Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI

SIKLUS BIOGEOKIMIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ARIF WICAKSONO
ATIKA MAULINA
ERWANDA EKA PRASTIKA
KURNIA SANI

KELAS DIV.A
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KEMENKES JAKARTA II
TAHUN AJARAN 2014-2015
SIKLUS BIOGEOKIMIA

Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau


senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke
komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi
juga melibatkan reaksi-reaksi kimia hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.

1. Lapisan dari Siklus Biogeochemical


Unsur-unsur kimia dapat ditemukan empat lapisan berbeda: atmospir,
biosphere, geosphere, dan hydrosphere. Atmospir berisi sebagian besar gas dan
aerosol dan mencakup luas dari permukaan bumi sampai ujung ruang angkasa.
Geosphere sebagian besar meliputi tanah, sedimen, dan bebatuan yang tersusun
dari bagian padat dari bumi. Hydrosphere sebagian besar meliputi semua cairan dan
bentuk air beku dan mengalir di atas dan melalui geosphere itu sendiri. Biosphere
terdiri dari dari semua organisme. Jelasnya, kenyataan yang ada jauh lebih
kompleks dibanding dari ini, misalnya empat lapisan tersebut tidak sama satu sama
lain secara eksklusif, tetapi tumpang-tindih satu sama lainnya. Sebagai contoh,
permukaan tanah berisi udara dan pertukaran gas dengan atmospir, sehingga
menyebabkan geosphere dan atmospir saling tumpang-tindih. Sedimen, tanah, dan
aquifers mengandung air, sehingga geosphere dan hydrosphere saling tumpang-
tindih. Debu dari geosphere dan air dari hydrosphere terjadi pada atmospir.
Organisme berada didalam badan air, tanah, aquifers, dan atmospir, sehingga
biosphere tumpang-tindih dengan tiga lapisan lainnya.

Ada empat unsur-unsur yang paling melimpah yang menyusun organisme


yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan Ntrogen (N). Sebagian besar
berasal dari atmospir (C,O,N) dan hydrosphere (H, O). Gas yang paling melimpah
didalam atmospir adalah Nitrogen (N2), Oksigen (O2), dan argon (Ar). Udara kering
berisi 75.5% N2, 23.1% O2, dan 1.3% Ar secara massa (78.3%, 21.0%, dan 0.9%
secara volume). Udara juga berisi uap air (0 sampai 4% secara volume), dan
karbondioksida (CO2, ~ 365 bagian per sejuta secra volume).

2. Ciri-ciri Siklus Biogeokimia


Ada dua siklus abiotik ini, ialah fase atmosfer yang penting, bagi elemen
seperti nitrogen, dan fase sedimen yang penting misalnya bagi fosfor yang relatif
kurang sekali mengikuti fase atmosfer. Siklus biogeokimia yang terjadi dominan
pada fase atmosfer disebut siklus waduk atmosfer dan siklus biogeokimia yang lebih
banyak terjadi pada fase sedimen disebut siklus waduk sedimen. Yang penting, bagi
elemen seperti nitrogen, dan fase sedimen yang penting misalnya bagi fosfor yang
relatif kurang sekali mengikuti fase atmosfer, (Anonim3.2010).

3. Fungsi Siklus Biogeokimia


Fungsi siklus biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan
semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik
komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi
dapat terjaga

4. Macam-Macam Siklus Biogeokimia


a. Siklus / Daur Karbon

Karbon di atmosfer

Diagram dari siklus karbon. Angka dengan warna hitam menyatakan berapa
banyak karbon tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam miliar ton ("GtC" berarti
Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon
berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan
dalam diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon
dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari
seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar,
meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting
dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer
adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau
buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer
telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:

Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah


karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer.
Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan
yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan
yang cepat.

Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO 2
akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO 2 yang larut tersebut akan terbawa
oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih
berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump).

Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang
tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa
organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah
(lihat bagian biological pump).

Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini
tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke
atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO 2
atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana
selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang
sebaliknya (reverse reaction).

Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula,


yaitu:

Melalui pernapasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini


merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian
glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.

Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri
mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan
mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau
menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.

Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang


terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap).
Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri
perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah
tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan
penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.

Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau
kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu
gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang
banyak.

Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut
dilepas kembali ke atmosfer.

Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke


atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang.
Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama
dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan
silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan
hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap
jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari
100.000 tahun.

Karbon di biosfer

Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang
penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur,
biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki
peranan yang penting dalam siklus karbon:

Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri


dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di
sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut
mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar
autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil
autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis.
Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di
hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO 2
+ 6H2O C6H12O6 + 6O2

Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada


organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya
pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri
untuk fermentasi atau penguraian.

Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernapasan atau


respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan
karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C 6H12O6 + 6O2
6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang
terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya
berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk
tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke
atmosfer dalam jumlah yang banyak.

Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati
menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium
karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.

Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh,
penemuan terbaru bahwa rumah larvaceanmucus (biasa dikenal sebagai
"sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak
karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1].
Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap
sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan
dengan mengabaikannya.

Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala


waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian
dan musiman, karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon
dan hingga ribuan tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam
karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan temperatur
yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung memengaruhi
pemanasan global.

Karbon di laut

Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air.
Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat
berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling
dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon
dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2)
berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO 2 memasuki lautan, asam karbonat
terbentuk:

CO2 + H2O H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion
hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:

H2CO3 H+ + HCO3

Model siklus karbon


Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga
reaksi interaktif dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO 2 di masa depan dapat
dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub model
fisika maupun biokimia (khususnya pada sub model terakhir). Model-model seperti
itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif antara temperatur dan
CO2. Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004) menemukan dalam model mereka
bahwa terdapat pemanasan ekstra sebesar 0,6 C (yang sebaliknya dapat
menambah jumlah CO2 atmosferik yang lebih besar).

Yang Terjadi Selama Siklus Karbon

Pelepasan Karbon Dioksida


Ketika tanaman hijau mati, karbohidrat biasanya diuraikan oleh jamur atau
bakteri, sebagai pengurai. Jamur dan bakteri menjalani respirasi, yang
memungkinkan mereka untuk melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai
karbon dioksida.

Pembentukan Bahan Bakar Fosil


Bahan bakar fosil terbentuk pada tanaman hijau atau protista mirip-tumbuhan
(organisme bersel tunggal) yang menjalani fotosintesis dan kemudian mati. Mereka
tenggelam ke dasar laut. Beberapa protista dimakan oleh dekomposer. Seiring
waktu, mereka yang tidak dimakan menjadi apa yang kita kenal sebagai bahan
bakar fosil. Ketika lapisan kaya bahan karbohidrat menumpuk di dasar laut, mereka
tertutup oleh sedimen yang jatuh ke bawah. Seiring waktu, tekanan lapisan
membantu mengubah karbohidrat menjadi minyak dan gas alam.

Batu bara juga merupakan bahan bakar fosil yang terjadi sebagai akibat dari
langkah-langkah siklus karbon, terbentuk saat tanaman mati dalam rawa bukan di
laut. Lingkungan air rawa sangat asam, hangat, dan miskin oksigen, menciptakan
kondisi di mana dekomposer tidak dapat bertahan hidup. Dalam ekosistem ini,
lapisan bahan tanaman undecomposed dibangun, dan tekanan memaksa
hidrokarbon kehilangan atom hidrogen mereka. Hasil akhir dari tekanan ini dari
waktu ke waktu adalah batubara antrasit.

Mengapa Siklus Karbon Penting?


Ketika orang membakar bahan bakar fosil, karbon yang awalnya diambil dari
atmosfer oleh tanaman dilepaskan sebagai karbon dioksida. Atom karbon baru tidak
diproduksi dan diperkenalkan ke atmosfer. Atom karbon yang ada di dunia saat ini
telah ada sejak waktu awal. Atom-atom ini, yang diperlukan untuk mempertahankan
hidup, masih di sini karena mereka telah didaur ulang berkali-kali melalui siklus
karbon. Jika siklus karbon tidak bisa lagi berfungsi dengan baik, kehidupan seperti
yang kita tahu itu akan berubah drastis.
Dampak Lingkungan
Setiap hari, jutaan ton karbon dioksida ke atmosfer setiap hari. Sayangnya,
karbon dioksida adalah gas rumah kaca. Menyerap cahaya inframerah. Atmosfer
sehingga dapat menyerap panas lebih dari itu digunakan untuk dapat di simpan,
yang menghasilkan fenomena yang biasa disebut sebagai pemanasan global.

b. Daur / Siklus Fosfor

Pengertian Fosfor
Fosfor adalah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens, unsur
kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam,
bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat
anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk
unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah
ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk, Fosfor berupa
berbagai jenis senyawa logam transisi atau senyawa tanah langka seperti zink
sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink silikat (Zn2SiO4) yang
dicampur dengan mangan. Unsur kimia fosforus dapat mengeluarkan cahaya dalam
keadaan tertentu, tetapi fenomena ini bukan fosforesens, melainkan
kemiluminesens. Fosfor merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.

Pengertian Siklus Fosfor

Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau
sumber fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan
fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling sederhana daripada daur lainnya, karena tidak
melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari: batuan, bahan organik, tanah,
tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah hasil pelapukan batuan. dan
outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan.
fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus
dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut
akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk
fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan
diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Fosfor dialam
dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau protein. Bakeri
yang berperan dalam siklus fosfor : Bacillus, Pesudomonas, Aerobacter aerogenes,
Xanthomonas, dll. Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas,
Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman.

Siklus fosfor dimulai. Saat hujan, fosfat akan dihapus dari batu ( via
pelapukan ) dan didistribusikan ke seluruh kedua tanah dan air. Tanaman mengambil
ion fosfat dari tanah. Fosfat kemudian bergerak dari tanaman untuk hewan herbivora
ketika makan tanaman karnivora dan memakan tanaman atau herbivora. Fosfat
diserap oleh jaringan hewan melalui konsumsi akhirnya kembali ke tanah melalui
ekskresi urin dan feses, serta dari dekomposisi akhir dari tanaman dan hewan
setelah kematian.
Proses yang sama terjadi di dalam ekosistem perairan. Fosfor sangat tidak larut,
mengikat erat dengan molekul di dalam tanah, oleh karena itu sebagian besar
mencapai perairan dengan bepergian dengan partikel tanah limpasan. Fosfat juga
masuk saluran air melalui limpasan pupuk, limbah rembesan, deposit mineral alami,
dan limbah dari proses industri lainnya. Fosfat ini cenderung menetap di lantai laut
dan dasar danau. Sebagai sedimen yang diaduk, fosfat dapat memasuki kembali
siklus fosfor, tetapi mereka lebih sering dibuat tersedia untuk organisme air dengan
menjadi terpapar melalui erosi. Tanaman air mengambil fosfat ditularkan melalui air
yang kemudian perjalanan melalui tahap-tahap dari rantai makanan akuatik.

Sementara jelas bermanfaat bagi banyak proses biologi, di permukaan


perairan konsentrasi yang berlebihan fosfor dianggap polutan. Fosfat merangsang
pertumbuhan plankton dan tanaman, mendukung spesies naga atas orang lain.
Kelebihan pertumbuhan tanaman ini cenderung untuk mengkonsumsi sejumlah
besar oksigen terlarut, berpotensi mencekik ikan dan hewan laut lainnya, sementara
juga menghalangi sinar matahari yang tersedia untuk tinggal bawah spesies. Hal ini
dikenal sebagai eutrofikasi.

Manusia dapat mengubah siklus fosfor dalam banyak hal, termasuk dalam
penebangan hutan hujan tropis dan melalui penggunaan pupuk pertanian.
Ekosistem Rainforest didukung terutama melalui daur ulang nutrisi, dengan
cadangan nutrisi sedikit atau tidak ada di tanah mereka. Sebagai hutan dipotong dan
/ atau dibakar, nutrisi awalnya disimpan dalam tanaman dan bebatuan dengan cepat
hanyut oleh hujan lebat, menyebabkan tanah menjadi tidak produktif. Limpasan
pertanian memberikan banyak fosfat yang ditemukan di saluran air. Tanaman sering
tidak dapat menyerap semua pupuk di tanah, menyebabkan kelebihan limpasan
pupuk dan meningkatkan kadar fosfat di sungai dan badan air lainnya. Pada suatu
waktu penggunaan deterjen laundry berkontribusi signifikan konsentrasi fosfat di
sungai, danau, dan sungai, tetapi kebanyakan deterjen tidak lagi termasuk fosfor
sebagai bahan.

Peranan Fosfor

Kegunaan

1. Fosfor sangat penting dan dibutuhkan oleh mahluk hidup tanpa adanya fosfor
tidak mungkin ada organic fosfor di dalam Adenosin trifosfat (ATP) Asam Dioksiribo
nukleat (DNA) dan Asam Ribonukleat (ARN) mikroorganisme membutuhkan fosfor
untuk membentuk fosfor anorganik dan akan mengubahnya menjadi organic fosfor
yang dibutuhkan untuk menjadi organic fosfor yang dibutuhkan, untuk metabolisme
karbohidrat, lemak, dan asam nukleat.

2. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara
luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang api, pestisida, odol, dan
deterjen.

3. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katoda (CRT)
dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai jenis
mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark).

Kerugian

Penyalahgunan fosfor menjadi Bom yang sangat mengerikan. Fosfor bomb


memiliki sifat utama membakar. Menurut Ang Swee Chai, seorang perempuan,
dokter ortopedis kelahiran Malaysia yang juga seorang ahli medis. Dalam bukunya
From Beirut to Jerusalem (Kuala Lumpur, 2002), zat fosfornya biasanya akan
menempel di kulit, paru-paru, dan usus para korban selama bertahun-tahun, terus
membakar dan menghanguskan serta menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para
korban bom ini akan mengeluarkan gas fosfor hingga nafas terakhir.
Fosfor merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan. Dalam beberapa
tahun terakhir, asam fosfor yang mengandung 70% 75% P2O5, telah menjadi
bahan penting pertanian dan produksi tani lainnya. Fosfor juga digunakan dalam
memproduksi baja, perunggu fosfor, dan produk-produk lainnya. Trisodium fosfat
sangat penting sebagai agen pembersih, sebagai pelunak air, dan untuk menjaga
korosi pipa-pipa. Fosfor juga merupakan bahan penting bagi sel-sel protoplasma,
jaringan saraf dan tulang. Oleh karena itu, kita harus mengetahui tentang betapa
pentingnya fosfor dalam kehidupan.

c. SIKLUS NITROGEN

Siklus nitrogen merujuk pada proses dimana nitrogen berubah menjadi


berbagai keadaan atau bentuk. Proses ini dapat terjadi secara biologis atau fisik dan
memiliki empat bagian: fiksasi, ammonification, nitrifikasi dan denitrifikasi.

Siklus nitrogen merujuk pada proses dimana nitrogen berubah menjadi berbagai
keadaan atau bentuk.

Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung


unsurnitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini
dapat terjadi secara biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada
siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi.

Walaupun terdapat sangat banyak molekulnitrogen di dalam atmosfer,


nitrogen dalam bentuk gas tidaklah reaktif. [1] Hanya beberapa organisme yang
mampu untuk mengkonversinya menjadi senyawa organik dengan proses yang
disebut fiksasi nitrogen.

Fiksasi nitrogen yang lain terjadi karena proses geofisika, seperti terjadinya
kilat. Kilat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, tanpanya tidak
akan ada bentuk kehidupan di bumi. Walaupun demikian, sedikit sekali makhluk
hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang terbentuk dari alam tersebut.
Hampir seluruh makhluk hidup mendapatkan senyawa nitrogen dari makhluk hidup
yang lain. Oleh sebab itu, reaksi fiksasi nitrogen sering disebut proses topping-up
atau fungsi penambahan pada tersedianya cadangan senyawa nitrogen.

Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi nitrogen melalui asupan


nutrisi dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Di dalam tubuh, makromolekul
ini dicerna menjadi bentuk yang lebih kecil yaitu asam amino dan komponen dari
nukleotida, dan dipergunakan untuk sintesis protein dan asam nukleat yang baru,
atau senyawa lainnya.

Sekitar setengah dari 20 jenis asam amino yang ditemukan pada protein
merupakan asam amino esensial bagi vertebrata, artinya asam amino tersebut tidak
dapat dihasilkan dari asupan nutrisi senyawa lain, sedang sisanya dapat disintesis
dengan menggunakan beberapa bahan dasar nutrisi, termasuk senyawa intermediat
dari siklus asam sitrat.

Asam amino esensial disintesis oleh organisme invertebrata, biasanya


organisme yang mempunyai lintasan metabolisme yang panjang dan membutuhkan
energi aktivasi lebih tinggi, yang telah punah dalam perjalanan evolusi makhluk
vertebrata.

Nukleotida yang diperlukan dalam sintesis RNA maupun DNA dapat


dihasilkan melalui lintasan metabolisme, sehingga istilah "nukleotida esensial"
kurang tepat. Kandungan nitrogen pada purina dan pirimidina yang didapat dari
asam amino glutamina, asam aspartat dan glisina, layaknya kandungan karbon
dalam ribosa dan deoksiribosa yang didapat dari glukosa.

Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam proses metabolisme akan
dioksidasi guna memperoleh energi. Biasanya kandungan atom karbon dan
hidrogen lambat laun akan membentuk CO2 atau H2O, dan kandungan atom nitrogen
akan mengalami berbagai proses hingga menjadi urea untuk kemudian diekskresi.

Setiap asam amino memiliki lintasan metabolismenya masing-masing,


lengkap dengan perangkat enzimatiknya

Contoh Siklus Nitrogen Siklus nitrogen merujuk pada proses dimana nitrogen
berubah menjadi berbagai keadaan atau bentuk. Proses ini dapat terjadi secara
biologis atau fisik dan memiliki empat bagian: fiksasi, ammonification, nitrifikasi dan
denitrifikasi.
Siklus nitrogen merujuk pada proses dimana nitrogen berubah menjadi berbagai
keadaan atau bentuk.

Beberapa contoh siklus nitrogen meliputi:

Sebuah tanaman membutuhkan nitrogen dari tanah dengan menyerap


melalui akar-akarnya. Nitrogen datang dalam bentuk ion nitrogen. Ketika
nitrogen diserap oleh tanaman, direduksi menjadi ion nitrit. Selanjutnya,
menjadi amonium ion yang dapat dimasukkan ke dalam asam amino atau
nukleat dan ke klorofil.

Ketika tanaman mati atau hewan mati atau ketika sebuah pabrik atau limbah
mengeluarkan hewan, nitrogen organik kemudian dilepaskan. Bakteri dapat
mengkonversi nitrogen organik ini menjadi amonium. Ini dilakukan melalui
proses yang disebut mineralisasi.

Nitrogen masuk ke lautan akibat limpasan dari air tanah atau saat hujan.
Nitrogen juga bisa masuk ke laut melalui presipitasi (hujan). Nitrogen dalam
air mengalami fiksasi, yang umumnya difasilitasi oleh bakteri yang disebut
cyanobacteria. Setelah fiksasi, nitrogen dalam bentuk biologis yang tersedia
fitoplankton di laut bisa digunakan.

Plankton mengeluarkan zat baik urea dan amonia ke dalam air. Fitoplankton
dan limbah produk dapat tenggelam ke bawah, memasukkan amonia pada
kedalaman pada zona euophotic. Amonia dari produk limbah ini kemudian
dikeluarkan dari zona eufotik dan bakteri yang hidup di bawah zona eufotik
dapat mengkonversi amonia menjadi nitrat. Konversi ini hanya dapat terjadi di
bawah zona eufotik di mana tidak ada cahaya karena bakteri yang melakukan
konversi tersebut dihambat oleh cahaya. Proses konversi ini disebut
ammonification atau mineralisasi.

Setelah amonia diubah, nitrifikasi terjadi dan amonia menjadi nitrit dan nitrat.
Pencampuran pertikal dan upwelling dapat membawa nitrat ke atas dan
kemudian dapat digunakan oleh photoplankton untuk melanjutkan siklus.

Faktor yang mempengaruhi Siklus Nitrogen

Siklus nitrogen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bekerja untuk memfasilitasi


konversi nitrogen ke berbagai keadaan dan kembali melalui atmosfer. Faktor-faktor
ini meliputi:

1. Penggunaan pupuk pertanian.

2. Pertumbuhan tanaman kacang-kacangan oleh petani. Kacang-kacangan


dapat mengubah nitrogen menjadi nitrat dan nitrit.

3. Penggunaan nitrat oleh bakteri dalam tanah.

4. Mikroba dalam tanah dan air yang mengubah amonia menjadi nitrit.

5. Bakteri yang disebut Nitrosomonas yang mengkonversi amonia menjadi nitrit.

6. Bakteri yang disebut Nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat.

7. Rayap dan pasangan shipworms dengan bakteri untuk mengubah bentuk


nitrogen itu.

8. Cyanobacteria yang hidup di lingkungan semi-akuatik dapat berpartisipasi


dalam siklus nitrogen.

9. Fiksasi industri dapat digunakan untuk mengkonversi nitrogen untuk amonia


pada suhu 600 derajat dan seterusnya dengan menggunakan katalis.

10. Nitrogen bisa diperbaiki diudara melalui petir.

Anda mungkin juga menyukai