hingga berat infestasi. Survei kecoa melibatkan menempatkan
perangkap lengket di lokasi strategis di dalam gedung. Bila mungkin perangkap survei
tempat baik dinding atau di sudut lantai. Paling komersial perangkap tersedia datang
lengkap dengan umpan untuk mendorong kecoak untuk masuk. Satu minggu dari trapping
pada jumlah yang memadai situs menjebak biasanya menyediakan informasi yang cukup
untuk kontrol yang lebih lengkap dan efektif.

Sanitasi, Struktural Modifikasi, dan Perbaikan - Memodifikasi interior lingkungan


menghapus makanan, kelembaban, dan harborages untuk kecoak-adalah langkah pertama
dalam perawatan. Menghilangkan harborages kecoa melibatkan mendempul di lemari dan
lemari, gala di bawah wastafel, dll, atau membuat perbaikan struktur serupa di dapur,
kamar mandi, dan area lain dari rumah.

kecoa oriental mungkin pindah ke tempat tinggal dari luar. Penelitian terbaru telah
dilakukan pada pergerakan kecoa Oriental di bawah, di sekitar, dan ke rumah-rumah dari
harborages di ruang merangkak dan yayasan cinder block. Penelitian telah menunjukkan
bahwa kecoa ini sering pindah ke rumah bersama pipa (misalnya, melalui lantai dari
bawah ruang merangkak) dan di bawah pintu atau jendela kemacetan. Penggunaan
skrining, mendempul dan barang serupa mungkin berguna dalam pengetatan eksterior
untuk mencegah masuknya oleh kecoak.

Kontrol Kimia - Debu seperti asam borat, silika aerogel, dan tanah diatom dapat
diterapkan untuk void dan harborages lain seperti celah dan retakan. Tidak berlaku debu
basah atau lembab daerah. Debu harus diterapkan ringan karena deposito berat dapat

10
mengusir kecoa. Jangan menempatkan debu di mana anak-anak atau hewan peliharaan
bisa datang ke dalam kontak dengan mereka. Berhati-hati untuk menjaga anak-anak dari
daerah yang diobati dengan asam borat. Mengambil tindakan pencegahan untuk
memastikan bahwa debu tidak mengotori makanan.

semprotan insektisida perimeter dapat membantu dalam pengurangan kecoa Oriental


memasuki rumah dari luar. Semprotan harus diterapkan untuk menciptakan sebuah
penghalang yang terus-menerus di sekitar struktur. Gunakan hanya bahan-bahan label
untuk jenis aplikasi. Penggunaan semprotan residual atau foggers aerosol dalam struktur
adalah nilai yang kecil dalam mengendalikan kecoa Oriental. Bahkan, aplikasi ini dapat
membubarkan kecoak membuat kontrol yang sulit dan panjang.

Umpan dapat menjadi metode yang efektif untuk mengendalikan atau menghilangkan
kecoa dari struktur. Umpan mengandung hydramethylnon, fipronil, sulfluramid, asam
borat, atau abamektin harus memberikan tingkat kontrol yang tinggi bila diterapkan ke
daerah-daerah di mana kecoa pelabuhan. Perawatan harus diambil untuk selalu mengikuti
petunjuk label untuk digunakan.

2.7 Penularan

1. Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.


2. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
3. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan kelopak mata.

Meskipun kecoa bisa menggigit, penyakit yang hampir secara eksklusif ditularkan melalui
transmisi mekanis dimana tubuh mereka terkontaminasi dengan bakteri yang kemudian
ditransfer ke permukaan lain yang mereka hadapi saat mereka bergerak.

11
Hal ini dapat menyebabkan infeksi luka, keracunan makanan dan marah lambung. Antara
organisme diketahui dilakukan oleh kecoa adalah; Salmonella spp. termasuk Salmonella typhi
menyebabkan tipus, Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis, Shigella dysenteriae
menyebabkan disentri, dan berpotensi juga virus polio yang bertanggung jawab

\untuk polio. spesies lain yang diketahui dilakukan adalah Proteus spp., Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermalis, Streptococcus faecali, dan Escherichia coli.kebiasaan
mereka dan struktur tubuh memungkinkan mereka untuk berpotensi menularkan patogen.
Kecoa adalah omnivora dan akan mudah makan dan bergerak di antara sumber makanan
seperti materi fekal dan makanan segar dimaksudkan untuk konsumsi manusia langsung.
Dalam melakukan manusia dapat menjadi terkena patogen yang berpotensi berbahaya melalui
permukaan yang terkontaminasi dan produk makanan. Mereka juga tidak hanya memakan
satu sumber makanan tapi akan mengais untuk berbagai makanan.

Penyakit :

1. Tifus
Penyakit tipus

Demam tifoid adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Hal ini masih umum di negara berkembang, di mana hal itu mempengaruhi
sekitar 21,5 juta orang setiap tahun. Sebagian besar kasus di negara maju dapat dikaitkan
dengan infeksi dijemput di luar negeri.

Cara termudah untuk menghindari tifus adalah dengan vaksinasi dan dengan menghindari
makanan risiko dan minuman. Orang dengan demam tifoid biasanya mengalami demam
berkelanjutan setinggi 39 sampai 40 C. Mereka juga mungkin merasa lemah, atau
memiliki sakit perut, sakit kepala, atau kehilangan nafsu makan. Dalam beberapa kasus,
pasien memiliki ruam datar, bintik-bintik naik-berwarna. Satu-satunya cara untuk mengetahui
secara pasti apakah suatu penyakit adalah demam tifoid adalah memiliki sampel tinja atau
darah diuji untuk kehadiran Salmonella Typhi. Bahkan jika gejala Anda tampaknya akan
pergi, Anda masih dapat membawa Salmonella Typhi. Jika demikian, penyakit bisa kembali,
atau Anda bisa lulus penyakit kepada orang lain. Bahkan, jika Anda bekerja di pekerjaan di
mana Anda menangani makanan atau merawat anak-anak kecil, Anda mungkin akan dilarang
secara hukum dari akan kembali bekerja sampai dokter telah menetapkan bahwa Anda tidak
lagi membawa bakteri tipus.

12
2. amoebiasis

Amoebiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica. Hal ini
dapat menyerang siapa saja, meskipun lebih sering terjadi pada orang yang tinggal di daerah
tropis dengan kondisi sanitasi yang buruk.

Infeksi E. histolytica dapat terjadi ketika seseorang mencerna atau menempatkan sesuatu ke
dalam mulut mereka yang telah menyentuh feses atau telah dinyatakan terkontaminasi
dengan E. histolytica, atau menelan kista dari E. histolytica dijemput dari permukaan atau jari
yang terkontaminasi. Hanya sekitar 10% sampai 20% dari orang yang terinfeksi dengan E.
histolytica menjadi sakit dari infeksi. Gejala biasanya berkembang dalam waktu 2 sampai 4
minggu. Gejala seringkali cukup ringan dan dapat termasuk tinja longgar, sakit perut, dan
kram perut. disentri amuba adalah bentuk parah dari amoebiasis terkait dengan sakit perut,
tinja berdarah, dan demam. Jarang, E. histolytica menyerang hati dan membentuk abses.
Dalam sejumlah kecil kasus, telah terbukti menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti paru-
paru atau otak, tetapi ini sangat jarang.

Diagnosis amoebiasis bisa sangat sulit. Sebuah tes darah tersedia tetapi hanya disarankan
ketika penyedia layanan kesehatan Anda berpikir bahwa infeksi Anda mungkin telah
menyebar di luar usus (usus) ke beberapa organ lain dari tubuh Anda, seperti hati. Namun, tes
darah ini mungkin tidak membantu dalam mendiagnosis penyakit Anda saat ini karena tes
bisa positif jika Anda memiliki amoebiasis di masa lalu, bahkan jika Anda tidak lagi
terinfeksi sekarang. Beberapa antibiotik tersedia untuk mengobati amoebiasis. Pengobatan
harus diresepkan oleh dokter. Anda akan diperlakukan dengan hanya satu antibiotik jika
infeksi E. histolytica Anda tidak membuat Anda sakit. Anda mungkin akan diperlakukan
dengan dua antibiotik (yang pertama dan kemudian yang lain) jika infeksi Anda telah
membuat Anda sakit

3. Asma

Blatta orientalis (Q) memiliki ANTI-KOLINERGIK dan spasmolitik aktivitas dan dapat
digunakan secara khusus dalam AKUT (status asmatikus) dan intrinsik (istimewa) ASMA.

13
Asma adalah penyakit yang sering terjadi di
pemukiman padat penduduk,pada mulanya
Asma diyakini akibat dari kurangnya
kesehatan Lingkungan,seperti banyak
menghirup asap ,debu atau udara Kotor
lainnya.Pabrik di sinyalir adalah penyumbang
sebab musabab asma terjadi selain
kendaraan bermotor.Tapi setelah sebuah
Universitas Di Amerika meneliti secara
akurat dalam waktu yang lama,bukan itu
penyebab asma?padahal kita merasa yakin
penyebab Asma adalah faktor
lingkungan.Ternyata asma tidak menyerang
negara Miskin atau berkembang saja,akan
tetapi menyerang atau menghinggapi negara
Maju seperti Amerika Serikat dan negara lain. Setelah diteliti dalam waktu yang
lama,ternyata penyebab dari Asma adalah Kecoa,zat yang terkandung dalam anak-anak atau
pengidap Asma adalah protein yang sama seperti pada kecoa.umumnya kecoa mengeluarkan
protein di sembarang tempat termasuk lantai,bantal atau kasur,dari ceceran protein itu
terhirup olaeh manusia atau anak-anak yang pada akhirnya menimbulkan penyakit asma.

Blatta orientalis mungkin memiliki selektif anti-kolinergik aktivitas bronkodilator B.


orientalis terutama aktif dalam kondisi asma akut.

Asma bronkial adalah salah satu penyakit umum yang mempengaruhi manusia dengan
beragam manifestasi. Prevalensi alergi dan asma telah meningkat dalam beberapa tahun
terakhir meskipun peningkatan kesehatan umum penduduk. (Ring, et. Al., 2001) Berbagai
penelitian ekonomi telah mengidentifikasi penyebab peningkatan prevalensi penyakit alergi
saluran pernapasan atas dan bawah. Beberapa alasan didalilkan meningkat pencemaran
lingkungan (Passali, et. Al., 1999) dan peningkatan kecenderungan individu memproduksi
antibodi berlebihan dalam gangguan asma. (Hansen, et. Al., 2004).
Homoeopathy adalah sistem terapi berusia 200 tahun yang menggunakan dosis kecil berbagai
zat untuk merangsang proses auto peraturan dan penyembuhan diri. Homoeopathy memilih
zat dengan mencocokkan gejala pasien dengan gejala yang dihasilkan oleh zat-zat ini pada

14
orang sehat. Obat-obatan yang disiapkan oleh pengenceran serial dan gemetar, yang
pendukung mengklaim jejak informasi ke dalam air. Meskipun banyak dokter konvensional
menemukan gagasan seperti tidak masuk akal, homeopati memiliki tempat yang menonjol
dalam perawatan kesehatan abad ke-19 dan baru-baru mengalami kebangkitan di seluruh
dunia. (Jonas, et. Al., 2003).

DIAGNOSIS ASMA

Gejala Penyakit Asma :

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas
dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan,
yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau
setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa
menyebabkan timbulnya gejala. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai
dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan
asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.

Dynamizations dari Blatta orientalis (B. orientalis) (Q) telah ditemukan memiliki in vivo
aktivitas bronkodilator kuat, yang memainkan peranan penting dalam pasien asma akut. Oleh
karena itu, tujuan dari studi kami adalah untuk mengevaluasi, melalui model hewani, khasiat
B. orientalis (Q) obat yang biasanya diresepkan oleh homoeopathists untuk mengobati
kondisi klinis yang ditandai dengan manifestasi asma akut

obat homeopati terus menarik perhatian dalam jurnal medis dan media sebagai bentuk
populer dari pengobatan komplementer yang mekanisme kerja yang diusulkan tampaknya
tidak sesuai dengan pemikiran ilmiah utama dan bukti penelitian yang masih kontroversial.
(Trevor dan Marjori, 2006)
4. Shigellosis
Shigellosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sekelompok bakteri yang disebut
Shigella. Kebanyakan yang terinfeksi dengan Shigella mengembangkan diare, demam, dan
kram perut mulai satu atau dua hari setelah mereka terkena bakteri. diare sering berdarah.
Shigellosis biasanya sembuh dalam 5 sampai 7 hari. Infeksi berat dengan demam tinggi dapat

15
dikaitkan dengan kejang pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun. Beberapa orang yang
terinfeksi mungkin tidak memiliki gejala sama sekali, tapi masih mungkin lulus bakteri
Shigella kepada orang lain.
pengobatan antibiotik yang tepat membunuh bakteri Shigella, dan dapat mempersingkat
penyakit dengan beberapa hari tetapi beberapa bakteri Shigella telah menjadi resisten
terhadap antibiotik.
Sekali seseorang telah memiliki Shigellosis, mereka tidak mungkin untuk mendapatkan
terinfeksi dengan jenis tertentu lagi untuk setidaknya beberapa tahun. Namun, mereka masih
terinfeksi dengan jenis lain Shigella.

Bakteri Shigella lulus dari satu orang yang terinfeksi ke yang berikutnya. Shigella yang hadir
dalam tinja diare dari orang yang terinfeksi saat mereka sakit dan sampai satu atau dua
minggu sesudahnya. Kebanyakan infeksi Shigella adalah hasil dari bakteri lewat dari tinja
atau jari kotor dari satu orang ke mulut orang lain. Hal ini terjadi ketika dasar kebersihan dan
kebiasaan mencuci tangan tidak memadai. Hal ini sangat mungkin terjadi di antara balita
yang tidak sepenuhnya toilet terlatih. Anggota keluarga dan teman-teman bermain anak-anak
tersebut berada pada risiko tinggi terinfeksi.
Infeksi Shigella dapat diperoleh dari makan makanan yang terkontaminasi. makanan yang
terkontaminasi biasanya terlihat dan bau normal. Makanan dapat terkontaminasi oleh
penjamah makanan yang terinfeksi yang lupa untuk mencuci tangan mereka dengan sabun
setelah menggunakan kamar mandi. Sayuran dapat terkontaminasi jika mereka dipanen dari
lapangan dengan limbah di dalamnya. Lalat dapat berkembang biak di tinja yang terinfeksi
dan kemudian mencemari makanan. Infeksi Shigella kemudian dapat diperoleh dengan
minum, berenang, atau bermain dengan air yang terkontaminasi.

Saat ini, tidak ada vaksin untuk mencegah shigellosis. Namun, penyebaran Shigella dari
orang yang terinfeksi kepada orang lain dapat dihentikan oleh mencuci tangan sering dan
hati-hati dengan sabun.
tindakan pencegahan keamanan pangan dasar dan desinfeksi air minum mencegah shigellosis
dari makanan dan air dan orang-orang dengan Shigellosis tidak harus menyiapkan makanan
atau minuman untuk orang lain sampai mereka telah terbukti tidak lagi membawa bakteri
Shigella, atau jika mereka tidak memiliki diare selama setidaknya 2 hari. Pada berenang
pantai, memiliki cukup kamar mandi dan cuci tangan dengan sabun stasiun dekat daerah

16
renang membantu menjaga air dari menjadi terkontaminasi. pusat penitipan tidak
menyediakan area bermain air.

5. Polio
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang hidup di tenggorokan dan
saluran usus. Hal ini paling sering menyebar melalui kontak dengan tinja orang yang
terinfeksi dan juga dapat menyebar melalui / sekresi hidung lisan
Sekitar 95% dari orang yang terinfeksi dengan polio akan tidak memiliki gejala. Sekitar 4-8%
dari orang yang terinfeksi mengalami gejala ringan, seperti demam, kelelahan, mual, sakit
kepala, gejala seperti flu, kekakuan pada leher dan punggung, dan nyeri pada anggota badan,
yang sering menyelesaikan sepenuhnya. Kurang dari 1% dari kasus polio menyebabkan
kelumpuhan permanen anggota badan (biasanya kaki). Dari mereka lumpuh, 5-10% die
ketika kelumpuhan menyerang otot-otot pernapasan. virus menyerang jaringan limfoid lokal,
memasuki aliran darah, dan kemudian dapat menginfeksi sel-sel dari sistem saraf pusat.
Replikasi virus polio dalam neuron motorik anterior horn dan batang otak mengakibatkan
kerusakan sel dan menyebabkan manifestasi khas poliomyelitis.
Tingkat kematian meningkat dengan bertambahnya usia.
Kurang dari 1% dari semua infeksi polio menyebabkan kelumpuhan lembek. gejala lumpuh
umumnya mulai 1 sampai 10 hari setelah gejala prodromal dan kemajuan selama 2 sampai 3
hari. Umumnya, ada kelumpuhan lanjut terjadi setelah suhu kembali normal. Gejala
tambahan dapat mencakup hilangnya refleks superfisial, awalnya meningkat refleks tendon
dalam dan nyeri otot parah dan kejang pada tungkai atau kembali. Penyakit ini berkembang
menjadi Flaccid Paralysis dengan berkurangnya refleks tendon dalam, mencapai dataran
tinggi tanpa perubahan bagi hari minggu, dan biasanya asimetris. Kekuatan kemudian mulai
kembali. Pasien tidak mengalami kerugian sensorik atau perubahan kognisi. Banyak orang
dengan poliomyelitis paralitik sembuh sepenuhnya dan, di sebagian besar, fungsi otot
kembali untuk beberapa derajat. Kelemahan atau kelumpuhan masih menyajikan 12 bulan
setelah onset biasanya permanen.

6. Tuberkulosa TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
17
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.

7. Kolera

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan
oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat,
akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan
masuk pada kondisi dehidrasi.

Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan
asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila
penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,
Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal
saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).

18
Penyebaran Penularan Penyakit Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik,
epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan,
namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern.
Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia,
bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka
orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan
air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang
bermukim disekitarnya.

Gejala dan Tanda Penyakit Kolera


Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.

8. Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen
penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut,
hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis

9. Alergi karena kecoa

Kehadiran kecoa bisa menjadi penyebab potensial untuk keracunan makanan dan reaksi
alergi.

Alergen Kecoa

Pada tempat yang sesuai, kecoa mampu berkembang biak dengan cepat. Inilah sebabnya,
seekor kecoa yang masuk ke dalam rumah bisa berjumlah berlipat dalam waktu singkat.
Kecoa menghasilkan air liur, kulit kering, kotoran, telur, dll yang berpotensi menjadi alergen
(penyebab alergi). Sisa kecoa mati yang berubah menjadi serpihan juga bisa beterbangan dan
tercampur dengan udara di sekitar rumah. Ukuran alergen kecoa berkisar 10-200 mikron.

19
Protein dalam alergenlah yang bertanggung jawab memicu reaksi kekebalan tubuh yang
menyebabkan alergi.

Respon Imun

Sebagian besar orang tidak terpengaruh oleh alergen kecoa, namun sebagian yang lain
mungkin akan terpengaruh. Saat seseorang sensitif terhadap alergen, tubuh akan
memperlakukan alergen sebagai zat berbahaya yang tidak diinginkan dan mulai memproduksi
antibodi untuk melawan serangan tersebut. Imunoglobulin E (IgE) adalah antibodi spesifik
yang dihasilkan untuk melawan alergen. Antibodi ini menempel pada sel mast dalam hidung
dan menghasilkan reaksi alergi saat alergen masuk ke dalam tubuh. IgE akan mengikat
alergen dan memicu pelepasan histamin yang menyebabkan gejala alergi.

Gejala

Gejala alergi kecoa termasuk:


Hidung gatal dan berair
Tenggorokan gatal
Hidung tersumbat
Batuk
Bersin
Ruam
Rhinoconjunctivitis
Iritasi mata dan mata berair
Munculnya asma
Prosedur Diagnostik

Untuk menguji alergi kecoa, tes kulit dilakukan di mana kulit digores dengan alergen kecoa
untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi.
Kulit orang yang alergi akan berwarna kemerahan, bengkak, dan gatal.
Selain itu, tes IgE bisa dilakukan untuk mengkonfirmasi alergi pada individu.

20
Penanganan

Alergi kecoa bisa dihindarkan dengan memastikan rumah terbebas dari serangga ini.
Teknik pembersihan yang tepat dapat membantu mencegah perkembangbiakan kecoa
sehingga mengurangi kandungan alergen di dalam rumah.
Imunoterapi alergi bisa digunakan dalam beberapa kasus untuk mengobati gejala yang terkait.
Konsultasikan dengan dokter saat Anda menduga mengalami alergi kecoa untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.

21
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan habitatnya di tempat-tempat kotor, maka kecoa ini dapat
menularkan penyakit seperti penyakit perut, cacingan dsb, juga menimbulkan bau tidak
enak di hidung bila kita tidak tahan dengan kontraksi bisa saja menyebabkan muntah
pada manusia karena habitatnya ini.

Penularan terjadi ketika lingkungan kita dalam keadaan lembab dan gelap dimana
sangat disukai oleh kecoak oriental. Kemungkinan penularan semakin tinggi mulai dari
kontak langsung hingga di udara, Blatta orientalis memiliki ANTI-KOLINERGIK dan
spasmolitik aktivitas dan dapat digunakan secara khusus dalam AKUT (status asmatikus)
dan intrinsik (istimewa) ASMA. Penularan ini semakin tinggi karena blatta orientalis
membawa organisme seperti Salmonella typhi menyebabkan tipus, Entamoeba
histolytica menyebabkan amoebiasis, Shigella dysenteriae menyebabkan disentri, dan
berpotensi juga virus polio yang bertanggung jawab untuk polio. Spesies lain yang sering
dibawa adalah Proteus spp., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermalis,
Streptococcus faecali, dan Escherichia coli.

Kebersihan lingkungan sangat penting diterapkan, mencuci tangan sebelum dan


setelah melakukan sesuatu juga menyemprotkan pembasmi serangga secara rutin bila
perlu. Sehingga kecoak tidak bersarang di tempat tinggal kita.

3.2 Saran
Saya menyarankan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi mahasiswa agar kita mengetahui lebih banyak tentang
Blatta Orientalis, serta penyebabnya agar kita dapat mencegah sebelum mengobatinya.
sehingga dapat menginformasikan kepada masyarakat luas tentang bahaya dari Blata
orientalis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Robinson, William H. (14 April 2005). Urban Insects and Arachnids: A Handbook of Urban
Entomology. Cambridge University Press. p. 51.

Arnett, Jr., Ross H. (28 July 2000). American Insects: A Handbook of the Insects of America
North of Mexico, Second Edition.

McCanless, Kim. "Featured Creatures Oriental Cockroach". University of Florida.


Retrieved 27 April 2014.

https://www.researchgate.net/post/Why_is_Blatta_orientalis_Indian_Cockroach_used_in_ho
meopathic_formulation_to_treat_Asthma_What_is_the_active_principle

http://www.smsl.co.nz/Pests/Can+Cockroaches+Cause+Disease.html
http://www.terrain.net.nz/friends-of-te-henui-group/local-insects/native-bush-
cockroach.html
http://www.ipm.ucdavis.edu/PMG/PESTNOTES/pn7467.html
http://www.orkin.com/cockroaches/
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
http://www.cdc.gov/parasites/amebiasis/
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/shigellosis/
http://www.cdc.gov/polio

23

Anda mungkin juga menyukai