Anda di halaman 1dari 5

ETIOLOGI, MANIFESTASI KLINIS, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ULSERASI

MUKOSA MULUT PADA INDIVIDU DENGAN INFEKSI HIV

OLEH DRG TRI SOEPRIHATI

NIP. 196910282005012006

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
ISI :

1. Infeksi virus
A.Infeksi virus herpes simpleks (HSV)
B.Infeksi virus varicella zoster (VZV)
C.Infeksi Citomegalovirus (CMV)

2. Infeksi bakteri

A.Tuberkulosis

B.Sifilis

C.Necrotizing Ulcerative stomatitis (NUS)

3. Infeksi jamur

Kandidiasis akut

4. Infeksi jamur dalam

5. Neoplasma

Sarkoma Kaposi

6. Limfoma non Hodgkin (NHL)

7. Ulcerasi karena obat obatan

8. Ulcerasi Mulut idiopatik

A. Stomatitis Aftosa rekuren minor

B. Stomatitis aftosa mayor

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Sejak kemuculannya sampai sekarang telah dus dasawarsa penyakit infeksi HIV menjadi
pandemic dengan membawa korban jutaan manusia terserang AIDS dan masih banyak lagi yang
menjadi pengidap virus HIV. Diramalkan asia akan menduduki tempat teratas menggantikan posisi
Afrika sebagai benua dengan penduduk terbanyak menderita infeksi HIV. Indonesia sebagai salah
satu Negara di wilayah asia tenggara tentunya tidak akan lepas dari situasi tersebut. Gambaran
infeksi HIV di Indonesia yang tercatat dalam laporan Depkes sampai dengan akhir juli tahun 2000
adalah 380 orang menderita AIDS, 961 pengidap HIV yang mana DKI Jakarta tetap menjadi propinsi
dengan penerita terbanyak, diikuti oleh Irian Jaya di tempat kedua.

Perjalanan peyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS akan memunculkan berbagai macam
gejala maupun manifestasi penyakit infeksi oportunis dan keganasan. Rongga mulut tidak terlepas
sebagai bagian dari system organ tubuh, juga mengalami gejala gejala dan memunculkan
manifestasi penyakit akibat melemahnya imunitas tubuh. Tulisan ini menginformasikan kepada
kalangan dokter gigi tentang manifestasi mulut berupa ulserasi yang dapat timbul pada individu
terinfeksi HIV.

Dengan informasi ini diharapkan para dokter gigi mempunyai wawasan yang benar tentang lesi
ulserasi yang timbul pada penderita, serta dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat dan
rasional.

Lesi mulut yang paling banyak timbul pada penderita infeksi HIV adalah bentuk ulcer, dapat
single atau multiple. Lesi ini seringkali sulit dibedakan karena bentuknya yang hampir mirip antara
satu penyakit karena serangan HIV. Infeksi oportunis di rongga mulut juga akan dialami oleh
pengidap HIV terutama yang sudah mengidap AIDS. Penyebab infeksi oprtunis bermacam
jenisnya, bias karena jamur, bakteri, parasite dan virus. Infeksi oportunis ini tidak semua
merupakan infeksi baru . Sebagian adalah infeksi endogen atau infeksi laten yang karena
melemahnya imunitas tubuh mendapat kesempatan untuk mengalami reaktifasi sehingga
berkembang menjadi penyakit.

1. INFEKSI VIRUS
1.1. Infeksi virus herpes simpleks (HSV)
Pada orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, infeksi HSV-1 maupun HSV-2
memunculkan gejala yang agresif dan parah, dengan didahului oleh gejalaprodromal
yang lebih berat dibandingkan dengan populasi umum, dan respon penyembuhannya
lebih lambat. Gejala sistemik yang mendahului lesi meliputi : demam, malaise,
limfadenopati cervical. Sedangkan gejala dimulut berupa ulserasi multiple dan rasa
nyeri yang menonjol terutama pada lesi linear gingival eritema. Distribusi lesi ulser
dapat meliputi seluruh mukosa mulut termasuk mukosa yang berkeratin (attached
gingiva,, palatum durum, alveolar ridge ).
Gambaran lesi berupa ulser kecil ( 1 mm ), multiple, dangkal, bulat atau lonjong,
beberapa lesi yang berdekatan dapat menyatu membentuk lesi lebih besar dengan tepi
yang tidak teratur, ditutupi pseudomembran putih abu abu yang terasa nyeri.
Umumnya lesi sembuh dalam 7-10 hari, tetapi pada pasien imunokompromis menjadi
lebih dari 3 minggu.
Diagnosis ditagakkan selain dari gejala subyektif dan obyektif, perlu pula pemeriksaan
penunjang yaitu histopatologis dengan menemukan sel berinti banyak dan adanya
degenerasi balon. Untuk membedakan antara HSV-1 dan HSV-2 membutuhkan waktu
lama berhubung perlu dilakukan identifiksi virus melalui kulter atau tes antibody
monoclonal. Beberapa literature melaporkan bahwa ulcerasi karena HSV-2 cenderung
lebih umum dalam rekurensinya, dan lebih sering resisten terhadap terapi antivirus.
Terapi infeksi HSV baik yang rekuren intra oral maupun rekuren herpes labialis yang
luas perlu diberikan antivirus sistemik yang adekuat. Untuk itu diberi asiklovir dengan
dosis 5 kali 200 mg perhari selama tujuh sampai sepuluh hari. Untuk keadaan dimana
HSV mengalami resisten terhadap asiklovir, maka obat dapat diganti dengan Gansiklovir
atau dengan foskarnet. Masalahnya obat obat ini lebih besar efek samping yang dapat
ditimbulkan dibandingkan asiklovir.

1.2. Infeksi Virus Varicella Zoster (VZV)


Komplikasi oleh virus VZV umum terjadi pada penderita imunokompromis khususnya
HIV/AIDS. Virus ini mampu menimbulkan kondisi yang parah dan dapat mengancam
jiwa pasien, terutama bagi yang kondisi imunnya sudah sangat rendah (<200 sel/mm3).
Komplikasi ini bukan merupakan infeksi primer, tetapi merupakan reaktivasi VZV laten
yang sembunyi pada ganglion saraf, karena rendahnya imunitas tubuh, virus mendapat
kesempatan mucul kembali dan menimbulkan sakit kedua (primernya varicella)
Gejala yang timbul berupa vesikel bergerombol yang segera pecah menjadi ulserasi
kecil multiple, dangkal dengan dasar kemerahan , sangat nyeri, distribusinya sesuai
dengan cabang sensoris yang terkena dan unilateral. Saraf yang paling sering sering
terkena pada daerah leher / kepala adalah nervus V dan VII, sehingga lesinya dapat
menyebar ke rongga mulut dan kulit wajah. Diagnosisnya relative mudah ditegakkan
dengan melihat cirinya yang khas yaitu distribusinya yang unilateral segmental.
Pemberian obat untuk VZV perlu sesegera mungkin untuk mencegah lesi lebih meluas.
Dapat diberi asiklovir dengan dosis 800 mg lima kali sehari

Anda mungkin juga menyukai