Oleh:
NIM. 150070300011046
KELOMPOK 14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
NIM. 150070300011046
Hari :
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan umum TAK membuat batikyaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam
melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus. Tujuan
khususnya adalah :
1. Peserta mampu memperkenalkan diri
2. Peserta mampu membuat kerajinan batik dan tempat pensil dari botol bekas
3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang
telah dilakukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan agar mempunyai kemauan
dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan klien.
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan strategi
pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidkan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental
Health Nurse yang optimal pada klien.
1.3.4 Manfaat Bagi Puseksmas Bantur
Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistic pada pasien
sehingga diharapkan keberhasilan terapi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2012). Menurut videbeck (2008) gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :Situasional, yaitu
terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan
petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
Menurut Carpenito, L.J (2006); Keliat, B.A (2012)Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kankerRasa bersalah terhadap diri
sendiri.
Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apaGangguan hubungan sosial, seperti menarik
diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.Percaya diri kurang. Klien
sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.Mencederai
diri.Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri
kehidupan.
D.Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara:Situasional. Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/
sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive.Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007). Tanda dan Gejalanya :Data subjektif : mengungkapkan
ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa
bila diajak melakukan sesuatu.Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak
sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2000).Tanda dan gejala :Data
Subyektif :Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraanMengungkapkan perasaan
malu untuk berhubungan dengan orang lainMengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan
oleh orang lainData Obyektif :Kurang spontan ketika diajak bicaraApatisEkspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbalBicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat berbicara.
III PohonMasalah
Perubahan proses
Gangguan persepsi sensori:halusinasi pikir : waham
isolasi
E. MAP
K
F L
K K
F O
K
Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
F. Alat
Kain
Karet
Kancing
Kaos polos
Pewarna (wenter)
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca cerita dan menentukan isi cerita.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
b. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau Batu
pada beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan bervariatif;
c. Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih;
d. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu
kemasan Wenter ataupun Wantex;
e. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan
mengaduk larutan hingga merata;
f. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
g. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna,
celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
h. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
i. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya mencelupkan
sebagian pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain yang belum
terkena warna pada cairan pewarna lainnya.
j. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki;
k. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas
menggunakan air dingin yang bersih;
l. Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan;
m. Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membuat kerajinan batikserta
mendiskusikannya pada orang lain.
2. Membuat jadwal membuat kerajinan batik
a. Kemampuan verbal
b. Kemampuan nonverbal
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika ditemukan pada
klien atau (-) jika tidak ditemukan.
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori, klien mampu menghasilkan
kreasi dari stik es krim dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti
sampai selesai, anjurkan klien membuat kreasi dari es krim (buat jadwal).
Bantur, Agustus 2016
Mengetahui,
Perseptor Akademik Perseptor Klinik
Nomor ;
Lamp. :-
Hal : Undangan Terapi Aktivitas Kelompok
Kepada : Yth.
di Tempat
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Acara : Terapi Aktivitas Kelompok
Nama Kegiatan :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Pengisi Acara :
Jumlah Peserta :
Kronologis Acara :
Pertanyaan :
Evaluasi :
Saran :
Bantur, Agustus 2016
Mahasiswa,
Nurfadila Rasyid
NIM. 150070300011092
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children
with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating
Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita, (Online),
s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses 18 Agustus
2016).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk Anak
Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-untuk-
tunagrahita/, diakses 17 Agustus 2016).
Peshawaria et al. 2009.Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A Study of
Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of Children With Mental
Retardation in India, (Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.html,
diakses pada 20 Agustus 2016).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.