Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

MEMBUAT KERAJINAN BATIK DAN PEMANFAATAN

BOTOL BEKAS SEBAGAI TEMPAT PENSIL

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:

YOLENTA NANDYS A.S

NIM. 150070300011046

KELOMPOK 14

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

MEMBUAT KERAJINAN BATIKDAN PEMANFAATAN

BOTOL BEKAS TEMPAT SEBAGAI TEMPAT PENSIL

DI BENGKEL ARTIS KECAMATAN BANTUR

Diajukan Untuk Memenuhi Kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh :

YOLENTA NANDYS A.S

NIM. 150070300011046

Telah diperiksa kelengkapannya pada :

Hari :

Tanggal : Agustus 2016

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik Perseptor Akademik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M. Kes Ns. Retno Lestari, S.Kp, MN

NIP. 19681009 1999003 1003 NIP. 19800914 200502 2001


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk holistic dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan
komunitas.Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan
strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan individu diantaranya perubahan nilai
budaya, perubahan system kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar
idealism dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental
emosional. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut,
akibatnya akan menimbulkan ketegangan atau stress yang berkepanjangan sehingga
dapat menjadi factor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit.
Factor yang dapat mempengaruhi stress adalah pengaruh genetic, pengalaman masa
lalu dan kondisi saat ini (suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stressor psikologis.Yang
merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan
dalam kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi
dalam mengulangi stressor tersebut.Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik
sering kali hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun.Hal ini yang
dapat menyebabkan pasien dikucilkan dalam masyarakat, pikiran terbawa dalam
baying-bayang dari dalam pikiran sehingga menyebabkan halusinasi.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa
dengan halusinasi adalah terapi aktivitas kelompok dengan membuat kerajinan Batik.

1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK membuat batikyaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam
melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus. Tujuan
khususnya adalah :
1. Peserta mampu memperkenalkan diri
2. Peserta mampu membuat kerajinan batik dan tempat pensil dari botol bekas
3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang
telah dilakukan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan agar mempunyai kemauan
dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan klien.
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi
pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidkan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental
Health Nurse yang optimal pada klien.
1.3.4 Manfaat Bagi Puseksmas Bantur
Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistic pada pasien
sehingga diharapkan keberhasilan terapi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2012). Menurut videbeck (2008) gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.

B.Proses Terjadinya Masalah


Lama Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart & Sunden, 2006). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 2012).Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.Jika individu sering gagal
maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik
diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi.

Ada tiga jenis transisi peran :


1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan
keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :Situasional, yaitu
terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan
petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung

C.Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (2006); Keliat, B.A (2012)Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kankerRasa bersalah terhadap diri
sendiri.

Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apaGangguan hubungan sosial, seperti menarik
diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.Percaya diri kurang. Klien
sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.Mencederai
diri.Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan.
D.Penyebab

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara:Situasional. Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/
sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive.Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007). Tanda dan Gejalanya :Data subjektif : mengungkapkan
ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa
bila diajak melakukan sesuatu.Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak
sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2000).Tanda dan gejala :Data
Subyektif :Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraanMengungkapkan perasaan
malu untuk berhubungan dengan orang lainMengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan
oleh orang lainData Obyektif :Kurang spontan ketika diajak bicaraApatisEkspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbalBicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat berbicara.
III PohonMasalah

Resiko Perilaku kekerasan

Resiko tinggi menciderai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Perubahan proses
Gangguan persepsi sensori:halusinasi pikir : waham

isolasi

Harga diri rendah Deficit perawatan diri

Koping individu tidak efektif

1.3 Terapi Aktivitas Kelompok


a. Definisi Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok
member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi
dalam kelompok.
b. Tujuan dan Fungsi kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada
konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain,
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium
tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan
dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
c. Jenis terapi kelompok
1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Focus terapi kelompok adalah adalah membuat sadar diri (self-awareness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut :
a) Mencegah masalah kesehatan
b) Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c) Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah
3. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi
seseorang serta meningkatkan respon social dan harga diri.Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, eni, music,
menari, dan literature.Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih
mempersiapkan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.TAK sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK orientasi
realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar
klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien
melakukan stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
BABIII
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI


Karakteristik Klien
a. Klien yang tidak memiliki gangguan fisik
b. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekkannya
c. Klien dengan halusinasi
d. Klien yang mudah diajak berinteraksi
Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat halusinasi
b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik
masalah halusinasi untuk mengikuti TAK

3.2 TUGAS DAN WEWENANG


1. Tugas Leader dan Co-leader
- Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
- Menjjelaskan peraturan dan membuat kontak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hingga akhir
2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi: peringatan lisan atau
dihukum menyanyi, menari, atau menggambar.

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI
SESI 1: Membuat Batik Celup

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori


Sasaran : Pasien HDR
Hari/ tanggal :
Waktu : 45 menit
Tempat :
Terapis:
1. Leader : Yolenta Nandys A.S
2. Fasilitator 1 : Evy Estyana W
3. Fasilitator 2 : Tomi Rinaldi
4. Observer : Rakelli A.Loisoklay
A. Tujuan
Klien dapat kerajinan Batik
Klien dapat menentukan kesesuaian warna dan kreasi
Klien dapat kerajinan tempat pensil
Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
B. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C. Nama Klien
Udin
Nurul
Ahmad Suhendar
D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

K
F L

K K

F O
K

Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
F. Alat
Kain
Karet
Kancing
Kaos polos
Pewarna (wenter)
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca cerita dan menentukan isi cerita.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
b. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau Batu
pada beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan bervariatif;
c. Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih;
d. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu
kemasan Wenter ataupun Wantex;
e. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan
mengaduk larutan hingga merata;
f. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
g. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna,
celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
h. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
i. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan
sebagian pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum
terkena warna pada cairan pewarna lainnya.
j. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki;
k. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas
menggunakan air dingin yang bersih;
l. Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan;
m. Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membuat kerajinan batikserta
mendiskusikannya pada orang lain.
2. Membuat jadwal membuat kerajinan batik

c. Kontrak yang akan datang


1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

I. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
Sensori umum sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah klien dapat menghasilkan
sebuah kreasi kerajinan batik, memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut:

a. Kemampuan verbal

No Aspek yang Dinilai Nama Klien


.
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan alamat
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

b. Kemampuan nonverbal

No Aspek yang Dinilai Nama Klien


.
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:

1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika ditemukan pada
klien atau (-) jika tidak ditemukan.

Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori, klien mampu menghasilkan
kreasi dari stik es krim dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti
sampai selesai, anjurkan klien membuat kreasi dari es krim (buat jadwal).
Bantur, Agustus 2016

Mengetahui,
Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Ns. Retno Lestari, S.Kep., MN Ns. Soebagijono, S.Kep., M.MKes


NIP. 198009142005022001 NIP. 1968109 1999003 1003
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang 65145
Telp.(0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA

Nomor ;
Lamp. :-
Hal : Undangan Terapi Aktivitas Kelompok

Kepada : Yth.
di Tempat

Sehubungan dengan diadakannya Terapi Aktivitas kelompok dengan tema MEMBUAT


KERAJINAN, maka dengan ini kami mengharapkan kehadiran saudara pada :

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Acara : Terapi Aktivitas Kelompok

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan terima kasih.

Bantur, Agustus 2016


Pembimbing

Ns. Soebagijono S.Kep.,M.MKes


NIP. 19681009 199003 1003
.

Undangan Terapi Aktivitas Kelompok


Kepada :
Yth.
...................................
...................................
..............................
Di Bantur
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang 65145
Telp.(0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 Fax (62)(0341) 564755
e-mail: sekr.fk@ub.ac.id http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA

Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan TAK

Nama Kegiatan :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Pengisi Acara :
Jumlah Peserta :
Kronologis Acara :

Pertanyaan :

Evaluasi :

Saran :
Bantur, Agustus 2016
Mahasiswa,

Nurfadila Rasyid
NIM. 150070300011092
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children
with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating
Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita, (Online),
s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses 18 Agustus
2016).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk Anak
Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-untuk-
tunagrahita/, diakses 17 Agustus 2016).
Peshawaria et al. 2009.Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A Study of
Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of Children With Mental
Retardation in India, (Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.html,
diakses pada 20 Agustus 2016).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai