Disusun oleh :
SERPONG 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan kemasan, seperti
misalnya jagung yang dibungkus kulitnya, buah kelapa yang terlindung baik dari sabut dan
tempurung, polong-polongan terbungkus kulit polong. Tidak hanya bahan pangan, bahkan
manusia pun menggunakan kemasan sebagai pelindung tubuhnya dari gangguan cuaca, serta
supaya tampak lebih anggun dan menarik.
Sesudah perang dunia kedua, berbagai jenis kemasan bentuk muncul dengan pesat
seperti polietilen, polyproplien, polliester nilon dan film vinil. Sebagai pembungkus, plastik
dapat dugunakan dalam bentuk tungal, komposit atau berupa lapisan-lapisan (multi lapis)
dengan bahan lain (kertas, aluminium fosil). Kombinasi terasebut dinamakan laminasi, yang
diproses baik dengan cara laminasi ekstrusi maupun laminasi adhesive. Dengan demikian
kombinasi dari berbgai ragam plastic dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Bachriansyah,
1997).
Plastik adalah salah satu bentuk polimer yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa plastik memiliki sifat-sifat khusus, antara lain lebih mudah larut pada pelarut
yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak, tetapi akan mengeras kembali jika didinginkan dan
struktur molekulnya linier atau bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan
mengeras ini dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat termoplastik.
Bahan-bahan yang bersifat termoplastik mudah untuk diolah kembali karena setiap kali
dipanaskan, bahan-bahan tersebut dapat dituangkan ke dalam cetakan yang berbeda untuk
membuat produk plastik yang baru. Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC) merupakan
contoh jenis polimer ini.
Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC, adalah polimer
termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan
polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi.
Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat
lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya ftalat.
BAB II
PEMBAHASAN
KOMPOSISI PLASTIK
Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami,
tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga
dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan
ekstruksi.
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang merupakan
bagian atau rantai paling pendek. Misalnya plastik polivinil klorida mempunyai monomer vinil
klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer plastik, maka terdapat bahan-bahan tambahan
non plastik atau bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan
aditif dalam pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu berupa
pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan
penguat.
3. Polipropilen (PP)
Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip dengan polietilen, yaitu :
Ringan (densitas 0.9 g/cm3)
Mudah dibentuk
Tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk
kemasan kaku
Lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya mudah pecah
pada suhu -30C sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki
ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam penanganan dan
distribusi.
Daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas terhadap gas
sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen.
Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150oC, sehingga dapat dipakai untuk
mensterilkan bahan pangan.
Mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung
dengan sifat kelim panas yang baik.
Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk kemasan minyak
dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl.
Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin dan asam
nitrat kuat.
4. Polistiren
Sifat-sifat umum polistiren adalah :
kekuatan tariknya tinggi dan tidak mudah sobek
titik leburnya rendah (88C), lunak pada suhu 90-95oC
tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi
terurai dengan alkohol pada konsnetrasi tinggi, ester, keton, hidrokarbon aromatik dan
klorin
permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan bahan segar
permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
bila kontak dengan pelarut akan keruh
mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan plastik lain
menyebabkan penyimpangan warna
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran
baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)
Oriented Polistiren (OPS) banyak digunakan untuk kemasan buah-buahan dan sayuran yang
memerlukan permeabilitas uap air dan gas yang tinggi
7. Selopan
Selopan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
transparan dan sangat terang
tidak bersifat termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas
tidak larut air atau minyak
mudah retak pada kelembaban dan suhu rendah
mudah dilaminasi sehingga merupakan pelapis yang baik
mudah robek sehingga perlu dihindarkan dari resiko tertusuk
mengkerut pada suhu dingin
Untuk dapat memberikan sifat kedap air dan dapat direkatkan dengan panas, maka kedua
permukaan selopan dilapisi dengan nitroselulosa atau poliviniliden klorida (saran) dengan tebal
0.00125 mm.
8. Polikarbonat (PC)
Sifat-sifat PC adalah :
tidak berbau dan tidak berwarna (transparan)
kuat dan tahan panas, sehingga cocok untuk bahan pangan yang disterilisasi
tahan terhadap asam lemah, zat pereduksi atau pengoksidasi, garam, lemak serta
hidrokarbon alifatik.
terurai oleh alkali, amin, keton, eser hidrokarbon aromatik, dan beberapa jenis alkohol
larut dalam metilen klorida, etilen diklorida dan dioktana dari kresol
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Polivinil klorida (PVC) adalah suatu bahan polimer yang bersifat termoplastik
(bersifat plastis) jika diberi beban akan berubah bentuk dan jika beban dilepaskan maka
bahan tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula. PVC (polyvinyl chloride) berfungsi
sebagai pengemas suatu bahan pangan biasanya digunakan sebagai wadah kemasan mentega,
minyak goreng atau margarine. Penggunaan plastik PVC sebagai kemasan pada produk
pangan digunakan sesuai dengan sifat dari pvc itu sendiri. Pvc memiliki sifat tahan terhadap
minyak, kuat tidak mudah di sobek. Oleh karena itu pada produk minyak goreng, mentega,
dan margarine digunakan wadah PVC.
B. SARAN
Makalah ini memang masih banyak kekurangannya dan oleh karena itu alangkah
lebih baiknya apabila kawan-kawan pembaca memberikan masukan dan saran, supaya
DAFTAR PUSTAKA
Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan TIP. IPB. Bogor.
Pertanian. Jakarta.
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
https://id.scribd.com/doc/50184464/PVC-Polivinil-Klorida-Makalah-Kelompok-5-Pengetahuan-
Bahan.