Gastroentritis
Gastroentritis
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah diare atau gastroenteritis merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia,
bahkan bisa mengakibatkan kematian khususnya pada anak anak dan balita. Sudah
selayaknya semua sector wajib untuk memperhatikan masalah ini.
Penyakit gastroenteritis biasanya terjadi karena kurangnya sanitasi lingkungan, pola hidup
dan makanan. Penderita gastroenteritis yang terlalu lama dapat menyebabkan dehidrasi berat
dan akhirnya menyebabkan kematian.
Tindakan pemberian oralit atau air tajin adalah tindakan awal pada pasien gastroenteritis
selama diare. Penderita harus tetap diberi minum untuk mencegah terjadi dehidrasi dan
mengakibatkan kejang. Untuk itu bila diare terjadi lebih dari lima kali, babnya air, ampas,
bau busuk, langsung dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Tindakan yang harus diambil apabila ada penderita diare
1. Promotif
Tindakan memotivasi kepada ibu penderita untuk tetap memberi oralit atau asi selama terjadi
diare.
2. Preventif
Keluarga penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat penderita diare, bila ada anak yang minum susu , botol susu harus dicuci bersih dulu
lalu direbus dengan air mendidih untuk membunuh kuman kumannya.
3. Kolaboratif
Tindakan untuk menganjurkan agar penderita dirawat di rumah sakit.
Bila penderita sudah dirawat di rumah sakit tim perawat akan berkolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian obat obatan.
4. Rehabilitatif
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan sehingga tidak terjadi lagi diare.
Berdasarkan data di atas, maka penulis merasa penting untuk memperdalam tentang proses
penyakit diare dan cara perawatan diare di rumah, masyarakat dan di rumah sakit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1
struktur pada berbagai sistem tubuh dengan mengaplikasikan ilmu keperawatan,
medis dan berbagai ilmu terapan lain yang terkait.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien An. G dengan gangguan sistem
Gastrointestinal di bangsal Flamboyan RST dr.Soedjono Magelang
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien An. G dengan gangguan
sistem Gastrointestinal di Flamboyan RST dr.Soedjono Magelang
c. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien An. G dengan gangguan
sistem Gastrointestinal di di bangsal Flamboyan RST dr.Soedjono Magelang
d. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada klien An. G dengan gangguan
sistem Gastrointestinal di bangsal Flamboyan RST dr.Soedjono Magelang
e. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien An. G dengan
gangguan sistem Gastrointestinal di bangsal Flamboyan RST dr.Soedjono
Magelang. Dan membahas kesenjangan pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan
cara membandingkan teori dengan pelaksanaan dilapangan dan mencari alternatif
pemecahan masalah.
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung
dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah.
B. KLASIFIKASI GASTROENTERITIS
Klasifikasi gastroenteritis menurut Kapita Selekta edisi 3, 2009:
a. Gastroenteritis koleriform
Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan.
b. Gastroenteritis degentriforin
Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica
Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan
akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus
sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik dan peningatan
motilitas usus. Ini menyebabk5an banyak air dan mineral terbuang karena
waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat
mengalami dehidrasi.
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan
3
Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh
dalam keadaan preshock.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek,
serak, penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau shock nadi
cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Perhitungan balance
1) Urine
2) IWL
3) Feses
4) Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT
Catatan:
C. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
4
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang
mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso
membawa, dan , phagus memakan).Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
5
bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
6
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
7
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus
besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
8
tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan aberakhir di ligamentum
Treitz.
D. ETIOLOGI
Etiologi menurut Sudaryat Suraatmaja (2013) :
1. Faktor Infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus
entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
9
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda Gejala , Ngastiyah (2012) :
Diare (BAB, lember, cair)
a. Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam
perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan
tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan dan Iodium ke rongga usus.
b. Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder ait dan elektrolit.
Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif
sekunder untuk merangsang mukosa usus
c. Perubahan mobiliti
g. Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan
osmotik mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
h. Gelisah dan rewel
10
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan
penderita sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak
homeostasis dalam tubuh.
11
i. Kesadaran menurun
Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang
mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan
nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah,
disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan
tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan
mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan
sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga
pusat kesadaran hipotalamus terganggu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi
H. PENATALAKSANAAN UMUM
Penatalaksanaan Diare Akut pada anak :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama
Cara menilai menilai derajat dehidrasi:
a) Kehilangan berat badan
2,5 % tidak ada dehidrasi
2,5 5 dehidrasi ringan
5-10% dehidrasi sedang
> 10% dehidrasi berat
2. Skor Maurice King
12
Turgor Normal Sedikt kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
UUB Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering,sianosis
Denyut nadi Kuat < 120x/menit Sedang (120-140) Lemah >140
Keterangan:
Skor:
13
a) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral:
b) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
c) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia
di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
d) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono,2013) dalam Wicaksana, 2011).
1. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan
pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic
untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin
500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atau IV).
2. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2
4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup
aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
14
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
I. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
J. FOKUS PENGKAJIAN
(Suriadi, 2011):
1. Kaji riwayat diare
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun. Turgor kulit, mata, membran mukosa bibir mulut.
3. Kaji tinja, jumlah, warna, bau, konsistensi, dan waktu buang air besar
4. Kaji intake dan output ( pemasukan dan pengeluaran)
5. Kaji berat badan
6. Kaji tingkat aktivitas anak
7. Kaji tanda-tanda vital
K. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a) Awal serangan : adanya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
b) Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada
bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
15
b. Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan
penurunan berat pada pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernafasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen
Palpasi : turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus
Pemeriksaan tumbuh kembang
Pemeriksaan penunjang
L. DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebih.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis, dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.
M. INTERVENSI
FOKUS INTERVENSI
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebih.
Tujuan : - Mempertahankan volume cairan adekuat
- Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria Hasil : - Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :
16
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respons
terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional: Populasi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi
air volume sirkulasi yang rendah menyebabkan kekeringan membran
mukosa dan rasa haus. Urine yang pekat telah meningkatkan berat
jenis.
c. Pantau masukan dan haluaran
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk sering memberikan minum yang
banyak.
e. Rasional : Minuman berkarbonat menggantikan natrium dan kalium
yang hilang pada diare dan muntah.
f. Kolaborasi berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
g. Awasi hasil laboratorium, contoh : elektrolit (khususnya kalium,
magnesium dan GDA
Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
17
e. Kolaborasi:
- Pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional: Mengistirahatkan kerja gastrountestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.
- Berikan obat sesuai indikasi
Rasional: Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan
memberikan penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas
gaster.
18
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antikolinergik sesuai indikasi.
Rasional: Analgetik sebagai agent anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus gastrointestinal dapat diberikan sesuai indikasi
klinis.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit prognosis dan pengobatan.
Tujuan: Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria Hasil:
a) Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien
b) Ekspresi wajah tenang
c) Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang penyakit klien
Intervensi:
a. Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit
Rasional: Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu.
b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
Rasional : Memberikan informasi tentang pengetahuan keluarga
c. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pankes
Rasional: Memberikan informasi kepada keluarga tentang penyakitnya
d. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan dapatkerjasama dalam
program
e. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan dapat kerjasama dalam
program
19
Rasional: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat.
20
BAB III
A DATA UMUM
1 Nama Inisial Klien : An. G
2 Umur : 1 tahun
3 Alamat : Wates Prontaan
4 Pekerjaan :-
5 Agama : Islam
6 Tanggal Masuk RS : 5 Desember 2016
7 Nomor RM : 137555
8 Bangsal : Flamboyan
Riwayat Imunisasi :
21
Oleh :
Komplikasi : t.a
Hepatitis B Umur : 0 Umur : Umur :
Oleh : Bidan Oleh : Oleh :
Komplikasi : t.a Komplikasi : Komplikasi :
DPT Umur :1,5 bulan Umur : Umur :
Oleh : Bidan Oleh : Oleh :
Komplikasi : t.a Komplikasi : Komplikasi :
Polio Umur : 0 Umur : Umur :
Oleh : Bidan Oleh : Oleh :
Komplikasi : t.a Komplikasi : Komplikasi :
Campak Umur : 9 Bulan
Oleh : Bidan
Komplikasi : t.a
Imunisasi lain yang Jelaskan : -
pernah dijalani
22
B PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1 HEALTH PROMOTION
23
No Pola Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
.
2. NUTRISI - 3x sehari dengan - 3x sehari dengan porsi
porsi sedang , sedang, bubur, sayur, ASI
bubur , sayur , ASI
3. ELIMINASI - BAB : 1-2x sehari - BAB : 4-8 kali dengan
dengan karakteristik diare cair
konsistensilunak dan ence, tidak berbusa , tidak
berwarna kuning ada lendir
- BAK : 6-8 kali - BAK : 6-7 kali perhari
perhari (650cc) (600 cc) berwarna kuning
warna kuning jernih jernih
4. ACTIVITY - Keluarga klien - Keluarga klien
mengatakan jam mengatakan jam tidur
tidur klien : Siang klien : Siang (11.00-13.00)
(11.00-13.00) , , Malam (20.00-04.00)
Malam (20.00- tetapi sering terbangun dan
05.00) rewel
5. PERCEPTION/COGNITION:
a. Orang Tua menerima penyakit klien dengan ikhlas dan
menganggapnya sebagai cobaan.
b. Klien mengatakan kurang paham mengenai penyebab penyakit
anaknya.
6. SELF PERCEPTION
Orang Tua klien mengatakan merasa takut dan cemas jika tidak terobati
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Keluarga klien mnegatakan diperlakukan baik dengan tenaga medis
disini.
b. Hubungan antara orang tua dan tenaga medis baik.
c. Hubungan dengan anggota keluarga baik.
8. SEXUALITY
data tidak terkaji
24
9. COPING/SETRESS TOLERANCE
Orang Tua selalu membujuk anaknya jika rewel, dan jika penyakit
tidak bisa disembuhkan akan berupaya mencari rumah sakit yang bisa
menanganinya lebih baik.
11. SAFETY/PROTECTION
a. Orang tua mengatakan untuk menjaga anaknya ibu klien selalu
mendampinginya disebelah klien dan kadang bergantian dengan
ayahnya.
b. Pengaman disebalah tempat tidur sangat berguna dengan baik
c. Terdapat selimut untuk mengatasi cuaca dingin
12. COMFORT
a. Ibu klien mengatkan sangat tidak nyaman dengan proses kelahiran
anaknya pada saat itu, karena kelahiran anak pertama.
b. Tampak penampilan psikologis orang tua tenang.
c.
13. GROWTH/DEVELOPMENT
Data tidak terkaji
Mata
Pupil isokor : Iya
Reflek cahaya : Iya
Sklera ikterik : Tidak
Conjungtiva anemis : Iya
Tampak cowong
Telinga
25
Cerunen : Tidak ada
Hidung
Nafas cuping hidung : Tidak
Terpasang alat bantu nafas : Tidak
Bibir dan Mulut
Sianosis : Tidak
Sariawan : Tidak ada
Mukosa bibir : Kering
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid ( gondok ) : Tidak ada
Limfonodi ( kelenjar limfe ) : Tidak
4 Thorak
a Pre-kardium ( lapirsam luar dinding dada yang melindungi organ jantung )
Inspeksi
Tidak tampak Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5
Palpasi
Teraba Ictus cordis teraba di intercosta 4-5
Perkusi
Redup
Auskultasi
Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup)
b Pulmonal
Inspeksi
Tidak ada Retraksi
Tampak Simetris kanan kiri
Tampak Ekspansi dada kanan kiri sama
Palpasi
Tidak ada Krepitasi
Vocal fremitus kanan kiri sama
Perkusi
Sonor
Auskultasi
Vesikuler
5 Abdomen
a Inspeksi
Datar/Cembung
b Auskultsi
Peristaltik : 40 x/menit
c Palpasi
26
Tidak ada Masaa :
Turgor kulit tampak kurang elastis
d Perkusi
Adanya distensi abdomen
6 Ekstremitas
a Superior (atas)
Edema : tidak ada
Nadi : 148 x/menit
Palmar : kemerahan
Kekuatan otot : lemah
CRT <3 detik : Ya
Reflek fisiologi : (+/+)
Reflek patologis : (+/+)
Deformitas ( kelainan bentuk) : tidak
b Inferior (bawah) :
Edema : Tidak ada
Akral : dingin
Kekuatan otot : 148x/ menit
Reflek patela : (+/+)
Reflek patologis : (+/+)
7 Pengkajian Nutrisi
Hari/Tanggal
a. A ( Antropometri ) :
BB : 7,5 kg
TB : 67cm
LK : 45cm
LD : 58cm
LL : 16cm
IMT : BB/2+3 = 7,5/2+3 = 6,75
b. B ( Biochemical ) :
c. C ( Clinical ) :
- Rambut bersih , warna hitam.
- Turgor kulit kurang elastis
- Mukosa bibir kering
- Conjungtiva anemis
- Sklera putih
27
d. D ( Diet)
Klien mendapatkan makanan berupa bubur dari Rumah sakit. Tetapi tidak
mampu menghabiskan , setiap diberi makanan 3 sendok langsung muntah.
e. E ( Energy)
Kemampuan klien saat di Rumah Sakit cukup lemah.
f. F ( Factor) :
Diare lebih dari 5x perhari sudah 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keterangan :
- Skor
0-2 Dehidrasi ringan
28
3-6 Dehidrasi sedang
7-12 Dehidrasi berat
- Pada anak-anak Ubun-ubun Besar sudah menutup
- Untuk kekenyalaan kulit :
1 detik : dehidrasi ringan
1-2 detik : dehidrasi sedang
>2 detik : dehidrasi berat
ANALISA DATA
29
- Tidak ada Masaa :
- Turgor kulit tampak kurang elastis
d Perkusi
- Adanya distensi abdomen
30
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DO :
- KU : Lemah
- Mukosa bibir kering
- N : 145/menit
- S : 36C
- RR : 36x/menit
31
8 Turgor sedikit kurang (1)
9 Mata sedikit cekung (1)
10 Ubun-ubun : Normal (0)
11 Mulut : Sedikit kering (1)
12 Denyut Nadi lemah >140 (2)
6 DS : Ketidakmampua Kekurangan II
Januari n mengabsorbsi Nutrisi
- Ibu Klien mengatakan nafsu
2017 makanan
makan menurun karena setiap
11.00
dikasih makan muntah.
- Ibu klien mengatakan BB
sebelumnya 8 kg
DO :
INTERVENSI
Tgl
Jam
6 Januri Kekurang Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Hipotensi,
32
2017 an volume tindakan keperawatan tanda vital takikardia,
cairan selama 2 x 24 jam demam dapat
11.00
berhubung diharapkan dapat menunjukkan
an dengan ,empertahankan volume respons
Kehilanga cairan adekuat dan devisit terhadap
n cairan cairan dan elektrolit dan/atau efek
aktif teratasi dengan kehilangan
cairan.
Kriteria Hasil : b. Populasi feses
b. Observasi tanda- yang cepat
- Membran mukosa tanda dehidrasi melalui usus
lembab
mengurangi
- Turgor kulit baik
- Masukan dan absorbsi air
haluaran seimbang volume
sirkulasi yang
rendah
menyebabkan
kekeringan
membran
mukosa dan
rasa haus.
Urine yang
pekat telah
meningkatkan
berat jenis.
c. Berikan dan c. Minuman
anjurkan keluarga berkarbonat
untuk sering menggantikan
memberikan natrium dan
minum yang kalium yang
banyak. hilang pada
diare dan
muntah.
d. Mempertahan
33
d. Kolaborasi kan istirahat
dengan dokter usus akan
dalam memerlukan
Pemberian obat
penggantian
dan cairan
cairan untuk
parenteral.
memperbaiki
kehilangan
cairan.
34
IMPLEMENTASI
- DS : Klien mampu
melakukannya
13.00
memberikan banyak
minum
DO: Tampak
c Memberikan dan melakukan anjuran
35
anjurkan keluarga memberikan minum
- DS :
untuk sering
Keluarga mengatakan
memberikan
diare sudah berkurang
minum yang
menjadi 4x sehari
banyak
tanpa disertai muntah.
- DO :Tampak lebih
tenang
d Mengkolaborasi
dengan dokter
dalam
Pemberian obat
dan cairan
rehidrasi (D5 +
Ns)
36
37
EVALUASI
Dan Jam
7 Januari Kekurangan S : Keluarga mengatakan diare
2017 volume berkurang menjadi 4x sehari
cairan
O : Tampak lebih tenang
berhubunga
n dengan
Nasi : 132x/menit
Kehilangan
cairan aktif Suhu : 36C
RR : 30x/menit
Tingkat dehidrasi :
P : Lanjutkan Intervensi
38
rehidrasi.
39
IMPLEMENTASI
40
tanpa disertai muntah.
- DO :Tampak lebih
tenang
8 Januari Gangguan a. Mengkaji pola - DS : Keluarga
2017 kebutuhan Nutrisi mengatakan klien mau
Jam :
nutrisi kurang makan tetapi sedikit.
10.30 - DO : Tampak lebih
dari
menyukai minum ASI
kebutuhan
- DS : Klien kooperatif
11.30
tubuh b. Menimbang berat - DO : 7,5kg
12.30
- DS : Keluarga
berhubungan badan Klien
c. Menganjurkan mengatakan klien mau
dengan mual
kepada keluarga makan tetapi hanya
dan muntah.
13.30 untuk memberikan sedikit.
- DO : Tampak mau
makan kecil tetapi
diberi bubur tetapi
sering
sedikit
41
EVALUASI
Dan Jam
9 Januari Kekurangan S : Keluarga mengatakan diare tidak
2017 volume diare
cairan
O : Tampak lebih tenang
berhubunga
n dengan
Nasi : 122x/menit
Kehilangan
cairan aktif Suhu : 36C
RR : 30x/menit
Tingkat dehidrasi :
Skor dehidrasi : 0
P : Lanjutkan Intervensi
42
dari muntah lagi setaip dikasih makan
- O : Tampak mau makan tetapi
kebutuhan
sedikit
tubuh
BB : 7,5kg
berhubungan Tampak sudah tidak muntah saat
dengan mual di beri makan ibu
- A ; Masalah teratasi sebagian
dan muntah.
- P : Lanjutkan intervensi dalam
pemberian makan sedikit tapi
sering
43
BAB IV
PEMBAHASAN
1 Pengkajian
Saat pengkajian pada An G tidak mendapat kesulitan karena informasi juga didapat dari
keluarga klien dimana informasi didapatkan langsung melalui wawancara, observasi,
tindakan medis dan keperawatan.
2 Diagnosa Keperawatan
Secara konsep tedapat tiga diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang
mengalami gastroenteritis yaitu :
2. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual
dan muntah
3 Implementasi Keperawatan
Pada tahap perencanaan dan tindakan keperawatan menurut diagnosa keperawatan yang
muncul pada An G disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kemampuan klien serta
disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia diruangan.
4 Evaluasi
Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja. Diare juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
B. SARAN
Diharapan mahasiswa lebih banyak lagi mengembangkan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan sehingga kedepannya ilmu kesehatan terutama ilmu keperawatan lebih maju.
45
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta: Media
Aesculapius.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama
46